10

250 24 9
                                    

Genta memutuskan untuk pergi ke perpustakaan. Genta memang spesies cowok yang cukup langka di sekolah ini. Ganteng, keren, tapi suka mendatangi perpustakaan, tempatnya si kutu buku yang biasanya berkaca mata tebal dan paling jarang dijamah oleh cowok-cowok ketjeh. Selain itu, Genta itu pintar. Sering mendapat ranking sedikit satu angkatan. Terus dia juga beberapa kali ikut kejuaraan. Puncaknya, pernah dia mengikuti olimpiade sains tingkat internasional di Perth tahun lalu dan berhasil membawa pulang juara 1. Karena prestasi itu, dia sudah mendapatkan lampu hijau untuk berkesempatan kuliah di kampus-kampus ternama di dunia. Bersama anggota timnya yang salah satunya adalah ya, Gema.

Akan tetapi, catatan baik Genta harus ternodai ketika belum lama ini dia kalah dalam olimpiade Matematika tingkat nasional. Untuk itu, Genta bertekad akan belajar lebih keras dari yang sebelumnya agar bisa kembali mengharumkan nama sekolah.

Genta berjalan ke deret buku Sosiologi. Genta yang pintar menyukai apapun yang bisa menambah ilmunya. Dia tidak hanya menyukai satu bidang khusus. Baginya justru bisa mengetahui semua aspek dan menyukainya, akan menambah wawasannya. Termasuk dia yang masuk kelas IPA, juga seringkali belajar apa yang anak IPS dan bahasa pelajari.

Setelah mendapat yang dia mau, Genta segera membacanya di tempat sampai tiba-tiba ponselnya berbunyi.

Sejenak Genta mengalihkan perhatiannya ke ponselnya.

TROY: ntar pulang sekolah jgn lupa latian!

Tanpa membalas, Genta langsung memasukkan ponsel itu kembali ke sakunya. Tidak usah sampai di-WA seperti itu juga Genta sudah tau kok. Kemarin Micky sudah mengingatkannya.

Eh, tunggu. Genta buru-buru meraih ponselnya lagi yang sudah dia masukkan ke dalam sakunya. Dia membuka kunci layar ponselnya. Dan tara...terlihatlah wajah Gema sedang tertawa lebar dan bahagia di layar.

Genta benar-benar tidak sadar kalau dia masih belum mengganti wallpaper ponselnya. Wallpaper yang dengan isengnya, Gema setting sendiri di ponsel Genta dengan sepengetahuan Genta.

Tanpa terasa, bel masuk sebentar lagi akan berbunyi. Mencegah agar tidak terlambat masuk ke kelas, Genta memutuskan untuk keluar dari perpustakaan setelah mengembalikan buku Sosiologi itu pada tempatnya.

Di koridor menuju kelasnya, Jack tiba-tiba menghampirinya dengan sok akrab. Kakak kelasnya itu merangkul bahu Genta. Genta yang risi, langsung menepisnya.

Jack jadi tertawa. "Kesinisan lo nggak berubah ya? Makanya putus sama Gema."

Genta melirik cowok itu sambil terus berjalan.

"Lo nggak pengen cari pacar lagi? Atau lo masih nggak bisa move on dari Gema?" tanya Jack lagi sambil nyengir lebar.

"Mau apa lo?" tanya Genta to the point, tidak mau berbasa-basi dengan cowok ber-piercing di telinganya ini.

"Lo sekelas sama Shantik kan?" tanya Jack setelah terkekeh geli sebelumnya.

Shantik? Genta mengerutkan keningnya. Kayak pernah denger.

"Pacar tercantik gue."

Oh. "Kenapa?" Genta balik tanya.

"Tolong lo kasih ini ke dia." Jack menyerahkan sebuah paper bag pada Genta.

Genta tidak menerimanya. Hanya melirik. "Kenapa nggak lo kasih sendiri?"

"Ayolah, Ta. Gue udah ditunggu bokap gue di kantor. Bokap gue nggak mau nunggu gue lebih lama." Ucap Jack jujur. Memang benar, Jack sudah ditunggu ayahnya di kantor dewan direksi SMA Bumper. Tadi malam, Jack kepergok menyetir mobil dalam keadaan mabuk. FYI, ayahnya Jack merupakan pemilik yayasan sekolah ini.

GemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang