Ketakutan yang Shakeela rasakan sejak mendengar pembicaraan Genta dan Gagas kala itu makin menjadi begitu dia sendirian di dalam kamarnya. Membayangkan Genta memutuskannya saja dia tidak sanggup, apalagi jika benar harus mengalaminya.
Tidak bisa! Ini tidak bisa dibiarkan! Tidak bisa dibiarkan terjadi! Shakeela harus mencegah Genta memutuskannya. Shakeela harus mempertahankan Genta agar tetap di sampingnya. Tidak peduli meski Genta tidak mencintainya.
Shakeela memutar otaknya. Mencari-cari cara bagaimana agar Genta tidak pergi dari sisinya. Sayangnya, meskipun dia memikirkannya dengan keras, tak satupun cara berhasil dia temukan dalam otaknya.
Gadis itu memilih untuk keluar kamarnya. Barangkali dengan keluar kamar dia akan menemukan inspirasi. Dia turun ke bawah, ke lantai 1 tempat belum lama pesta ulang tahun ke-17 nya kemarin dihelat dengan mewah. Perasaan bahagia kala itu masih melekat di dalam hatinya. Setidaknya sampai satu detik sebelum dia merasakan sedih karena kabahagiaan yang dia rasakan harus hancur karena ternyata Genta berniat meninggalkannya.
Demi Gema!
Demi seorang cewek yang Shakeela lihat sedang turun di tangga.
Kedua perempuan itu bertemu. Saling berhadapan.
"Apa?" tanya Gema lebih dulu. Gema ingin ke dapur, mengambil air putih. Tapi karena Shakeela menghalangi langkahnya, Gema terpaksa bertanya. Sepertinya Shakeela punya keperluan dengannya.
"Kenapa kamu sejahat itu sama aku?" lempar Shakeela dengan mata menatap intens ke mata Gema. Matanya terlihat marah, merah dan mulai berkaca.
"Jahat gimana?" Gema memang tidak tau letak jahatnya dimana.
"Aku udah tau apa yang kamu lakukan sama Genta kemarin pagi di puncak." Aku Shakeela. Air matanya sudah membasahi pipinya.
Gema tidak begitu terkejut. Sudah dia duga pasti Shakeela akan mengetahui hal itu. Entah dari Genta sendiri atau siapapun. "Terus?" meskipun Shakeela sedang menangis di depannya, Gema sama sekali tidak terpengaruh. Sudah terlalu sering dia melihat cewek ini menangis. Dan semakin sering Gema lihat, bukannya Gema simpati, yang ada Gema malah mulas. Apa-apa nangis, sedikit saja nangis, dikit-dikit nangis. Cengeng boleh, tapi... argh! Entahlah! Mungkin karena dia adalah Shakeela, orang yang sudah membuat Gema merasa menjadi orang tersisih dari ibunya sendiri.
Shakeela menatap Gema tidak percaya. Bisa-bisanya Gema besikap santai seperti itu setelah mencoba mencuri Genta darinya? "Kamu bener-bener nggak punya hati, Gema..."
"Lo udah tau full versi dari kejadian kemarin? Gue tolak Genta kok. Gue nggak mau balikan sama dia. Karena gue tau diri, dia itu PACAR LO YANG PALING LO CINTAI DI DUNIA INI. Jadi sekarang apa masalahnya?" seru Gema tidak terima dibilang tidak punya hati. Enak saja! Kalau benar-benar Gema tidak punya hati, Gema akan langsung mengiyakan ajakan Genta saat itu juga tanpa perlu memikirkan Shakeela!
"Iya, aku tau kamu nolak dia. Tapi aku merasa nggak semudah itu kamu akan menolak dia lagi jika dia benar-benar putusin aku."
Gema tersenyum sinis. Dia jadi merasa tertantang, "Berarti tugas lo bikin hal itu nggak terjadi kan? Iya kan? Atau lo... merasa ragu dan nggak bisa ngelakuin itu? Hm?"
Lagi-lagi Shakeela menatap Gema dengan tidak percaya. Kepalanya menggeleng-geleng. Bibirnya bergetar. Tantangan dari Gema terdengar sangat nyelekit dan menyakitkan. "Jahat. Kamu benar-benar jahat Gema. Padahal Tante Sabila sangat baik hati, tapi kenapa kamu nggak seperti itu? Apa jadinya kalo Tante Sabila tau kelakuan putrinya yang seperti ini. Pas—"
"Jangan bawa-bawa Mama!" potong Gema cepat. Mendadak emosi Gema meningkat ketika Shakeela mengait-ngaitkan masalah ini dengan Sabila.
Shakeela tidak peduli, tetap melanjutkan ucapannya, "Tante Sabila pasti akan marah. Ikut sedih dan akan marah melihat aku tersakiti seperti ini oleh anaknya sendi—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gema
Teen Fiction(COMPLETE) Hidup Gema jadi tak semenyenangkan dulu setelah kedatangan Shakeela. Gema ditinggal oleh Gesang, Gema harus berbagi kasih kedua orang tuanya, Gema juga harus merelakan Genta. Hanya Ganesha, Gerald dan Giza saja yang selalu setia bersamany...