Penyesalan yang ada di hatinya, runtukan ucapan bodoh di pikirannya. Duduk dengan menatap rumput hijau, kesedihannya tidak akan pernah sebanding dengan yang Delliya alami. Dirinya memang sangat bodoh, mengikuti permainan yang di lakukan oleh Lexsa. Sekejap kedekatan akan menjadi keregangan, entah itu sementara ataupun untuk selamanya. Di biarkan, di singkirkan, dan tidak di anggap, biarlah mereka melakukan itu padanya, ini memang sebuah hukuman yang harus di jalani, kalo bukan karna Ricky dirinya tidak akan berada di sini, tetapi di dalam jeruji besi. Tetapi itulah yang pantas untuk dirinya, mungkin rasa bersalahnya akan mengurang dengan melakukan proses hukuman.
"angkatlah wajahmu, jangan sampai mahkota itu terjatuh" ucap seseorang.
Claras masih tetap menunduk, hingga akhirnya lelaki itu duduk di sampingnya, dan mengangkat dagu Claras secara perlahan. Terlihatlah dirinya yang hancur, mata merah sembab, hidung merah, rambut sudah tidak tentu arah. Ricky tersenyum sembari menyusut air mata. "sebenarnya gue tuh kecewa sama lo Cla, tetapi..." ucapan Ricky terpotong.
"kenapa lo nyelamati gue dari polisi? Biarkan gue menjalani hukuman ini, mungkin rasa bersalah ini akan mengurang sedikit."
Ricky tetap tersenyum. "look to me Cla" Claras menatap Ricky dengan sendu. "setiap manusia pasti mendapatkan kesempatannya Cla, jadi ini kesempatan lo buat merubah segalanya."
"tapi gue cewe jahat, kenapa lu gak jauhin gue Ricky? Gue ini wanita gak bener."
"sejahat-jahatnya seseorang, pasti dia tidak akan menetap di satu tempat, gue percaya sama lo kok, lo bisa berpindah haluan menjadi lebih baik lagi." lagi-lagi Ricky tersenyum.
"terimakasih atas kepercayaannya, akan gue jaga" Claras tersenyum.
"nah gitu dong, senyum kan manis, tetapi apapun ekspresi lo gue suka semuanya, kecuali kejahatan lo yah" dengan kekehan.
"kenapa suka semuanya?"
Ricky tersenyum. "boleh gue jujur?"
Claras mengangguk.
"gue sayang sama lo."
Claras sempat terkejut, tetapi dengan cepat ekspresi itu kembali ke semula. "gue merasa gak pantes buat lo, dan ntahlah gue juga tidak tahu dengan perasaan ini, boleh minta tolong?"
Ricky mengangguk.
Claras mengambil dua amplop dengan hiasan pita hitam di depannya yang telah di tulis dari sejak tadi dia duduk di sini. "tolong berikan ini kepada Rafi dan Delliya."
"yah, akan gue berikan."
Claras tersenyum. "Gue gak menyuruh lo menunggu, tetapi bila lo suka rela nunggu gue, maka gue akan kembali."
Ricky tidak mengerti apa yang di katakan Claras, menunggu, kembali, itu sangatlah pusing untuk di pikirkan. "gue gak mengerti?"
"gue akan pergi dari sini, hanya untuk sementara, suatu saat nanti gue akan kembali hanya untuk lo, bagaimana?"
"akan gue tunggu, berapa lamapun itu."
"maaf untuk perbuatan gue, maaf untuk kekacauan ini, maaf untuk semuanya."
Ricky mengangguk. " jaga diri baik-baik, gue akan menunggu lo"
Claras tersenyum, menatap lekat wajah Ricky. Berada di dekatnya terasa nyaman, tah itu hanya perasaan saja. Tapi kini keputusannya sudah tepat, dia ingin pergi, bukan menghindar dari masalah, tetapi hanya untuk menenangkan diri, dan kembali pada saat waktu yang telah di tentukan. Langkah pertama untuk pergi sangatlah berat, penyesalan terus saja menghantam hatinya. Biarkan rasa sesal ini akan ikut bersamanya, kelak ini akan selalu mengingatkan dirinya pada kejadian yang telah terjadi saat ini. Langkah kaki Claras meninggalkan Ricky sendiri. Kisahnya masih berlanjut, hanya saja Ricky perlu menunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Girl Vs Bad Boy [Revisi]
Teen FictionDelliya Marvalia, terkenal dengan ketomboyannya, dia sangat handal dalam melakukan balapan liar, bahkan sangat di segani oleh seluruh siswa dan siswi di (HSSG) sayangnya dia memiliki sifat dingin bak es batu. sedangkan Rafi Reynandanta, cowok dengan...