CG*Night market*BB

3K 97 0
                                    

Sejenak melihat tampilan dirinya di sebuah cermin, sebelum pergi Delliya mengambil ponselnya terlebih dahulu. Ketika sudah berada di ruang tamu, terlihat Rafi dengan Sweeter Abu-abu sama seperti dirinya dan celana jeans hitam.

"wow Liya, benar- benar pasangan serasi, pakaian aja bisa sama semua" Daniel berkata sambil mencium pipi Delliya sekilas.

Delliya hanya memutarkan bola matanya, kebiasaan Daniel yang mungkin tidak bisa di rubah, mesti di depan orang banyak, dia akan bertingkah seperti ini.

Terlihat Rafi memasang muka masam, tetapi Delliya hanya membiarkan nya saja.

"Mam Rafi mau ajak Delliya main, boleh kan?"

"boleh" seraya tersenyum. " tapi jangan terlalu larut yah pulangnya."

"lecet dikit gue bunuh lo" ucap Daniel penuh ancaman.

"iya siap, makasih Mam, heheh enggak dong Bang, gak bakalan lecet, pulang masih mulus kok, no minus tanpa lecet"

"Ya ya ya, barang masih bagus, bisa Tukar tambah sama yang lebih tinggi gimana?" sambung Daniel.

"Gue bukan barang yang mau di jual" ucap Delliya dengan keras serta datar. Kepalang sebal Delliya di samakan dengan barang, dia langsung keluar dari rumah, tanpa berkata apa-apa.

Daniel tertawa melihat kelakuan sang Adik. " mampus lo, dia marah" ejeknya.

"Bodoh nya gue deuhh, Mam Rafi pergi dulu yah"

Setelah itu pergi dari ruang keluarga, untuk menyusul Delliya. ternyata Delliya sudah masuk duluan ke dalam mobil, tanpa pikir panjang Rafi pun masuk.

"ekhemm ekhemm ekhemm, Liya?"

"hmm"

"Liya Maaf yah yang tadi becanda kok, beneran tadi tuh Bang Daniel sengaja, biar kamu sebal, maaf yah gak maksud kek gitu aku maa, da tadi tuh becanda, gak beneran. Maaf" ucapnya penuh harapan.

"jalan"

"hufttt bodoh banget sih lo Rafiiii, ya allah bantu aku, buat Delliya gak marah lagi, sekalian gak jutek lagi" Batin Rafi meringis.

Rafi menyalakan mesin mobilnya, dan pergi dari pekarangan rumah Delliya. Hanya musik dan helaan nafas dari mereka, dua orang yang berada di dalam mobil. Tanpa berkata satu kata apapun. Hanya butuh beberapa menit untuk sampai di tempat tujuan.

Rafi segera memarkirkan mobilnya, dan turun terlebih dahulu untuk membuka pintu Delliya.

"ayok Liyaa" ajaknya.

Delliya mengerinyitkan dahinya. "ngapain?"

"malah nanya ngapain, kita main lah, cepet turun sayang"

panggilan Rafi membuat Delliya mematung menahan malu, perlahan pipinya terasa panas. Cepat- cepat Delliya memalingkan wajahnya dari hadapan Rafi. Dengan cepat Delliya turun dari mobil. Tanpa di sadari dirinya, sekarang berada di keramaian banyak stand pedagang, bahkan mainan, wahana dan hal semacam lainnya. yah dirinya sedang berada di Pasar malam.

Rafi menggandeng tangan Delliya dan menariknya secara halus. "mau naik itu gak" tunjuk Rafi ke arah wahana biang lala.

Delliya teraenyum dengan ajakan Rafi. "mau"

Mereka berdua pergi untuk memesan tiket, selang beberapa lama, bagian mereka yang naik.
Terlihat sekali di atas, keindahan kota, bahkan sangat indah membuat suasana menjadi sangat tenang.

Setelah selesai, Rafi menggenggam kembali lengan Delliya, dan mengajaknya ke stand tempat jualan permen kapas. Membeli dua permen kapas itu, dan duduk di sebuah bangku.

"mau naik apa lagi Liya?"

"gak mau naik apa-apa" jawabnya sambil memasukan permen kapas itu ke dalam mulutnya.
Delliya sangat senang terlihat dari raut wajahnya, memang sangat lucu melihat Delliya memakan permen kapas, belepotan. Lihatlah, di pipi bahkan hidung Delliya pun ada jejak perman itu.

"Liya?" panggil Rafi. seketika Delliya mengalihkan pandangannya ke arah Rafi, dengan dahi yang mengerut.

Rafi tersenyum melihat wajah Delliya "makan tuh yang benar, kek anak kecil aja belepotan gitu"

"Bodo amat" kemudian Delliya melanjutkan acara makannya yang tertunda. Namun, Rafi mengangkat dagu Delliya. Saling menatap satu sama lain.

"biar aku yang bersihin"

Rafi semakin mendekatkan wajahnya kepada Delliya, lalu memungut permen kapas itu di pipi, bahkan hidung dengan bibirnya. Sontak Delliya ingin menolak, pikiran ingin menghindar, tetapi tubuh masih diam terpaku, bagaikan patung.

"Liyaaa heyy kenapa bengong"

"ah apa enggak kok" Delliya melempar pandangannya lagi menjauh dari hadapan Rafi. Yah jantungnya berdebar dua kali lipat dari sebelumnya, bisa di bilang sekarang pipinya sedang merona merah seperti udang rebus.

Delliya melihat sesuatu yang menarik baginya, kemudian dia berpesan kepada Rafi agar tetap diam di tempat sampai dirinya kembali. Hanya sebentar tidak butuh waktu yang lama.

"udah?" tanya Rafi.

"emm udah kok" sambil tersenyum ke arah Rafi.

Rafi mencubit gemas pipi Delliya "maniss banget, yap kalo udah kita pulang, ingat pesan Mam jangan terlalu larut yah pulangnya." sembari tersenyum.

"iya-iya inget aku juga, masa iya lupa masih muda juga belom jadi nenek- nenek loh aku"

"emang masih muda, siapa bilang kamu nenek- nenek, wlee"

"ish kamu maa" Delliya mencubit kedua pipi Rafi. " aku ada sesuatu buat kamu"

Tadinya Rafi mau membalas cubitan Delliya. Namun, niatnya d urungkan.

Delliya memakai kan gelang berwarna hitam polos, dengan tali tiga, dan terdapa suatu huruf kecil  di bawahnya 'D' yang berarti D untuk Delliya. Setelah memasangnya Delliya pun memakaikan gelang yang sama dengan huruf 'R' yang berarti pula R untuk Rafi.

"jangan sampai hilang oke, jaga s'lalu" ucapnya di akhiri senyuman.

Terlalu banyak tersenyum untuk malam ini, bahkan Rafi pun s'lalu tersenyum apabila Delliya melakukan hal yang sangat menggemaskan. "gak bakalan hilang sampai kapan pun, makasih" ucapnya dengan mengacak rabmbut Delliya halus.

"makasih juga" jawabnya sambil ketawa lepas.

"kok makasih sih, bukannya sama-sama yah?"

"yah gak papa, suka-suka aku, komen trs kamu maa kaya netizen"

"yehh kan cuma nanya, caw laa babyLiya kita pulang ke habitat" ajaknya.

"Bang Ujang yah kamu, hahaha kamu aja sonoh pulang ke habitat, aku bukan hewan tau."

"iya iya iya, serius gak mau beli apa- apa lagi nih?"

Delliya hanya menggelengkan kepalanya tanda tidak ada yang mau di beli olehnya, sudah cukup unutuk kebahagiannya malam ini, sungguh dirinya benar-benar bahagia, mesti hanya melakukan hal sederhana. Namun, itu semua sangat tulus. Tulus menyayangi Rafi.

Mereka berdua pergi ke arah parkiran, dengan berbagai perbincangan yang amat lucu, sampai-sampai ketawa sangat lepas. Bahkan orang lain pun iri melihat kebahagiaan mereka berdua yang sederhana. Namun, pasti.

Dengan cepat Rafi mengendarai mobilnya, karna Delliya tadi setelah masuk mobil mengeluh, 'pengen pulang, udah gak sabar ketemu kasur' Rafi pun melihat mata Delliya yang menampakan sudah waktunya untuk tidur, dan sudah siap untuk kebahagian menimpa mereka berdua di esok hari yang akan datang. Ini semua tidak akan pernah lupa.

"mau di anterin sampai kamar gak, atau sampai pintu utama?" tanya Rafi setelah berada di depan gerbang rumah Delliya.

"meropatkan, di sini aja gak papa"

"ya udah cepet masuk, dan selamat malam, mimpi indah my dear."

"selamat malam juga, mimpi indah pula my dear" balasnya dengan kikikan, setelah itu pergi dari hadapan Rafi sampai memasuki rumahnya.

<•><•><•>





Cool Girl Vs Bad Boy [Revisi] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang