36

193 26 7
                                    

"Gemaaaaaaaaa!!!!!" Ganesha menangkup kedua pipi Gema dengan kedua telapak tangannya. Memastikan kondisi sahabatnya itu apakah baik-baik saja atau tidak. Ganesha memiringkan wajah Gema ke samping kiri, lalu ke samping kanan.

Gema yang merasa pipinya tertekan segera menepis tangan Ganesha. "Apa-apaan sih? Sakit tau! Gimana kalo pipi gue habis gara-gara lo?"

"Itu pipi, bukan bakpaoooo!!!!" gemas Ganesha sambil mencubit satu pipi Gema yang membuat Gema mengerang kesakitan.

"Gue bilang sakit! Malah lo cubit!" Gema misuh-misuh sambil mengusap-usap pipinya yang kini memerah.

Ganesha tidak bereaksi apapun lagi. Dia hanya diam memperhatikan Gema. Hal ini membuat Gema heran sekaligus bertanya-tanya.

"Lo waras kan? Nggak sakit kan?" tanya Gema yang hanya dijawab gelengan kepala Ganesha. Gema makin heran sekaligus curiga. Jangan-jangan benar Ganesha sakit. Dengan cepat Gema menempelkan telapak tangannya di dahi Ganesha. "Wah, Nesh! Kayaknya kalo gue nyetrika pake jidat lo, baju selecek apapun bakal licin!"

Ganesha meraih tangan Gema yang menempel di dahinya, lalu meletakkannya ke pangkuannya. Yang kemudian membuat Gema mengernyit heran. Sangat tidak biasa Ganesha bertingkah seperti ini.

"Nesh, lo nggak beneran sakit kan?"

Ganesha makin menjadi-jadi. Kini dia menggenggam tangan Gema.

"Nesh?" mata Gema melebar. Mendadak merinding.

"Kasian tangan lo udah nggak pernah ada yang ngegenggam lagi. Gue takut sampe tumbuh lumut."

"NESH?" nada bicara Gema mulai naik.

"Iya sayang?"

Gema menarik tangannya dengan cepat sehingga terlepas. Lalu tanpa ampun dia menimpuk kepala Ganesha sampai cowok itu menjerit kesakitan.

"Lo tuh ya, udah gue romantis-romantisin malah jiwa gorilla lo kumat! Gue tuh lagi nunjukkin perhatian gue ke lo, Gem!"

"Makasih deh ya, Nesh. Tapi gue nggak butuh perhatian lebay kayak lo tadi."

"Yah, jangan gitu dong, Gem. Hati abang sakit nih. Terluka." Ganesha memasang wajahnya yang pura-pura terluka.

"Sana pergi ke dukun!" sembur Gema sambil berlalu pergi.

"Oke, gue mau. Tapi sama lo ya?" Ganesha beranjak, berusaha mengejar Gema.

"Nggak mau! Sana sendirian aja! Lo kalo mau gila, gila sendirian aja! Nggak usah ajak-ajak gue!"

"Yaaah, jangan gitu dong, Gem? Gem? Gem! Woi, jangan lari kayak maling! Woi! Woi!" sambil tertawa Ganesha berhenti mengejar Gema yang berlari kian cepat mencoba melarikan diri dari Ganesha.

Begitu Gema tidak terlihat, tawa Ganesha mulai berhenti. Meskipun Gema terlihat biasa saja dan baik-baik saja, tetap saja Ganesha merasa khawatir pada gadis itu.

Semalam, ketika melakukan video call, Gema secara sepihak mematikannya. Tanpa pamit atau minimal pake sepatah, dua patah kata deh. Karenanya, Ganesha—Giza dan Gerald—yakin, pasti saat itu terjadi sesuatu pada Gema yang sayangnya Gema sembunyikan dari mereka.

Selain jam kosong, ada lagi yang disukai para pelajar, yakni tanggal merah. Apalagi kalau tanggal merahnya berjejer seperti kereta. Dari hari Jumat sampai Minggu. Wah, mantap! Dan sayang jika harus dilewatkan dengan rebahan saja.

Hal ini dimanfaatkan oleh Micky untuk melanjutkan aksi PDKT ke Gema yang tak kunjung menunjukkan progress.

Begitu bel istirahat berbunyi, Micky langsung ngacir menemui Gema yang kebetulan sedang berada di kantin bersama yah, siapa lagi kalau bukan Ganesha, Gerald dan Giza. Pengalaman dari yang sebelumnya, pasti kalau Micky mengajak Gema, Gema akan mengajak bala kurawanya ini. Okelah, meski terpaksa, Micky terima itu. Yang penting nanti disana dia harus mendapatkan kesempatan untuk berduaan bersama Gema! Harus!

GemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang