Gema baru sadar kalau kamarnya bersebelahan dengan kamar Shakeela. Dulunya itu adalah kamar Gesang. Tapi karena menurut Gesang kamar itu terlalu kecil, jadilah Gesang pindah ke kamar di lantai 3. Dan sampai malam ini, kamar itu masih kosong.
Karena Guruh dan Sabila masih belum pulang bekerja, jadilah Gema hanya menikmati makan malamnya bersama Shakeela.
"Apa Gesang emang selalu pulang larut atau malah nggak pernah pulang gini?" tanya Gema sedih karena hingga sekarang masih belum bertemu dengan orang yang biasanya bisa dia ajak berantem.
Shakeela tampak bingung menjawab pertanyaan Gema.
Bi Jono sendiri yang turut mendengarnya dari dapur hanya bisa menatap Gema sedih tanpa bisa melakukan apapun. Sama halnya Gema, Bi Jono juga merindukan sosok Gesang di rumah ini.
"Normal nggak sih, seorang kakak tega nggak nemuin adiknya yang baru sembuh dari koma? Heran gue sama Gesang!" lanjut Gema menggerutu sendiri. Dia yang kesal menancapkan garpunya ke dalam daging santapan di depannya dengan sadis sampai Shakeela meringis merinding melihatnya. Setelahnya, Gema menyudahi acara makan malamnya. Meninggalkan Shakeela begitu saja di ruang makan.
Gema memutuskan untuk pergi ke lantai 3. Ke kamar Gesang. Namun karena dia ingin mengambil buku mitologi Yunani pemberian Bu Fida tadi siang, jadilah dia turun ke lantai 2, ke kamarnya. Di saat itulah dia bertemu dengan Shakeela yang hendak masuk ke kamar. Shakeela memanggilnya.
"Yes?"
"Malam ini tante nggak pulang. Katanya masih ada yang harus diselesein di Tangerang."
Gema mengernyit. "Maksud lo Mama?"
Shakeela mengangguk, "Iya, barusan telepon."
Gema mematung sesaat. Kenapa yang ditelepon dan dikabari Sabila malah Shakeela? Bukan dirinya? Kalau memang bukan Gema, kan bisa telepon rumah? Seperti Guruh baru saja tadi juga telepon ke telepon rumah mengabari bahwa Guruh juga tidak pulang malam ini karena pekerjaan. "O-oke," sahut Gema singkat dan segera masuk ke kamar dan tidak mau berpikir macam-macam.
⚡
"Kok Paman nggak ikut Papa dinas sih?" tanya Gema ketika berangkat ke sekolah dengan formasi seperti kemarin.
"Merupakan titah Bapak Guruh, Neng. Paman untuk sementara nggak bisa nemenin Bapak karena Paman harus menjaga Neng kemanapun Neng pergi."
"Uuuh, Paman emang ter-sweet! Terus yang nemenin Papa siapa?"
"Orang kantor katanya, Neng."
Gema menghela nafasnya. Demi dirinya, Guruh jadi terpisah dengan Rusman yang biasanya seperti Upin dan Ipin, kemanapun selalu bareng. Kemudian dia melirik cewek di sebelahnya yang yaaah, as usual, diam.
Entah Shakeela ini orangnya pendiam atau apa, yang jelas sejak berangkat dan pulang bersama kemarin, Shakeela hanya diam sepanjang perjalanan. Tidak ikut ngobrol atau minimal nimbrung dalam percakapan antara Gema dan Rusman yang sudah ngalor ngidul. Padahal Shakeela sudah dipancing oleh Gema biar membaur. Tapi sepertinya sia-sia. Shakeela hanya menjawab seperlunya.
"Anu, Gema." Panggil Shakeela setelah keluar dari mobil begitu sampai di sekolah. Seperti kemarin, mereka sampai di sekolah pagi-pagi banget. Sampai masih ada kabut tuh, lihat.
"Yes?"
"Nanti aku nggak bisa pulang bareng ya? Soalnya aku ada latihan cheers. Mungkin sampe malem. Jadi nanti aku pulang sama temen."
Mata Gema membulat, "Wohoow, lo ikutan cheers? Yang joget-joget itu? Yang bajunya seksi kayak artis-artis Hollywood gitu?"
Shakeela tersenyum kecut. "Kalo kamu, ikut ekskul apa?" Shakeela bertanya sekaligus mengalihkan topik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gema
Teen Fiction(COMPLETE) Hidup Gema jadi tak semenyenangkan dulu setelah kedatangan Shakeela. Gema ditinggal oleh Gesang, Gema harus berbagi kasih kedua orang tuanya, Gema juga harus merelakan Genta. Hanya Ganesha, Gerald dan Giza saja yang selalu setia bersamany...