"Seetooooppphh..." suara Gema sudah hampir habis. Dia meronta-ronta pada Genta yang berjalan di depannya. Menepuk bahu lelaki itu dengan sisa tenaganya yang tidak seberapa.
Genta menoleh dan mendapati cewek itu sudah lemas setengah mati. Dia pun segera memberi kode pada Gagas yang berjalan paling depan bersama Ganesha. "Break, break."
Gagas dan Ganesha segera mendekat ke tempat dimana Gema duduk beristirahat meluruskan kaki. Tidak seperti Gagas dan Ganesha yang masih segar bugar, Gema benar-benar pucat. Keringatnya deras membanjiri pelipis. Poninya juga dibuat lepek karena keringatnya.
"Gem, makan, Gem! Mo makan apa? Makan pizza? Spaghetti? Burger? Hotdog?" Ganesha langsung menurunkan carrier dari punggungnya. Hendak mencari-cari apa yang baru saja dia sebutkan.
Gema menggeleng. "Gue cuma butuh istirahat sebentar." ucapnya pelan.
"Ya udah, ya udah, kita istirahat di sini dulu." Putus Gerald ikut duduk. Giza, Gagas, Ganesha juga ikut duduk di sekitar tempat itu.
Genta sendiri sibuk mengurus Gema. Cowok itu sampai tidak duduk hanya untuk memastikan keadaan Gema. Cowok itu berjongkok di depan Gema, menyeka keringat Gema yang mengucur sambil mengelus-elus kepalanya. "Minum ya?" katanya lembut. Gema mengangguk pelan. Dengan bantuan cowok itu, Gema minum.
Bukannya membantu, Gagas malah terkekeh melihat kondisi Gema sekarang. "Gimana sih, padahal lo yang paling ngotot. Baru setengah jalan udah K.O. Payah lo, Gem!"
Ganesha melempar Gagas dengan tanah. "Jangan samain tenaga kuda kayak lo sama Gema. Ya bedalah, bego bener!"
"Oi, kalian berdua tuh ya dari tadi berantem mulu. Kita lagi naik gunung loh, masih aja buang-buang tenaga buat hal yang nggak penting!" komentar Giza sambil menenggak air mineralnya.
"Lo nggak capek?" tanya Gerald memastikan keadaan satu lagi anggota cewek di antara mereka.
"Capek sih, cuma masih oke lah."
"Tuh, Gem! Masa lo kalah sama Giza! Giza aja kuat!" sindir Gagas lagi masih terkekeh.
Gema mengerucutkan bibirnya, ingin dia balas ucapan Gagas. Tapi nafasnya masih terengah. "Ma-sih... lama ya?" tanyanya lirih pada Genta.
"Lumayan." Jawab Genta.
Jika saja Gema lupa ini semua adalah idenya, pasti Gema sudah merengek minta pulang. Tapi berhubung ini adalah idenya, rasanya tidak etis jika Gema merengek minta pulang saja. Toh ini sudah separuh jalan. Sayang juga kalau tidak dia lanjutkan.
10 menit berlalu.
Gema merasa tenaganya sudah cukup pulih. Lumayan. Dia menepuk lengan Genta yang sekarang duduk di sampingnya. "Ayo, lanjut."
"Yakin?" Genta memastikan kondisi gadis itu.
"Jangan dipaksain kalo masih lemes, Gem. Kita sante kok, tenang aja." Imbuh Gerald.
Gema menggeleng, "Udah, gue udah cukup kuat kok."
"Serius, Gem? Lo udah kuat?" tanya Giza juga sangsi.
"Iya, Giza. Gue udah cukup kuat."
"Ya udah, kalo Gema udah yakin cukup kuat, ayo lanjut!" Gagas berdiri. Dia menepuk-nepuk celana bagian belakangnya, siapa tau ada kotoran menempel di sana. Dia kembali meraih carrier dan menggendongnya di belakang punggungnya.
"Gue udah fitness, Gem. Ya, seminggu doang sih. Tapi gue yakin, gue mampu gendong lo ke puncak kok. Mau?" Ganesha menawarkan diri.
Gema terkekeh, "Terus carrier lo mau ditaro dimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gema
Teen Fiction(COMPLETE) Hidup Gema jadi tak semenyenangkan dulu setelah kedatangan Shakeela. Gema ditinggal oleh Gesang, Gema harus berbagi kasih kedua orang tuanya, Gema juga harus merelakan Genta. Hanya Ganesha, Gerald dan Giza saja yang selalu setia bersamany...