16. Heart Stone

872 109 10
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

.

.

Charlie dan Natasya mengikuti Rendy hingga sampai di depan sebuah pintu ruangan. Rendy maju selangkah, membuka pintu itu perlahan dan masuk ke dalam. Charlie dan Natasya mengikutinya dari belakang.

"Kevin?!" Charlie terkejut kala melihat seseorang yang amat dia kenal kini tengah terbaring pucat di atas kasur.

"Dia tidak sadarkan diri dari tadi pagi," sahut Rendy.

"Benarkah?! Apa yang terjadi padanya?!" tanya Charlie khawatir.

"Jika aku memberitahumu, maka aku akan dibunuh olehnya. Jadi, lebih baik kau tak usah bertanya," ketus Rendy.

Kasar sekali pria ini! batin Natasya memaki Rendy dalam hati.

"Baik." Charlie hanya menurut walaupun dia sangat penasaran. "Tapi, dia tidak apa-apa 'kan?" tambah Charlie.

"Hn, kau tenang saja sebentar lagi dia akan sadar. Dia hanya kehilangan sebagian kekuatannya karena memberikanmu kehidupan," jelas Rendy.

Charlie tampak menakutkan kedua alisnya. Dia bingung dengan ucapan Rendy. "Memberiku kehidupan?"

Oh no! Aku salah bicara! Rendy menutup rapat kedua mulutnya. "Maksudku, dia kehilangan sebagian kekuatannya karena menyelamatkanmu dari penculikan kemarin," elak Rendy  mengganti ucapannya segera.

Charlie menatap sendu Kevin. Tidak dia sangka jika Kevin bisa sampai seperti ini hanya untuk menyelematkan kemarin. Jika saja dia tidak bersikeras ingin ke taman, maka semuanya tidak akan terjadi.

"Jadi, bisakah kalian keluar sekarang? Dia butuh istirahat," perintah Rendy menatap datar Charlie dan Natasya bergantian.

"Tentu! Kami akan langsung pulang saja, terimakasih," Charlie membungkuk mengucapkan terimakasih, lalu dia melangkah mendekati Natasya dan mengajaknya pulang bersama.

Blam!

Bunyi pintu yang tertutup menandakan Charlie dan Natasya telah pergi dari ruangan kamar tersebut.

"Eugh ..." Sebuah erangan kecil terdengar tak lama setelah pintu tertutup.

Nampak, pria dengan rambut putih perak tengah mencoba duduk sembari memegang kepalanya yang pusing. Dia  melirik ke kiri dan kanan, berusaha menetralkan penglihatannya.

"Kau sudah sadar?" ucapan dari seseorang membuatnya beralih.

"Rendy?" Ia tampak memicingkan matanya kala melihat temannya tengah duduk di sofa sambil mendekap kedua tangannya di dada, "Apa Charlie tadi ke sini?"

Prince Vampire [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang