24

185 21 14
                                    

Kemunculan Shakeela di kelasnya disambut meriah oleh teman-temannya. Semua langsung berlomba cie-cie pada pasangan baru yang baru jadian.

"Nggak tau kapan PDKT nya, tau-tau udah nyantol aja nih." Sindir Tito yang merasa kecolongan.

"Tau aja lo, Sha, milih cowok yang cakep. Lah cowok muka kayak kue kering kayak gue, mana lo lirik?" imbuh Sapril memasang wajah sedih. Ucapannya memicu tawa anak-anak satu kelas.

Shakeela hanya tertawa kecil sambil menghampiri meja Genta hanya untuk mengucapkan selamat pagi yang Genta sahuti dengan anggukan singkat. Kembali memicu cie-cie. Kebanyakan teman-teman mewakili perasaan Shakeela saat ini, yang menilai Genta terlalu cuek menanggapi salam sang pacar.

"Ye, Si Genta malu-malu pacaran sama Shasha! Padahal mah dulu pas masih pacaran sama Gema, hobinya main sosor!" celetuk Tito yang membuat Genta melotot.

Shakeela hanya bisa, "Eh?" doang.

Tito tertawa melihat wajah Genta yang kesal, "Hahaha, iya, iya, ampun, Ta! Gue janji gue nggak bakal buka aib lo lagi di depan cewek lo! Semuanya juga ya! Jagain couple baru di kelas kita ini!" perintahnya kemudian pada teman-teman sekelasnya.

Dari seluruh anak yang berbahagia dengan jadiannya Genta dan Shakeela, hanya Gagas yang terlihat tidak suka. Dia tidak terpengaruh sama sekali dengan banyolan Tito maupun yang lainnya. Padahal biasanya kalau soal membuat huru hara, dialah dalangnya.

"Ta, kita perlu ngomong sekarang!" ujar Gagas menekankan kata sekarang.

Dengan malas, Genta menuruti permintaan Gagas. Berbicara berdua, di luar kelas.

"Lo gila ya? Lo nggak waras? Bisa-bisanya lo pacaran sama tuh cewek?" ujar Gagas to the point ketika mereka berdua sudah berada di tempat yang sepi.

"Gue gila diliat dari mana?"

"Dari Hongkong!" seru Gagas kesal bukan main dengan kesantaian sikap Genta saat ini. "Kenapa lo bisa jadian sama dia, hah? Padahal gue tau, lo masih ada rasa sama Gema!"

"Sok tau."

"Gue beneran tau! Bukannya sok tau! Gue tau betul lo masih suka sama Gema! Tapi kenapa bukannya lo berjuang dapetin dia kembali, malah lo pacaran sama cewek lain?!" Gagas benar-benar kesal dan tidak mengerti dengan jalan pikiran sahabatnya ini.

Genta tersenyum miring, "Buat apa gue berjuang buat kembali sama Gema? Toh gue udah dapetin apa yang gue mau dari dia. Jadi mending gue cari yang baru aja kan?"

Emosi Gagas meledak saat itu juga. Dia meringsek maju, memukul wajah Genta dengan keras. Ini bukan masalah perasaan atau apa. Tapi ini pure karena Gema adalah teman yang baik bagi Gagas yang juga dulu pernah menjabat sebagai pacar sahabatnya. Lalu mendengar Genta berkata menjijikkan seperti itu, membuat Gagas benar-benar marah. Ini kalau Gema sampai dengar sendiri, pasti akan merasa sangat sakit hati.

"16 taun gue kenal sama lo, baru tau gue ternyata lo sebrengsek ini!" seru Gagas sekali lagi memukul wajah Genta. Lalu Gagas segera pergi, membiarkan Genta sendirian.

"Gagas!" panggil Shakeela yang rupanya berdiri gelisah di depan kelasnya. "Genta mana?" tanyanya khawatir karena dia hanya melihat Gagas kembali ke kelas seorang diri.

Gagas menatap cewek yang biasanya dia tatap dengan mupeng dan bahagia itu dengan sorot tidak suka, "Mati!" setelahnya Gagas kembali berjalan menuju kelasnya.

Bersamaan itu, bel masuk berbunyi. Shakeela sungguh khawatir, takut apa yang Gagas katakan itu benar. Buktinya, sampai sekarang Genta belum juga kembali ke kelas. Shakeela sempat berpikir untuk mencari Genta, sayangnya keduluan oleh guru yang datang. Jadilah dia hanya bisa berdoa demi kebaikan Genta.

GemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang