56

222 29 0
                                    

"Akhirnya kamu dateng juga." Shakeela tersenyum melihat siapa yang telah membuka pintu ruang kamar inapnya sore ini. Tidak lain, tidak bukan, orang itu adalah orang yang paling Shakeela tunggu kedatangannya. Orang yang membuat Shakeela mengambil jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya tapi gagal. Ya, Genta.

Cowok itu dengan wajahnya yang datar berjalan mendekati tempat Shakeela. Kedatangan Genta saat ini bukan semata-mata karena menuruti keinginan Shakeela yang ingin bertemu dengannya. Genta kesini juga karena ingin menyampaikan sesuatu.

Shakeela yang sudah duduk di atas ranjanganya sambil meluruskan kaki itu melongok ke belakang tubuh Genta. Dia mencoba menebak, barangkali Genta sedang menyembunyikan sesuatu seperti buket bunga atau setangkai bunga juga tak apa, di balik tubuhnya.

Genta ikut melongok ke belakang. Karena dia pikir, Shakeela barangkali melihat sesuatu di belakanganya yang tidak bisa dia lihat. Saat itulah, Genta memindahkan tangan kirinya yang sedari tadi dia letakkan di belakang tubuhnya ke depan. Saat itu pula, Shakeela kecewa. Rupanya Genta kesini dengan tangan kosong.

"Aku pikir kamu nggak mau dateng ketemu sama aku." Shakeela mengawali pembicaraannya. "Kamu pasti merasa bersalah ya, karena sekarang kamu liat kondisi aku begini karena aku nggak mau kehilangan kamu?"

Datar sedatar-datarnya. Hanya itu yang bisa Shakeela lihat dari wajah seorang Genta.

Gadis itu tersenyum, satu tangannya terayun, hendak menyentuh lengan Genta, "Ta—"

Akan tetapi, Genta segera menepis pelan seraya memotong ucapannya. "Berhenti ganggu hidup Gema."

Shakeela kaget luar biasa. Apa yang diucapkan Genta sama sekali tidak pernah terpikir olehnya.

"Apa lo masih belum puas ganggu dia? Nyakitin dia?" lanjut Genta menatap kedua mata Shakeela lurus-lurus.

"Ke-kenapa... Kenapa kamu malah ngomong—"

"Gue nggak mau liat Gema sedih lagi." potong Genta lagi.

Kedua alis Shakeela merapat. Matanya mulai panas. Shakeela yang berharap Genta akan luluh karena tindakan nekatnya, ternyata malah memikirkan gadis lain? "Kamu jahat, Ta! Kenapa cuma Gema, Gema, Gema yang ada di pikiran kamu?!"

Genta menghembuskan nafasnya cepat, "Karena Gema cewek yang gue suka."

"Kamu cuma kasihan sama dia, Ta. Itu bukan karena kamu suka sama—"

"Gue sayang sama dia. Gue cinta sama dia. Paham?" lagi-lagi Genta memotong ucapan Shakeela dengan nada yang sedikit naik.

Mulut Shakeela bungkam seketika.

"Oke, mungkin lo harus tau. Sebenernya, gue nggak pernah suka sama lo sejak awal. Lo cuma pelarian gue. Lo cuma alat yang gue pake di depan Gema, biar Gema nyesel udah putusin gue."

Mata Shakeela membulat sejadinya. Mulutnya menganga lebar mendengar apa yang Genta katakan. "Bo-bohong... Kamu pasti bohong, iya kan?"

"Gue serius."

Tangis Shakeela pecah sejadinya detik itu juga, bersamaan dengan hatinya yang hancur. Pernah Shakeela menjalin hubungan dengan Jacklyn, lalu putus. Tapi putus dari Jacklyn, Shakeela sama sekali tidak merasakan sedih apalagi sakit. Rasanya sangat amat berbeda dari apa yang Genta lakukan padanya. Jacklyn memang cowok brengsek. Tapi Genta jauh lebih brengsek!

"Untuk itu gue kesini mau minta maaf. Sekaligus minta lo jangan ganggu Gema lagi." pungkas Genta memperhatikan kejatuhan dan keterpurukan Shakeela untuk sesaat, kemudian pergi begitu saja meninggalkan Shakeela dengan tangisnya yang makin kencang.

Gema baru akan naik ke kamarnya, ketika tanpa sengaja melihat Guruh sedang duduk termenung sendiri di depan TV. TV dibiarkan menyala, akan tetapi fokus Guruh sama sekali tidak tertuju pada tayangan TV yang sedang menayangkan berita tentang virus corona yang menyeramkan. Gema benar-benar takut jika mendengar berita tentang itu.

GemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang