25

195 24 19
                                    

Guruh memasuki kamar Gema ketika Gema baru saja menyelesaikan PR Matematikanya. Melihat Papanya, Gema langsung mencopot kacamata yang sering dia pakai ketika belajar. Gema langsung menjemput Guruh di pintu. "Papa ngapain kesini? Nggak ada kerjaan apa?" tanya sang putri.

Guruh terus berjalan, sampai duduk di tempat tidur Gema. Gema ikut duduk di sampingnya. "Kamu belum tidur?"

"Gema kan kalong, suka melek kalo malem. Jadi kalo jam segini udah tidur mah cupu, Pa!"

Guruh terkekeh sambil mengacak rambut Gema. "Kamu ini. Tapi keseringan begadang nggak baik juga loh. Ntar kulit kamu cepet keriput."

"Jaman sekarang udah banyak skin care, Pa. Tenang, no worry."

Lagi-lagi Guruh terkekeh. Kali ini Gema ikut terkekeh. Sampai keduanya berhenti terkekeh. Pria itu membetulkan posisi kacamatanya. "Gema." Panggilnya membuat punggung Gema menegak.

"Yuhuuy, gimana, Papa Guruh? Ada yang bisa bantu Gema?" sahut Gema sambil meringis lebar.

"Kamu... nggak papa?" wajah Guruh tampak khawatir.

Alis Gema menyatu dan ringisan lebar di mulutnya perlahan pudar, "Nggak papa kenapa, Pa? Kok mendadak auranya jadi serem gini ya?" Gema memutar bola matanya.

"Nggak papa, kalo Shasha pacaran sama Genta?" lanjut Guruh hati-hati.

Jujur saja nih, Gema sudah sejenak lupa loh dengan hal itu lewat belajar tadi. Eh, ini malah Guruh mengingatkannya kembali.

"Gema?" panggil Guruh terlihat cemas.

"Nggak papalah, Pa! Kan Gema sama Genta udah nggak ada hubungan apa-apa lagi. Kecuali kalo Genta pacaran sama Shasha pas Genta masih sama Gema, baru Gema kenapa-kenapa. Etapi, yang bakalan kenapa-kenapa kayaknya Genta sih, Pa. Enak aja Gema kalah." jawab Gema meyakinkan.

Namun Guruh diam, memperhatikan putrinya dengan wajah cemas yang membuat Gema menggembungkan kedua pipinya lucu. "Ih, Papa! Gema nggak papa! Sungguh! Gema ini strong human, extraordinary girl, wonder woman. Mantan pacar jadian sama cewek lain? Santuy! Lagi nih, Pa, Gema ini kan pelajar. Daripada sibuk pacaran, mendingan belajar. Iya nggak?"

Barulah Guruh bisa bernafas lega sambil tersenyum senang. "Ini baru anak Papa." Ucapnya sambil menepuk-nepuk puncak kepala Gema. Gema hanya meringis. "Ya sudah, kamu cepat-cepat istirahat ya? Nggak baik keseringan begadang."

"Iyaa, Tuaaaan..." sahut Gema menirukan gaya bicara Bi Jono yang lagi-lagi memicu tawa Guruh diikuti Gema sendiri.

Sepeninggal Guruh, wajah ceria serta tawa lebar Gema seketika luruh.

Gema terpaksa berhenti ketika Shakeela memanggil namanya di koridor utama. Gema baru saja tiba di sekolah pagi ini, disusul Shakeela.

Cewek yang lebih tinggi sekitar 5 senti dari Gema itu berdiri di depan Gema dengan wajah yang setengah menunduk.

"What?" tanya Gema singkat.

"Ka-kamu... kamu masih marah sama aku ya?" tanya Shakeela memberanikan diri mengangkat wajahnya. Gema diam. "A-aku benar-benar minta maaf kalo aku salah. Untuk yang acara ulang taun aku, nggak papa kok kalo nggak dirayain. Aku nggak masalah—"

"Bodo amatlah. Mau dirayain, mau nggak, bukan urusan gue." Gema memotong cepat sembari menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

Shakeela menatap wajah Gema dengan sedih. Tidak menduga Gema benar-benar masih marah padanya. "Kamu beneran marah soal itu atau karena..." Shakeela menggantung kalimatnya. "Atau karena aku... pacaran sama Genta?"

GemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang