51

234 31 14
                                    

"Doe... a deer, a female deer,
Ray... a drop of golden sun,
Me... a name I call myself,
Far... a long-long way to run,
Sew... a needle pulling thread,
La... a note to follow sew,
Tea... I drink with jam and bread,
That will bring us back to do..."

Lagu The Sound of Music itu dinyanyikan berulang-ulang sepanjang perjalanan pulang dari hotel menuju rumah. Sambil bertepuk tangan dan bersama-sama seluruh isi mobil yang terdiri dari Guntur dan Gendis, Gema dan Gilian, serta Genta dan Garang.

Rasanya benar-benar menyenangkan. Sudah sangat mirip keluarga bahagia tanpa beban. Terlebih bagi Gema yang sudah lama merindukan saat-saat seperti ini.

"That will bring us back to do..."

"Lagi, lagi, lagi!" seru Gilian sudah seperti anggota Teletubies saja.

"Capek, Dek! Capek! Tenggorokan Kakak kering nih!" seru Garang sambil menggaruk-garuk leher bagian depannya. Kadang Garang heran dengan stamina anak kecil seperti Gilian ini yang selalu on selama matanya terbuka. Tunggu saatnya dewasa nanti, Dek, sampe akhirnya kamu akan sadar bahwa rebahan dan tidak melakukan apapun adalah hal yang sangat menyenangkan.

"Kak Garang payah! Lemah! Padahal cuma nyanyi! Masa kalah sama Gilian yang masih SD!" sungut Gilian.

Tawa Genta segera terdengar mendengar Gilian meremehkan kakak pertamanya.

"Enak aja! Kakak nggak sepayah dan selemah itu kali! Itu mah kakak kedua kamu, Dek!" Garang tidak terima dan segera membela diri. "Ayo nyanyi lagi! Mau berapa lagu lagi? 10? 100? 101?" mendadak Garang berapi-api.

"Ya udah, ya udah. Ayo kita bernyanyi lagi!" Guntur yang menyetir mobil siap memberi aba-aba. "Doe, doe... Doe... a deer a female deer..."

Lagu yang samapun kembali dinyanyikan untuk yang kesekian kalinya. Sampai akhirnya mereka sebentar lagi akan sampai di rumah.

"Me... a name... I..." lagu mendadak kacau begitu mereka benar-benar sudah sampai di depan rumah.

"Call myself... Far..."

"Loh?" Guntur malah sudah tidak bernyanyi lagi. Menggunakan lampu mobil depan, dia menyoroti sebuah penampakan yang berada di depan gerbangnya.

"Ih, kok berhenti sih nyanyinya?" protes Gilian sebal.

"Ada apa, Bun?" tanya Genta yang duduk di jok paling belakang bersama Garang penasaran.

"Itu..." Gendis hanya menunjuk sebuah penampakan yang disorot oleh suaminya.

Secara otomatis, Gema, Gilian, Genta dan Garang memajukan tubuh mereka untuk melihat penampakan apa yang ada di depan mobil sekaligus depan gerbang rumah mereka.

Seorang perempuan berambut panjang sedang berjongkok memeluk kedua lututnya yang perlahan mengangkat wajahnya.

"Shasha?" ujar Gema kaget bukan main. Sama halnya Genta yang tak kalah kaget. Gema buru-buru keluar dari mobil, diikuti oleh semuanya.

"Lo... Ngapain?" tanya Gema heran, kaget dan penasaran dengan keberadaan Shakeela di depan rumah Genta saat ini. Genta yang sudah keluar, ikut berdiri di samping Gema.

Sementara Guntur, Gendis, Garang dan Gilian pelan-pelan mendekati Shakeela. Gilian yang ketakutan, sampai bersembunyi di balik tubuh Bundanya. "Takut, Bun. Kayak hantu, Bun. Gilian takut, Bun. Ayo masuk aja, Bun."

"Sebentar sayang." Akan tetapi, Gendis yang terlalu penasaran, memutuskan untuk lebih dekat pada ketiga orang itu.

"Genta..." bukannya menjawab pertanyaan Gema, Shakeela yang menangis dengan penampilannya yang kacau malah memanggil nama Genta. Kontan seluruh anggota keluarga Genta dan juga Gema menoleh pada Genta. Seolah meminta penjelasan pada cowok itu.

GemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang