18

186 23 8
                                    

Genta tidak langsung pulang hari ini, dia pergi ke gym untuk bermain basket seorang diri, menge-shoot ke ring. Berkali-kali dengan menggunakan banyak bola. Dari banyaknya percobaan shoot yang dia lakukan, tak satupun ada bola yang masuk. Genta jadi makin kesal dan membanting bola begitu saja ke lantai hingga bola itu memantul keras dan membentur dinding.

"Oi, ngamuk lo?" seru Troy yang tiba-tiba muncul. Troy kaget bukan main melihat bola berserakan di mana-mana. "Lo kenapa? Kenapa lo berantakin bolanya?"

Genta mengambil satu bola yang terdekat. "Gue lagi latihan." Jawabnya sambil kembali mencoba shooting. Tapi lagi-lagi bolanya meleset. Genta mendesis kesal.

"Ngapain? Kan lagi libur? Dan woi, yang barusan itu payah banget. Kayak bukan lo!" Troy tertawa. Dia ikut mengambil bola, lalu melakukan shooting dan yap, masuk mulus ke ring.

Genta jadi makin kesal. Dia pun malah duduk di tengah lapangan dengan meluruskan kedua kakinya.

"Kenapa lo, heh? Kayak cewek lagi em aja." Tanya Troy heran ikut duduk di sebelah Genta.

"Nggak."

"Nggak mungkin nggak. Pasti ada sesuatu kan? Ayolah, cerita sama kakak kelas lo ini yang baik hati."

Genta mendecih. Narsis banget sih.

"Hm, biar gue tebak. Ini pasti soal cewek ya?"

Genta menjawab dengan cepat. "Bukan."

"Gema?" tebak Troy lagi tersenyum jail.

Genta langsung mendesis. "Bukan!"

"Gue liat kok, kejadian di kantin tadi." Nah loh, Genta sudah tidak bisa mengelak lagi. Cowok itu hanya diam. "Nih ya, dengerin gue. Gue tau lo belum bisa sepenuhnya move on dari Gema—"

"HAH?!" potong Genta seketika.

Troy berdecak, "Nggak usah menyangkal. Gue tau dari cara lo ngekhawatirin dia tadi. Gini, gue mau ngasih tau ke lo cara move on yang tepat itu gimana."

Genta diam-diam menyimak ucapan Troy dengan serius.

"Jatuh cinta lagi, Ta." Troy tersenyum lebar kepada Genta yang hanya melongo kepadanya. "Tunjukkin ke Gema kalo hidup lo lebih bahagia bersama cewek lain. Buat Gema menyesal karena udah mutusin lo. Sweet revenge, isn't it?" Lanjut Troy sambil menepuk-nepuk lengan Genta.

Pukul 4 sore, Genta baru keluar dari gym. Troy sendiri sudah ngacir sejak pukul setengah 4 tadi. Kakak kelasnya itu buru-buru karena sudah ada janji mau nonton bareng Ardisa.

Sambil menyusuri koridor, Genta terus kepikiran ucapan Troy tadi. Benar juga sih, kalau dipikir-pikir. Untuk apa Genta merundungi diri, terbelut dengan bayang-bayang Gema? Buang-buang waktu dan tenaga saja. Padahal Gema sudah bahagia tanpanya!

Tetapi... apa bisa, Genta jatuh cinta lagi pada gadis lain selagi yaaah, dirinya masih sering kepikiran dan membayangkan Gema?

Langkah Genta mendadak terhenti. Tepat di depan ruang musik. Genta mendengar seperti ada suara cewek sedang merintih. Genta celingukan, tidak dia temukan siapapun di sekitarnya. Sekolah sudah sepi saat ini. Setelah perlombaan, tim basket maupun cheers sama-sama istirahat sejenak dari latihan regular.

Lalu apa? Masa setan? Genta bukanlah tipe cowok penakut hal-hal mistis seperti itu. Genta mencoba menajamkan pendengarannya lagi. Suaranya makin terdengar jelas.

Dia menoleh, menatap ruang yang ada di sampingnya. Ruang musik. Pelan-pelan Genta mendekati pintu ruangan itu. Genta menyentuh daun pintu. Sedikit terkejut karena pintu itu tidak terkunci. Genta membukanya perlahan.

GemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang