CG*Happiness*BB

3.6K 133 2
                                    

" Delliya bantuin kita lah" Brayen berbicara dengan nada memohon.

"apa?"

" si Rafi Dell si Rafi" Alvi berdramatis.

Delliya langsung mengalihkan penglihatannya ke arah Alvi dan Brayen, serta meninggalkan film yang sedang ia tonton sejak tadi.

" gini Dell, kan tadi gue tuh join yah di cafe Ramoon, lo tau kan? pasti tau lah, nah, kan si Rafi tuh belom datang, kita bertiga nunggu udah sampe satu jam lebih, terus kita berencana cari si Rafi, tapi sudah di cari di berbagai tempat dia gak ada, bahkan di rumahnya pun. Gue telfon Alvi, gue butuh bantuan dari lo berdua Dell" penjelasan Brayen.

"Claras mana?"

"dia lagi nyari Rafi juga Dell, bareng si Fardan, Ricky juga lagi buat laporan ke kantor polisi" alibi Alvi.

Delliya langsung menelfon Rafi beberapa kali, ponselnya berdering, tetapi tidak di angkat. Terdapat ke khawatiran di diri Delliya, namun dia tidak menampakan itu, hatinya sangat sakit mendengar Rafi hilang, cairan bening menetes tanpa dirinya itu sadari.

Alvi dan Brayen mulai menyadari, bahwa Delliya menyimpan rasa kepada Rafi, tetapi dia hanya bisa memendamnya, itu semua di gantikan dengan wajah datar yang setiap hari Delliya tampakan. Tetapi mulutnya s'lalu berdusta, tidak sesuai dengan hatinya itu, Bila di tanya tentang perasaan oleh Alvi.

Delliya mengusap kasar air mata itu, dia bergegas ke lantai atas untuk berganti baju, perasaan nya bercampur aduk, sedih, bingung dan hal yang sedang di pikirkan saat ini, Rafi.

"Gue gak mau tau gimana cara nya, cari sampai dapat" ucap Delliya kepada Alvi dan Brayen.

"kita cari bertiga Dell, ayo!" ajak Brayen.

"pencar, biar gue sendiri cari dan lo berdua. Kalo ada informasi kasih tau gue langsung." ucapnya yang langsung meninggal kan mereka berdua, dan pergi menggunakan kendaraan motornya itu.

"lah yang punya rumah nya pergi duluan, aneh tuh orang."

Alvi memukul Brayen cukup keras. " dia sahabat gue, lo mau nge bacot terus di sini"

"auhhh sakit ih, jahad banget sama pacar sendiri juga, iya ayok berangkat" ucap Brayen sambil cemberut.

"jangan di jelek-jelekin tuh muka, udah jelek juga."

Brayen tidak menjawab perkataan Alvi, dia membiarkan Alvi berbuat sendirinya, biasanya memperhatikannya, tetapi sekarang dia mengacuhkan, bukan marah atau sakit beneran di pukul oleh seorang cewe, namun, dia ingin melihat kepedulian Alvi padanya sebesar apa, tetapi di dalam mobil hening, tidak ada satu pun yang angkat bicara.

"Selanjutnya Brayen!"

"lo aja."

"ih kan di ponsel lo, lo kenapa sih biasanya juga gak gini, lo masih marah sama gue hah, gitu aja marah jelek tau, cepetan iihhh brayen"

"iya iya, gak osah teriak kali, bentar mau berhenti dulu, bahaya nyetir sambil main ponsel."

"Hallo Delliya"

"gimana?"

"nih tadi ada pesan masuk, katanya Rafi ada di tangan gue, kalo lo mau dia, lo harus datang ke cafe Ramoon, dia di sekap di sana di gudang belakang Dell, ini gue lagi otw ke sana."

"oke, thanks info nya."

Setelah menelfon Delliya, Brayen memberitahu kepada sahabatnya itu. Menancap kembali gas melanjutkan perjalanan nya, dengan di atas rata-rata, karna dia tahu pasti Delliya akan cepat sampai, jelas dia tahu, Delliya handal dalam menjinakan motornya itu.

Cool Girl Vs Bad Boy [Revisi] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang