CG*Studying together*BB

2.7K 97 0
                                    

Ingatlah di foto tidak akan pernah berubah, dia seperti itu akan tetap seperti itu, beda lagi dengan yang nyata, sungguh manusia akan selalu berubah-ubah tidak mungkin tetap.

Delliya Marvalia-,

<•><•><•>

Tepat di ruang tamu mereka sedang belajar, fokus dengan buku yang mereka baca sesuai dengan jadwal ujian yang telah di beritahu oleh pihak sekolah, terkadang Rafi tidak mengerti dengan materi yang tengah di pelajari sekarang, bahkan sudah beberapa kali di baca, dia tidak dapat mengerti, untuk itu Delliya membantunya, mencoba agar Rafi dapat mengerti. Begitu pun sebaliknya Rafi akan membantu Delliya bila dia tidak mengerti. Mereka saling membantu sama-sam.

Sudah beberapa jam mereka belajar. Tapi tidak ada kata lelah atau pun suntuk dengan bacaan-bacaan yang mereka perhatikan bahkan harus di mengerti sampai di luar kepala. Karna mereka belajar dengan metode santai, tidak terlalu serius dengan bacaan, sedikit bercanda. Namun, harus mempunyai hasil dari pembelajaran saat ini.

Mereka pun melakukan permainan tanya jawab, yang di usulkan oleh Delliya, agar bisa melihat kemampuan menjawab cepat dari dirinya maupun Rafi. Tetapi dengan satu syarat dari Rafi, apabila jawaban yang di tanyakan salah, satu hukuman yaitu dengan mengoleskan lipstik merah di wajahnya. " terus Lipstik nya mana?" tanya Delliya dengan kerutan di dahinya.

Rafi tersenyum senang, dia mengambil tas yang telah di bawakan oleh suruhan Rafi. Dia mulai mengobrak abrik tas itu, dan akhirnya benda yang Rafi cari di temukan. Mengacungkan bendanya ke hadapan Delliya, dengan senyum senang. Delliya bukan nya senang, terkejut tentunya, bisa di bayangkan seorang cowo mengambil lipstik setiap hari ke sekolah, dan lipstik itu di simpan di tas nya. Delliya meragukan Rafi, dia benar-benar cowo atau cowo-cowoan yang bisa dandan. "Kamu cowo kan, bukan bencong?" to the point Delliya bertanya.

Pertanyaan Delliya, sukses membuat Rafi tertawa. "hahah pertanyaan apa itu Liyaa, jangan bilang kamu ngeraguin aku yah, hahahah." ucapnya dengan di selingi oleh tertawa.

Delliya mendengus kesal, dia benar-benar ragu saat ini kepada Rafi. "apa benar dia bencong, gak gak mungkin, sekarang gue pacarnya dia, kalo benar dia bencong-," Dellia langsung menutup wajahnya dengan kedua tangan, dia tidak tau harus bagaimana, apabila itu benar.

Sontak Rafi yang melihat kelakuan Delliya, mengundang gelak tawa lagi dan lagi. "are you oke baby?"

Delliya menggeleng dia tidak baik saat ini setelah melihat Rafi, pacarnya sendiri seperti ini.

Rafi menyudahi tawanya, mesti ingin tapi dia hentikan, dari pada mengundang ke tidak salah pahaman. "Liya listen me okey, aku Rafi Reynandanta benar-benar seoarng cowo, itu real. Jadi kamu jangam berfikir yang aneh-aneh tentang aku" jelasnya di iringi senyuman.

"lalu... itu tas yang sama setiap hari kamu bawa ke sekolah, berarti kamu bawa benda itu setiap hari ke sekolah?"

Rafi menggelengkan kepalanya dengan cepat. " No Liya, aku tidak membawa benda semacam itu ke sekolah, dan benda-benda lainnya."

"lalu kenapa ada di situ?"

"jadi gini pas waktu hari sabtu setelah pulang nganterin kamu, mamah minta aku nemeninnya untuk belanja, sebenarnya aku juga malas, apa boleh buat, dia minta denga paksa, dan papa juga gak ada, dia belum pulang dari kantor. Kebetulan mamah belanja perlengkapan make up, yah dia titip barang itu semua ke dalam tas aku. Pas di bawa kotak make up nya bolong, dan otomatis masuk ke dalam tas aku. Mungkin itu gak kebawa sama mamah kemaren malem." jelasnya lagi panjang lebar.

Delliya menghembuskan nafas lega, pemikirannya salah, dan bersyukur pacarnya tidak seperti di pemikiran yang tidak di inginkan.

Delliya tersenyum. " Next" katanya.

Kemudian mereka melanjutkan, pertanyaan demi pertanyaan di jawab dengan benar oleh Delliya, bisa di katakan Delliya menjawab pertanyaan dari Rafi dengan benar dan detail. Sedang kan Rafi selalu kurang tepat. Semisal begini, pertanyaan ke Bandung jawabannya ke Bali. Coretan lipstik hitam juga sudah banyak di wajah Rafi, Delliya tidak ada coretan sedikit pun.

"Curang kamu" tuduh Rafi.

"apaan, curang juga enggak, gimana juga otak" ucapnya membuat Rafi melongok.

Delliya memikirkan sesuatu, kemudian berkata. " sini duduk!" perintah Delliya di turuti oleh Rafi. Dia duduk di sebelah Delliya.

Delliya perlahan membuka kamera di ponselnya. Pose mereka memasang muka jelek-jelek semua.
Setelah selesai, Delliya mematikan ponselnya kembali.

"Next?" tanya Delliya.

"enggak, udah cukup muka aku kek gini, mening udahan ah" tolaknya, setelah itu tiduran di sofa.

Delliya memutar malas bola matanya, membereskan buku yang bertebaran di lantai maupun meja. Rafi hanya memperhatikannya tanpa membantu. "Dasar yah, gak ada niatan buat bantuin" batin Delliya kesal.

"Anjirtt itu muka" ucap Daniel yang baru datang, dengan gelak tawa.

"bukan, tapi pantat gosong puas lu bang hah" kesal Rafi.

Daniel masih tertawa dengan sangat kencang. "pantat gosong hahahah"

"Bang Daniellll!!" panggil Rafi dengan nada datar.

"apa?"

"game skuy bang, gue bawa steak nya nih" ajak Rafi dengan senang.

"buat apa steak?? tolol, gue juga punya" ucapnya dengan sombong.

"lah ini steak andalan gue bang, gue udah terlanjur nyaman sama yang ini, kagak mau sama yang lain lagi" dramatis.

Daniel memperagakan muka mual mendengar perkataan Rafi yang penuh ke alayan. "halah lebay lu, ya udah mumpung gue lagi santai nih"

"ya udah duluan aja bang, mau bersihin ni muka"

Daniel mengangguk, dan pergi menuju lantai dua, tangga demi tangga dia lewati.

Delliya masih membereskan buku, dengan sigap Rafi membantunya sampai semuanya kelar. Matanya menatap iris orange, sama halnya Delliya menatap iris mata coklat terang milik Rafi.

"Meski muka penuh lipstik, tetep aja ganteng" batin Delliya.

"Iya Liya aku tau, aku ganteng" Rafi berkata dengan percaya diri.

"ganteng apa? muka kek pantat wajan juga" bohong Delliya.

"Jahat banget jadi pacar dih" ucapnya dengan so sedih. "bersihin dulu muka yaa, terus main game" lanjutnya.

"malam nanti harus belajar!"

"iya tapi ajarin sama kamu, udah dulu yah tatatititata" ucapnya sebelum pergi dengan cengengesannya.

Delliya pergi ke kamar, setelah itu langsung berhambur ke kasurnya yang membuat dirinya nyaman, sambil memperhatikan hasil foto-foto tadi berdua dengan Rafi. Tanpa di sadari dia tersenyum, betapa lucunya Rafi, dengan berbagai gaya pose jelek pun masih tetap ganteng, begitulah takdirnya. enyahlah Delliya dari kasur, kemudian pergi menuju kamar kerja Pap Andre, fotonya akan di jadikan polaroid sekaligus kenangan manis baginya. Setiap satu foto di cetak dua, hanya memberikan kejutan kepada Rafi, satu kenangan untukku dan satu kenangan lagi untuknya. Ini yang harus Delliya lakukan. Ingatlah di foto tidak akan pernah berubah, dia seperti itu akan tetap seperti itu, beda lagi dengan yang nyata, sungguh manusia akan selalu berubah-ubah tidak mungkin tetap. Dan dirinya berdoa, biarkan perubahan itu terhadap sifat yang menuju hal positif, perilaku yang lebih baik, dan hal-hal yang baik pula. Lalu dengan hati, tetap lah seperti ini, jangan pernah berubah. "tetaplah bersamaku Rafi."

<•><•><•>

Cool Girl Vs Bad Boy [Revisi] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang