11

227 23 14
                                    

"Sayang. Tante boleh masuk?" Sabila mengetuk kamar Shakeela.

"Iya, masuk aja, Tante." Seru Shakeela dari dalam.

"Liat, Tante bawain susu buat kamu karena tadi kamu bilang mau belajar buat ulangan besok. Tante taruh di sini ya?" Sabila meletakkan segelas susu di meja belajar Shakeela.

"Wah, makasih, Tante. Shasha minum ya?"

"Iya, sayang. Kan Tante buatin buat diminum."

Shakeela menenggak susu itu seperempat, lalu meletakkan kembali ke meja. "Kok Tante belum tidur? Emang besok nggak kerja?"

"Kerja. Tapi Tante lagi pengen sama kamu aja. Boleh kan?"

"Boleh banget, Tan. Shasha malah seneng kalo Tante nemenin Shasha begini." Gadis itu tersenyum. Tangan Sabila terayun mengelus rambutnya dengan lembut dan penuh kasih sayang.

"Kamu lagi belajar apa, coba Tante liat?" Sabila menarik kursi rias Shakeela, lalu duduk di samping Shakeela.

"Ini Tante, logaritma. Susah banget. Dari tadi Shasha coba pake rumus ini tapi nggak ketemu-ketemu." Adu Shakeela sambil manyun.

Sabila mengangguk-anggukan kepalanya. "Kalo ini sih kamu bisa tanya sama Gema. Gema jago beginian."

"Yang bener, Tan?"

Sabila mengangguk. "Ayo, Tante anter kamu ke kamar Gema."

Shakeela mengikuti dengan riang.

"Shasha? Mama? Ada apa?" Gema heran melihat dua perempuan itu datang ke kamarnya bersamaan.

Gema baru saja dari kamar Gesang yang masih kosong. Sekedar berbaring, mengobati kerinduannya pada sang kakak. Yang sayangnya harus terganggu karena panggilan video call Gagas yang hanya ingin menunjukkan kalau dia sedang bersama dengan Genta.

"Begini Gema, Shasha kesusahan belajar matematika. Kamu ajarin dia ya? Kamu kan mantan juara olimpiade matematika." Kata Sabila membuat Gema tersenyum bangga.

"Wah, itu beneran? Kamu pernah juara olimpiade?" Shakeela terkagum-kagum.

"Sampe tingkat internasional." Imbuh Sabila. Membuat Gema melambung. Shakeela makin terkagum-kagum.

Gema mengagguk mantap. "Sini, mana yang lo belum ngerti, biar gue jelasin."

Shakeela langsung menunjuk-nunjuk bagian-bagian yang belum dia mengerti.

"Tante tinggal dulu ya, sayang." Pamit Sabila pada Shakeela. "Gema, Mama titip Shasha ya?"

Lagi-lagi Gema merasakannya. Merasa kalau Sabila berlebihan. Pada Shakeela, Sabila memanggilnya sayang. Sedangkan pada anaknya memanggil nama.

"Gema, Gema..." panggilan Shakeela memecah lamunan Gema.

"Eh, iya. Hm, jadi gini. Buat soal yang nomer tujuh, lo pake rumus ini." Gema mulai menjelaskan pada Shakeela seperti seorang guru.

Selama kurang lebih satu setengah jam, akhirnya sesi belajar selesai. Shakeela tidak langsung kembali ke kamarnya. Dia masih berada di kamar Gema. Memperhatikan isi kamar Gema. Hingga mata Shakeela tertuju pada sebuah benda di meja belajar Gema.

Sebuah benda bernama foto polaroid. Dimana memuat gambar Gema dan Genta secara bersamaan. "Kamu..."

Gema yang sadar Shakeela sedang memperhatikan foto itu, langsung menarik foto itu begitu saja hingga lepas dari gantungan. "Aduh, sori. Gue lupa belum buang sampah ini."

"Sampah?"

Gema mengangguk. Lalu segera meremas foto itu dan membuangnya ke tempat sampah. Dia kembali duduk di depan Shakeela di atas karpet permadaninya yang lembut.

GemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang