31

230 29 27
                                    

Sendirian di meja makan pagi ini. Gema merasa kesepian. Guruh belum juga pulang dari pekerjaannya. Sedangkan Sabila? Ah, jangan ditanya. Ia sibuk mengurus Shakeela yang katanya sakit dan tidak bisa ke sekolah hari ini.

Sejak peristiwa kemarin, Gema belum bertemu lagi dengan Shakeela. Pun dengan Sabila yang yah, seperti yang dibahas di atas tadi.

Hatchim! Hatchim! Hatchim!

Gema bersin berkali-kali. Yang membuat nasi yang siap masuk ke mulutnya jatuh ke meja. Pandangan Gema berkunang-kunang. Sudah semalaman Gema merasakan kepalanya begitu berat dan pusing. Badannya juga menggigil. Akan tetapi, Gema tetap harus ke sekolah. Apa kata Ganesha nanti kalau tau dirinya sakit? Bisa kegirangan dia!

Setelah sarapan semasuknya, Gema bergegas pergi ke sekolah. Di pintu, dia berpapasan dengan Bi Jono. Bi Jono kontan khawatir melihat keadaan Gema. "Neng Gema pucet banget. Neng sakit kan? Iya kan? Duh, Neng, nggak usah berangkat ya? Neng Gema istirahat aja di rumah. Bi Jono takut Neng kenapa-kenapa di sekolah."

Gema memaksakan diri untuk tersenyum. "Di sekolah sama di rumah nggak ada bedanya, Bi. Mama tetep nggak ngurusin Gema."

Ucapan Gema membuat Bi Jono sedih. Bi Jono jadi berujar yang hanya bisa dia ungkapkan dalam hatinya saja. Memang keterlaluan Sabila. Padahal yang sakit bukan hanya Shakeela, jelas-jelas Gema juga sakit. Tetapi Sabila sama sekali tidak peduli pada Gema. Yang Sabila pedulikan hanya Shakeela saja.

"Gema berangkat ya, Bi. Assalamu'alaikum." Gadis itu berpamitan dan berjalan dengan pelan. Sangat bukan Gema yang biasanya pecicilan.

"Wa'alaikum salam, hati-hati ya, Neng." Bi Jono menatap punggung itu dengan khawatir.

Setelah sedikit kesusahan, akhirnya Gema sampai juga di sekolah. Kehadirannya langsung disambut oleh Giza dan Gerald yang menatapnya cemas.

"Kalian berdua? Kok tampang kalian nggak enak gitu? Nggak dapet uang jajan? Kuota abis? Atau apa?" tanya Gema terkekeh melihat kedua sahabatnya. Belum juga mendapat jawaban, Gema sudah bertanya lagi, "Si Sableng mana? Kok nggak keliatan?"

"Si Sableng hari ini absen. Katanya sakit, masuk angin." Jawab Giza cepat.

Gema tertawa seketika. Dia jadi teringat kejadian kemarin. "Ngeyel sih tuh orang, nggak mau dengerin gue. Jadinya sakit kan?"

"Lo juga sakit, Gem?" tanya Gerald tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya.

"Nggak enak badan aja dikit. Kemaren ujan-ujanan. Tapi nggak papa kok, gue kuat. Lo tenang aja." Gema menepuk-nepuk pundak Gerald. Akan tetapi wajah Gerald masih terlihat cemas. Pun Giza. Yang mau tidak mau membuat Gema bertanya-tanya. "Kalian kenapa sih? Kok ngeliatinnya gitu banget? Kayak habis nonton film Keramat aja."

"Gem, lo istirahat di rumah aja ya? Biar Gerald anter." Ucap Giza sambil meletakkan kedua tangannya di kedua bahu Gema.

"Hah? Istirahat di rumah? Lah orang gue udah sampe sini masa pulang sih?" Gema sama sekali tidak mengerti.

"Iya, Gem. Gue anter lo pulang sekarang ya?" Gerald merangkul bahu Gema tapi Gema tepis.

"Ih, kalian jangan bikin parno deh. Ada apa? Kalian nutupin apa dari gue?" Gema jadi curiga ada sesuatu yang mereka tutupi.

Giza dan Gerald saling tatap. Sedang menimbang apakah mereka harus mengatakannya pada Gema sekarang atau tidak.

"GEMAAAAAAA!!!!!!" jeritan Jennifer membuat ketiga siswa itu menoleh kaget. Terlihat Jennifer sedang berlari-lari menghampirinya. Sampai di tempat mereka bertiga, Jennifer langsung memeluk Gema sampai Gema kesusahan nafas.

GemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang