15

218 27 16
                                    

"Loh, Mama katanya tadi pagi mau ke Semarang? Kok sekarang udah di rumah?" Gema heran melihat Sabila yang tampak sibuk di ruang tengah. Di tangannya ada kamera dan beberapa helai kain yang digunakan untuk mengelap kamera yang jarang terpakai itu.

"Iya, Gema. Niatnya memang begitu. Tapi Mama inget, besok kan Shasha lomba cheers. Mama nggak mau melewatkan. Makanya Mama re-schedule kerjaan Mama di Semarang." Jelas Sabila riang gembira.

Ekspresi Gema seketika berubah. Yang tadinya cukup senang dengan keberadaan Sabila di rumah. Namun setelah tau alasannya seperti ini, Gema jadi menyesal. Dan lagi-lagi Gema harus merasa cemburu!

Gema masih ingat betul. Dulu pas Gema ikut lomba olimpiade se-Indonesia di SMA nya, Gema sampai memohon-mohon pada Sabila agar bisa menontonnya. Tapi Sabila bilang, "Mama nggak bisa ninggalin kerjaan Mama gitu aja. Kamu harus ngertiin Mama dong, Gema."

"Kamu besok juga nonton kan?" tanya Sabila mengangkat wajahnya yang sumringah.

Nafas Gema tertahan untuk sementara.

"Besok nonton sama Mama—"

"Besok Gema sama temen-temen, Ma." Potong Gema segera naik ke kamarnya.

Sabila mengerutkan keningnya. Tidak menyadari sama sekali dengan sikap cemburu Gema. "Gema, sebentar lagi makan malam. Jangan lupa turun ya?"

Di dalam kamar, Gema mendudukkan dirinya sendiri di kursi belajarnya. Dia masih tidak habis pikir dengan Sabila yang sebegitu sayangnya pada Shakeela. Mau tidak mau, Gema jadi jengkel juga nih. Memangnya siapa sih Shakeela? Kenapa dia begitu disayang oleh Mamanya?

"Gema, makan yuk. Semua udah siap." Terdengar suara Shakeela dari luar kamar Gema.

Gema berdecak tanpa sadar. Kalau saja dia tidak mudah lapar, Gema ogah turun makan bersama di ruang makan.

"Kamu kenapa, Nak? Cemberut gitu? Nggak diapelin Genta ya? Eh, lupa. Kan anak Papa sekarang udah jomblo ya." tanya Guruh sekalian meledek putrinya.

"Ih, Papa! Apaan sih! Garing! Garing kayak kanebo kering!" dengus Gema.

"Lah terus kenapa? Dari tadi kamu cemberut gitu?" tanya Guruh lagi.

Gema baru akan menjawab, tapi tidak jadi karena dia menyaksikan Sabila sedang mengambilkan lauk untuk Shakeela. Seolah tidak mempedulikannya.

Guruh mengikuti arah mata Gema.

Gema menghirup nafasnya dalam-dalam. "Pa, Ma." Ucapnya tiba-tiba cukup keras sambil meletakkan sendoknya ke meja.

Guruh langsung menoleh ke Gema, juga Sabila.

"Ada apa, Gema?" tanya Sabila heran.

Shakeela juga ikut memperhatikan Gema.

"Gema mau ngomong sesuatu sama kalian. Sebenernya udah lama pengen Gema omongin, tapi waktunya nggak tepat terus." Gema melirik Shakeela yang bingung dengan maksud Gema dengan sekilas.

"Ngomong apa, Nak?" tanya Guruh.

Gema menatap Guruh dan Sabila satu per satu, "Pa, Ma, tau nggak dimana Gesang sekarang?"

Pertanyaan Gema membuat raut wajah kedua orang tua itu berubah, yang membuat Gema mengerutkan kedua alisnya.

"Ya, Gesang sedang di rum—"

"Gesang di Bali, Ma." Potong Gema membuat Guruh dan Sabila terkejut bukan main. "Dia di Bali udah ada semingguan kali." lanjut Gema.

"Kamu... kata siapa?" tanya Sabila hati-hati.

"Jojo."

Guruh dan Sabila mendadak terlihat tidak nyaman. Guruh berkali-kali membenarkan posisi kaca matanya.

GemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang