CG*warning*BB

2.4K 79 0
                                    

Berubah sifat, seperti malaikat bila kita melihatnya, setelah di belakang layaknya iblis, berusaha menusuk sahabatnya.

PutraFardan_

<•><•><•>

"Lihatlah dia sendirian di sana, apa lo akan terus mengabaikannya Rafi?"

Rafi masih diam terpaku.

Fardan berjalan mendekati kasur king size lalu merebahkan dirinya sambil menutup matanya. "Itu semua hanya kesalah pahaman, kalo memang benar pesan itu terkirim kepada Delliya, apa Delliya berbicara kepada lo, atau kah gue, bahkan teman-teman lainnya, soal pesan yang sangat penting itu, bagi lo?"

Rafi masih terdiam, menatap Delliya dari atas balkon.

"memang benar nomor itu miliku, tetapi apakah nomor itu benar adanya milik Delliya?"

Rafi beralih melihat Fardan yang begitu santai di atas kasur. "yah, nomor itu milik Delliya."

"Kenapa pesan nya tidak ada, kenapa Delliya tidak menerima pesannya, bahkan tidak ada satupun yang tahu tentang ini?"

Rafi melangkahkan kakinya pergi dari kamar, tetapi perkataan Fardan menghentikan langkahnya.

"ada sahabat kita yang iri dengan hubungan lo, dan lo harus tahu itu. Gue selalu memperingati lo, bahkan di saat kumpul bersama. 'jaga Delliya' Bukan berarti lo gak bisa menjaga Delliya, tetapi banyak orang yang mengincar pacar lo, ingat itu Fi."

"Apa maksud lo?"

"Bukan hanya orang jauh, orang terdekat memiliki wajah bermuka dua. Berubah sifat, seperti malaikat bila kita melihatnya, setelah di belakang layaknya iblis, berusaha menusuk sahabatnya sendiri dari belakang. Lo harus menjaga Delliya, bahkan jangan mempercayai sepenuhnya kepada sahabat lo sendiri maupun sahabat Delliya."

Ucapan Fardan membuat Rafi sadar, bahwa ada seseorang yang ingin menghancurkan hubungannya. Tentu Rafi tidak akan membiarkan itu terjadi, dengan cekatan Rafi pergi dari kamar meninggalkan Fardan sendiri.

Fardan terbangun dari tidurnya itu, lalu menatap pintu. "bukan saatnya kau tahu tentang semuanya Fi, gue hanya ingin kau mengetahui sendiri, ini hubungan lo, ini kisah cinta lo, dan gue tidak ingin ikut serta dalam kisah yang tengah di jalankan oleh sahabat kita sendiri. Apa benar lo mempercayai gue atau tidak, hanya memberi jalan dan peringatan, itulah yang gue bisa."

<•><•><•>

Setelah selesai dengan acara makan malam, mereka semaunya pergi ke mana yang menurut hati mereka inginkan. Seperti Brayen dan Alvi pergi berdua entahlah kemana. Dan pasangan-pasangan lainnya sama seperti yang di lakukan Brayen.

Di sinilah, di bawah langit yang gelap di hiasi oleh bintang, dengan suara gemuruh ombak, dan angin malam yang begitu menerpa seluruh tubuh, tanpa balutan kain panjang, dingin yang di rasakan dirinya. Tetapi ketenangan seperti sekarang yang dirinya inginkan.

Sendiri dengan kegelapan malam, tidak ada satupun teman yang menaninya. Pemikiran dahulu, berlibur bersama orang yang di sayang  akan terasa lebih bahagia, bahkan memiliki banyak kenangan, tetapi kenyataan itu sangatlah pahit, dan buktinya hanyalah sebuah kesedihan, bahwa masalah terlibat dalam hubungannya, yang membuat keseluruhan hancur berantakan.

Dia yang tidak pernah menyapa, dia yang tidak pernah berbicara, bahkan sekedar senyumpun dia tidak lakukan.

Bukan hal besar, tetapi hal sepele seperti ini bisa membuat keduanya hancur berantakan, sampai sekarang dirinya tidak tahu masalah apa? Sampai Rafi berubah drastis kepada dirinya, yang mempunyai status sebagai seorang kekasih.

Meski Delliya gadis tangguh, tetapi dia rapuh dalam hal ini, dirinya tidak ingin kehilangan lagi dan lagi orang yang di sayang  baik keluarga maupun dia.

Kejadian beberapa tahun itu, membuat Delliya sedih. Bulir air mata menetes tanpa aba-aba, berguyur menjadi deras, tangisan dalam diam sangat menyakitkan, tetapi inilah yang harus Delliya lakukan, agar dirinya tidak di anggap seseorang yang lemah.

"Lagga!!" ucapnya lirih sembari menatap ombak yang terus saja bergemuruh.

"Lagga!! Liya rindu Lagga. Lagga!! Liya takut. Liya takut seperti dulu, di tinggalkan oleh orang yang begitu Liya sayangi, Liya bingung harus bagaimana? Andai Lagga masih ada di sini, Liya gak akan pernah merasakan layaknya di abaikan seperti orang asing. Lagga!! Liya ingin ikut bersamamu di sana, Liya ingin berada di sisi Lagga." Delliya menangkup wajahnya, berusaha menenangkan diri. Namun, pikiran itu tetap menerpa otaknya.

"Lagga!! Liya rindu." ucapnya lirih dengan isakan tangis.

Tiba-tiba sebuah jaket dengan aroma yang sangat Delliya kenal membalut badannya. Seketika Delliya melihat orang itu dengan wajah sedih, bahkan air matapun turun kembali.

Duduk di dekat Delliya dengan senyuman yang selalu dia perlihatkan. Senyuman itu kembali terbit dalam wajah Rafi.

"aku gak bakalan tinggalin kamu Liya, jangan pergi!! jangan ikut dengan Laggamu itu, di sini masih ada aku Liya. Maaf." ucapnya dengan senyuman yang begitu Delliya rindukan beberapa hari.

Delliya tersenyum, lalu memeluk Rafi dengan erat, kerinduan itu terbalaskan. "jangan tinggalin Liya, Liya tau Liya banyak kekurangan, tetapi Liya bakalan perbaiki itu."

"No Liya! kamu wanita sempurna bagi ku, penyempurnaan di setiap kekuranganku, kita saling menyempurnakan satu sama lain. Maaf ke egoisanku ini. Maaf aku begitu posesif  hanya dengan bukti kecil menjadi tidak percaya denganmu."

"No problem. Biarlah masalah yang terjadi, lupakan itu."

"apa kamu tidak ingin tahu yang sebenarnya Liya?"

"aku tidak ingin tahu itu semua, yang aku inginkan cukup ketenangan, kebersamaan dengan mu, hanya itu saja, dan biarlah aku memelukmu beberapa menit ini."

"apa kamu percaya kepadaku Afi?" ujar Delliya yang masih erat memeluk Rafi.

"tentu aku percaya, itu semua cuma kesalah pahaman. Lihatlah orang yang berada di balkon kamarku! Permasalahan ini tidak akan pernah selesai bila dia tidak berbicara yang sebenarnya." jelasnya.

Delliya melihat ke arah yang di tunjukan oleh Rafi, dari kejauhan terlihat wajah itu menampilkan senyum.

"Fardan!"

"yap. Benar Fardan."

"kenapa bisa Fardan?"

Rafi menunjukan foto yang sama kepada Delliya.

Delliya menatap datar foto itu. " foto itu? siapa yang mengambilnya?"

Rafi menaikan kedua bahunya bertanda tidak tahu.

"Yang dulu kamu menyuruhku untuk pulang bersama Fardan, di karnakan kamu sedang mencari berkas basket. Dia mengajak aku untuk pergi makan terlebih dahulu, aku sempat menolak, tetapi Fardan memaksa untuk makan, dia bilang lapar sekali. Ya udah aku ikut aja, soal di foto. Fardan memberikan tissu kepadaku, untuk mengelap noda di pipi, aku mengabaikannya. Karna itu dia berbuat begitu, mungkin malu melihatku belepotan layaknya anak kecil" ucapnya dengan kekehan.

Rafi tersenyum sembari menangkup kedua pipi Delliya. "tidak masalah, mungkin hanya satu kesempatan saja, Fardan di perbolehkan dekat denganmu Liya, tetapi seterusnya gak akan pernah."

"Yayayayay tuan posesif" ucapnya sambil berdiri.

"mau ke mana?"

"tidur. Ayoo cepet aku udah ngantuk tau"

"ya udah ayok, kenapa menunggu lagi" Rafi bangun dari duduknya dan berjalan sembari merangkulnya.

<•><•><•>


Cool Girl Vs Bad Boy [Revisi] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang