57

229 28 6
                                    

Setelah mengetahui bagaimana jahat dan kejamnya seorang Genta, Shakeela tidak lagi mengarapkan cinta cowok itu. Shakeela malah berjuang bagaimana caranya melupakan cowok itu. Melupakan cowok yang sejahat dan sekejam itu, tetapi hati dan perasaannya tetap terpaut pada Genta.

"Ma," panggil Shakeela sambil menunduk.

"Iya, sayang?" Sabila menghentikan aktivitasnya beberes kamar. Hari ini Shakeela sudah diijinkan pulang. Jadi mereka berniat akan meninggalkan rumah sakit ini siang ini dan kembali ke hotel.

"Ma, kalo aku pulang ke Semarang, Mama ikut ya?" ucap Shakeela penuh harap. "Aku udah nggak mau lagi tinggal di Jakarta, Ma. Disini terlalu banyak orang-orang mengerikan. Aku udah bilang sama Papa tadi malam, kalo aku mau pulang ke Semarang."

Kepala Sabila terasa sangat berat. Karena memikirkan ucapan Shakeela. Malam ini, Shakeela sudah istirahat di kamar hotelnya. Sedangkan Sabila, memutuskan untuk keluar, ke kedai yang ada di hotel itu. Menikmati kopinya sendirian sampai ada Arka datang menghampirinya.

"Shasha udah tidur." lapor Sabila.

Arka mengangguk. "Iya, tadi aku sempat menengoknya di kamar."

Sabila hanya mengangguk pelan. Lalu suasana mendadak diam. Sampai sekitar 5 menit.

"Soal ajakan Shasha, jangan terlalu dipikirkan." Arka seolah tau apa yang mengganggu pikiran Sabila.

Sabila menghembuskan nafasnya. Sangat berat.

"Aku dan Hara sudah berjanji akan menjaga dan merawat Shasha lebih baik lagi. Jadi kamu nggak usah khawatir." Lanjut Arka.

Tiba-tiba saja Sabila menangis. Menangis karena tidak tau harus berbuat apa. Setelah sekian lama, dia baru sesaat disatukan dengan Shakeela, tetapi dalam waktu dekat dia sudah harus berpisah lagi. Belum lagi fakta bahwa Shakeela ingin hidup dengannya. Iya, Sabila juga menginginkan hal yang sama. Sabila juga ingin hidup bersama Shakeela. Tapi tidak bersama Arka dan istrinya, Hara. Sabila ingin hidup bersama Shakeela, juga bersama suaminya saat ini, Guruh. Juga anaknya Gesang... lalu Gema.

Tapi, apakah mungkin? Sedangkan Guruh siap menggugat cerai untuknya jika masih menginginkan Shakeela.

Pria yang lebih tua 2 tahun dari Sabila lalu menggenggam tangan Sabila yang tergeletak di meja. "Kita sama-sama manusia hina, yang pernah menghianati pasangan kita masing-masing. Tapi kita masih sama-sama beruntung memiliki pasangan yang bisa menerima segala kehinaan kita. Untuk itu, ayo sama-sama berjuang dengan pasangan masing-masing. Hidup bahagia dengan pasangan masing-masing. Lupakan semua kehinaan yang pernah kita lakukan bersama."

Gema sedang berjalan bersama ketiga sahabat terbaiknya di koridor sambil bercanda. Sudah sekitar 4 hari sejak Shakeela mencoba melakukan percobaan bunuh diri, sejak itu pula, Gema sudah jarang mendengar orang-orang merundungnya. Kalau kata Giza sih, mungkin mulut mereka sudah capek sendiri. Beda lagi kalau kata Ganesha. Begini katanya, "Sekarang anjing-anjing yang menggonggong sudah berevolusi menjadi ubur-ubur. Jadi nggak kedengeran lagi gonggongannya." Dasar, ada-ada saja sahabat-sahabat Gema ini.

Di tengah keseruan mereka, datang Gagas bersama Genta. Mereka berdua bergabung bersama Gema CS untuk berjalan bersama ke lapangan, tempat upacara bendera akan dilakukan.

"Cieee, bentar lagi ada yang mau ikutan lomba! Pulang-pulang gue yakin, nggak cuma trophy, tapi status baru juga dibawa!" goda Gagas sambil cengengesan tidak jelas pada Gema dan Genta.

"Loh, bukannya mereka udah balikan, Gas? Yang waktu itu sih, yang waktu Gema dengan lantang dan semangat 45-nya, berikrar kalau katanya udah jadian lagi?" timpal Giza.

GemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang