52

245 28 1
                                    

Tidak seperti hari kemarin, hari ini Gema tidak memberontak sama sekali ketika diminta berangkat ke sekolah bersama Genta dengan mobilnya. Akan tetapi, bukannya Genta senang, Genta malah merasa ada yang aneh dengan cewek ini sehingga membuatnya khawatir. "Apa semalem tidur lo pulas?"

"Gimana gue bisa tidur pulas selagi tau Shasha kayak gitu?" Jawab Gema lugas.

"Buat apa lo mikirin dia? Lo susah, dia happy." Genta heran.

Gema menghembuskan nafasnya pelan, "Maunya juga gue nggak kepikiran dia. Tapi nggak tau lah, semalem gue terus kepikiran dia. Dia pasti juga nggak bisa tidur. Bedanya, dia nggak bisa tidur karena nangisin lo."

Genta mendengus pelan, "Terus?"

"Balikan sama dia aja gih. Kayaknya dia beneran butuh lo." Saran Gema cepat.

"Gue butuhnya lo, bukan dia." Sahut Genta dengan mata memperhatikan ke ruas jalan.

"Gue nggak papa kok meski nggak ada lo, udah mulai terbiasa—" seketika Gema terkesiap ketika tiba-tiba Genta menepikan mobil dan menghentikannya. Cowok itu juga menatap Gema lurus-lurus.

"Apa lo bener-bener udah nggak ada perasaan sedikitpun ke gue?" tanya Genta serius membuat Gema menahan nafasnya.

"Itu... Anu... Gue..." Gema bingung bukan main harus menjawab apa. Sampai-sampai dia berkeringat dingin.

Untung saja ponselnya berbunyi. Sehingga Gema bisa beralasan untuk tidak menjawab pertanyaan Genta. Segera Gema alihkan pandangan dari Genta ke ponselnya. Rupanya ada telepon dari Gesang. Secepat mungkin dia mengangkat telepon itu.

"Ntar pulangnya gue jemput." Kata Gesang tanpa babibu.

"Tumben bener? Lagi kenapa nih? Habis kejedot? Habis dapet lotre?" sengaja Gema menciptakan obrolan dengan Gesang agar dia tidak harus menghadapi kenyataan dengan pertanyaan Genta.

"Nggak usah bawel. Udah, gue cuma mo ngomong itu doang."

"Ehhhhh, tunggu-tunggu!!" Gema menahan Gesang dengan cepat. Dia masih membutuhkan Gesang untuk menemaninya mengobrol sampai tiba di sekolah nanti.

"Apa?"

"Anu... itu, lo udah ketemu Papa?"

"Ntar kita bahas kalo ketemu aja. Males kalo ngejelasin sekarang paling juga ntar lo minta siaran ulang."

"Tapi gue pengennya sekarang." Rajuk Gema sambil melirik Genta yang sudah kembali menjalankan mobilnya.

"Udah ah, bye bawel! I miss you!" dengan kurang ajarnya, Gesang mematikan telepon. Membuat Gema harus jengkel karena dia harus kembali menghadapi realita di sampingnya.

"Siapa? Gesang?" tanya Genta menebak.

Gema mengangguk. "Ntar gue pulang sama dia. Jadi lo nggak perlu nunggu gue kayak kemaren."

"Oke."

Gema mengerutkan keningnya sekaligus memajukan bibirnya. Apa-apaan respon Genta barusan? Kok pendek banget? Kok kesannya dingin gitu? Kok nyebelin?

Setibanya di kelas, Genta langsung dihujani godaan oleh teman-temannya. Yang paling getol sekaligus bahagia tentunya Gagas. Secara Gagas kan hard shipper-nya Genta-Gema.

"Udah balikan, seatap pula. Ati-ati, setan berseliweran. Khilaf dikit, berabe urusannya." Bisik Gagas di telinga Genta.

"Udah jodoh emang kalian, Ta. Walau sempat terpisahkan, akhirnya nyatu juga." goda Tito ditimpali teman-temannya yang lain.

GemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang