Delliya menatap jijik dirinya di kaca. Wajahnya penuh dengan riasan. Entahlah namanya apa saja, yang jelas dirinya tidak tahu tentang alat gak guna itu. Dan acara ini, bukan berarti apa-apa baginya. Tentunya rencana sudah ada di otaknya.
"Sudahlah mam. Pakai saja yang setiap hari Liya pakai" tawarnya.
Bella dengan cepat menggeleng. "No baby Liya. Mam mau kamu terlihat sangat memukau hari ini. Ini tidak seperti yang kamu bayangkan. Lihatlah riasan yang sederhana. Tidak terlalu menor, kek ibu-ibu rempong." ucapnya.
"Tapi mam. Liya gak nyaman. Apalagi bajunya warna pink, dan model dress lagi. Liya gak mau mam"
"lalu apa yang di inginkan Liyanya mam ini?"
"tampil sederhana saja itu lebih baik, toh kita hanya pertemuan bukan mau nikahan."
Lagi-lagi Bella menolak ucapan Delliya. "tidak Liya, kamu harus memakai dress malam ini, kalo kamu gak mau memakai dress yang ini, silahkan kamu cari sesuka kamu."
Delliya mengangguk. Tetapi beda lagi di dalam hatinya dia meruntuk. "pilihan nya dress semua, mana yang harus gue pilih."
Delliya melihat-lihat pakaian yang yah mam nya belikan secara mendadak. Setelah memikirkan banyak, terdapat ketertarikan kepada baju yang sejak tadi di amati. Delliya melihat ke arah Bella. Dan mengatakan, biarkan dirinya sendiri terlebih dahulu, dan akan secepatnya turun menemui pap dan mamnya. Dengan tampilan yang yah lumayan-lumayan sih.
Bella pergi dari kamar Delliya, dan mengingatkan nya, dia hanya memberi waktu pada anaknya cuma 5 menit tidak lebih dan tidak kurang.
Tangan kanannya mengambil dress yang sejak tadi Delliya lihat. Dress itu cocok untuk kulitnya yang putih, dengan riasan wajahnya. Karna ini dress berwarna hitam polos. Hanya ada tali pita di pinggangnya. lengan pendek dan panjang sebatas lutut.
Rambut Delliya yang Bella tadi ikat, kini dengan sedikit kemahirannya. Membuka ikatan itu dan menggeraikan rambutnya. Lebih baik seperti ini, rambutnya yang lurus sedikit ikal di bawahnya. Terkesan sangat perfect.
Tapi tetap saja, lebih perfect menggunakan jeans dan baju, layaknya setiap hari di pakai. Sedikit terkesan keren di bandingkan feminim pada saat ini.
Memandang dirinya dari ujung kepala sampai ujung kaki. "jeleknya minta di benerin." ucapnya.
"Liyaaaaaa!!!" teriak Bella di bawah.
"Liya ke sana mam, tunggu sebentar lagi."
"cepatlah sayang. Ini sudah jam 8 kita akan telat nanti." mengingatkannya.
"yah telat sih gak papa, ini bukan acara formal." ucapnya pada diri sendiri.
Setelah itu pergi dari kamarnya. Menuruni anak tangga satu persatu dengan sangat hati-hati. Karna apa? Yah Delliya memakai sepatu berhak tinggi. Mana bisa dirinya berjalan dengan cepat apalagi berlari menggunakan sepatu yang kek gini.
"Ayok sayang" ucap Bella.
Delliya tidak mengikuti apa yang Bella katakan. Dengan prilakunya Delliya pergi ke ruangan sepatunya, di sana banyak sekali sepatu dirinya. lalu kembali dengan senyuman terpaksa.
"kenapa di ganti sayang? Sudah bagus memakai sepatu tadi."
"ribet, dan lambat." ucapnya datar.
Bella hanya tersenyum memaklumi perilaku anaknya itu. Tidak perlu perubahan yang sangat menonjol kepada Delliya saat ini. Dia sudah ingin memakai dress dan di rias sudah cukup untuk pertemuan yang penting ini, meski dengan sedikit paksaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Girl Vs Bad Boy [Revisi]
Teen FictionDelliya Marvalia, terkenal dengan ketomboyannya, dia sangat handal dalam melakukan balapan liar, bahkan sangat di segani oleh seluruh siswa dan siswi di (HSSG) sayangnya dia memiliki sifat dingin bak es batu. sedangkan Rafi Reynandanta, cowok dengan...