CG*Traitor*BB

2.4K 77 3
                                    

Para perempuan berada di kamar Delliya, mereka tengah membicarakan hal-hal yang tidak penting, menurut Delliya sendiri. Tetapi cukuplah untuk menghilangkan ke jenuhan.

Alvi tengah menahan kantuknya. Sejak tadi hanya mendengarkan cerocosan Claras, untung saja kak Monica berbaik hati, dia mendengarkan semuanya yang Claras bicarakan, dan merespondnya. Benar sangat tidak kuat lagi untuk menahan kantuk. Dengan segera Alvi meminta izin kepada mereka semua, dirinya sekarang hanya ingin tidur, sempat mengajak Claras tetapi dia tidak mau ikut, katanya ingin tidur dengan Delliya. Alvi tidak peduli, bila dia tidur sendiri, yang dia pedulikan dirinya harus segera tertidur.

Karna stok makanan sudah habis, Monica mengambil makanan terlebih dahulu. Tersisa tinggal Claras dan Delliya di kamar itu. Claras pergi untuk mengunci pintu terlebih dahulu, dan duduk di tempat sebelumnya.

"Hidup dalam perintah orang lain tuh gak enak yah, Dell. Apalagi bila menyukai lelaki yang sama" ucap Claras ngelantur.

Delliya mengerutkan keningnya, apa yang di katakan Claras itu tidak di mengerti oleh dirinya. "apa maksud lo Cla?"

Claras berdiri dari posisi duduknya dan pergi untuk membuka jendela besar yang menuju arah balkon. "yayaya, apa lo gak tau yah, dulu lo sempat ngebunuh pacar lo, siapa namanya? Emmm Rangga, oh iya Rangga. Lo merebut dia kan dari Lexsa. Lalu gue dulu suka dengan seseorang, tapi dia gak suka dengan gue, benar-benar kasian yah gue, tetapi dia sukanya sama lo Dell.  Kenapa lo selalu mengambil hak orang lain, mengambil kebahagiaan gue kenapa??" teriak Claras di hadapan Delliya.

"apa yang lo bicarakan Claras." bingung Delliya.

Claras tertawa. "gue yang berharap penuh sama Rafi, eh ternyata lo yang jadinya, gue di mata lo kaya babu yah Dell. Nurut apa yang lo mau, sampai hak gue, lo rebut segalanya."

Delliya beranjak dari tidurnya, menghadap wajah Claras yang penuh kemarahan dan kebencian padanya. "lo itu sudah gue anggap sebagai saudara, ucapan lo ngelantur Cla, lo juga tau sendiri, gue sayang sama Rangga, kenapa gue harus membunuh dia, kenapa lo bahas masalah ini?? Oh tentang Rafi bukan, lo suka sama dia, kenapa lo dari sejak dulu gak bicara sama gue Cla."

Claras tersenyum miring, dan mengambil barang yang di baluti kain hitam. Tanpa pikir panjang Claras mengacungkan belati dan menodongkan kepada Delliya. "sudah cukup. Karna gue dari sejak dahulu, benci dengan lo, lo yang merebut segalanya, lo Bitch" ucapnya dengan menekan kata Bitch.

Brughh...

Suara seseorang di balkon, dan beberapa langkah kaki mendekati Delliya, yang sedang menatap Claras dengan santai. Dirinya tau masalah ini lah yang tengah menimpa padanya, penerroran waktu itu, di lakukan oleh teman sendiri. Kecewa tentunya, dirinya sangat kecewa kepada Claras, sahabat kecilnya.

Yang Delliya lihat dua orang laki-laki yang berkeperawakan kekar, serta satu perempuan yang kebetulan benar-benar Delliya sangat kenali. "Lexsa!!" ucap Delliya.

Lexsa hanya tersenyum mengacuhkan Delliya, dengan pistol di pegang bagian kanan. "hallo Delliya, apa kabar? Lama tidak jumpa." ucapnya dengan kekehan.

Delliya mengawasi gerak gerik mereka dengan tenang. "ada urusan apa lo ke sini!" Dengan suara yang keras.

"urusan nya sama lo, oh iyah iyah, gue juga mau berterima kasih dengan sahabat gue yang satu ini." ucap Lexsa sambil merangkul Claras. "thank bro" lanjutnya.

Delliya benar-benar sangat kecewa kepada sahabatnya itu

Claras menganggu dengan senyuman miringnya itu. "you are welcome bro."

Lexsa tersenyum dengan smirk memerintah dengan kode tubuh, tentu saja Claras tahu hal apa yang di maksud. Dengan cepat Claras melempar belati itu ke arah Delliya.

Settt

Arghhh

Tepat di tangan kanannya terdapat goresan belati, Delliya tidak cukup cepat untuk menghindar, jadilah seperti ini darah terus saja keluar, perih tentu rasanya, bahkan lebih perih melihat sahabat sendiri mengkhianatinya.

tok tok tok

"Liya buka pintunya" ucap Monica di balik pintu.

Lexsa terkejut, bukan takut ketahuan. Namun, suara yang begitu tidak asing. "hai Monica, kau masih mengenal gue kan" teriak Lexsa dengan lantang.

prang

Monica melepaskan baki yang sejak tadi di pegang, pecahan gelas dan piring berceceran di lantai. " Lexsa, apa yang kau lakukan di sini" amarah Monica memuncak, setelah mendengar bahwa Lexsa ada di dalam.

Dua bodigart memegangi Delliya, tentu saja Claras tidak tinggal diam, dia mempermainkan belati itu hingga menyatat kulit putih di pipi bagian kanan.

Arghhh

"hentikan apa yang kau lakukan, loser. Kalo berani, lawan gue tanpa dayang lo" teriak Delliya menggema di seluruh ruangan, sambil meronta-ronta agar dapat terlepas dari cengkraman dua cowo itu.

Lagi-lagi anggota badannya terlumur darah, setetes demi setetes menghiasi lantai putih dengan bercak darah Delliya.

"Lexsaaa apa yang lo lakuin dengan Delliya, bukan pintunya, buka!" ucap keras Monica. Namun, saat ini di iringi dengan tangisan pilu, tidak diam di satu sisi, Monica pergi untuk mengambil kunci cadangan dan memberi tahu ke Daniel, Rafi serta yang lainnya.

"Bagaimana Liya? Apa lo merasakan apa yang gue rasakan, lo yang bunuh Rangga, lo yang menghancurkan hidup gue selama ini, bahkan sahabat lo sendiri, lo bisa lihat kan, dia memihak kepada siapa."

"Loser lo, lepasin gue bangsat. Apa ini hanya keberanian lo, percuma lo nyerang gue, bila lo sendiri hanya diam, dan dayang lo yang melakukannya, cuihhh" Delliya menyepelekan Lexsa dengan membuang ludahnya.

Lexsa geram dengan Delliya, dengan cepat dia mendekatinya, baru saja akan membogemnya, tetapi pintu sudah terbuka. Kemarahan mereka sangatlah terpancar, Rafi yang penuh ke khawatiran, Daniel yang marah, dan berbagai macam lainnya.

Tanpa menunggu lagi Rafi menghajar dua lelaki berkeperawakan kekar itu, dengan nafsu amarah, sama halnya Daniel.

Monica langsung memeluk Delliya dengan pilu, sakit melihat seorang adik seperti ini, badannya penuh darah, benar-benar sangat menyedihkan. "Liyaa ka-ka-u ber-darah sayang" ucap Monica dengan gemetar.

"i'ts okey, no problem kak Nica, Delliya fine, jangan khawatir ok."

Fardan segera berlari menutup jendela balkon dengan rapat, dan tepat berada di belakang Lexsa.

Sedangkan Brayen sendiri dia pergi keluar, ntah apa yang sedang dia lakukan. Dan Ricky tentu saja menatap lekat Claras, dirinya sangat kecewa dengannya, apa yang di lakukan Claras benar-benar tidak baik, Delliya sahabatnya kenapa dia melakukan semua ini.

Dua bodigart itu tumbang, dan sekarang ini Rafi tengah berhadapan dengan Lexsa, dia wanita. Namun, sangat licik. Dia bisa membahayakan Delliya secara menyiksanya, tetapi itu hanya untuk sekarang. Dan seterusnya Rafi tidak akan membiarkan Delliya terluka lagi.

Dia merasa sakit melihat luka di tubuh Delliya, dia merasakan apa yang tengah Delliya rasakan sekarang ini.

<•><•><•>

Si Claras punya wajah dua, dasar pinter banget ya kan dramanya, udah tuh, yah gitulah;Vv

Author: Lala benci Claras;(

Claras: diam. Atau gue sayat lo ya lala.

Author: Aswjjdhusjebwyscsj# mening diem aja lu lala, tolol huaaa-_-




Cool Girl Vs Bad Boy [Revisi] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang