26

2.9K 182 0
                                    

BRUK!

"Kya! Gilbert! A-apa yang kau lakukan?!"

Gilbert mendorongku ke kasur, sehingga aku jatuh telentang, dan ia mulai mengambil kaki kiriku.

"Apa yang kau lakukan?!"

KLAK!

Rantai?! Aku dirantai?!

"Ini gila, Gilbert! Lepaskan aku!"

"Aku tidak mau kau pergi lagi dariku. Cukup 2 setengah tahun kau meninggalkan aku, setelah itu. Kupastikan kau tidak akan meninggalkanku lagi. Kau akan terus bersamaku selamanya.."

"Gilbert! Lepaskan aku.."

"Tidak, sayang.. kau akan di sini, kau tidak akan kemana mana."

Aku mulai menangis melihat kaki kiriku yang sudah dalam keadaan terbogol dengan rantai yang terikat pada salah satu tiang kanopi. Aku menggerakkan kaki kiriku, rasanya sedikit berat karena rantai yang lumayan besar.

"Kumohon.. lepaskan aku.. apa kau tega, memborgol calon istrimu sendiri?"

"Sayang, aku tidak ingin kau pergi lagi dariku.. aku tidak ingin kau meninggalkanku lagi.."

"Aku sudah bilang padamu. Kalau aku tidak akan meninggalkanmu, bahkan pergi darimu."

Gilbert malah melayangkan tatapan tajamnya kepadaku. Tubuhku bergetar, air mata mulai membanjiri pelupuk mataku. Aku sangat ketakutan!

"Aku tidak ingin mengulang kesalahan yang sama. Membiarkanmu meninggalkanku."

Gilbert langsung meninggalkanku di kamar sendirian dengan keadaanku yang terbogol di tempat tidur.

"Gilbert! Gilbert!!!"

Dia sengaja tidak mendengarkanku.

Aku menggoyang-goyangkan kakiku yang agak terasa berat karena rantai borgol yang mengikat kakiku. Ini gila! Aku harus segera pergi dari sini! Persetan dengan pernikahanku! Dia malah memperlakukanku seperti hewan peliharaan! Bukan seperti calon istrinya sendiri! Dia masih gila, sama seperti dulu!

Janice sialan..
Bodoh.. itu bukan salahnya..

Aku menghela napasku kasar, dan mulai berpikir bagaimana caranya lepas dari borgol ini. Baik borgol di tanganku, dan di kakiku.

Berpikir, Bianca! Berpikirlah!!!

Aku menoleh kanan kiri mencari benda yang bisa kugunakan untuk melarkan diri.

Sialan...

Kamar ini dilengkap CCTV. Percuma aku melarikan diri, Gilbert pasti sedang mengawasiku.

Aku tidak peduli! Yang jelas, aku harus keluar dari tempat ini!
Ah, benar! Aku punya jepit lidi di kepalaku. Seperti yang kulihat di film-film! Cara untuk membuka lubang kunci, bisa menggunakan jepitan lidi. Tapi tidak untuk borgol di tanganku, setidaknya, jepit lidi akan berguna untuk borgol di kakiku.

Aku berpura-pura seperti sedang menggaruk kepalaku, dan mengambil jepitan lidi dikepalaku.

Klek! Klek! Klek! Klek! Klek!

Ayolah! Ayolah! Terbukalah, sialan! Ayolah!!

Klek! Klek!

KLAK!
FUCK!

Mengapa jepitku malah patah! Borgol ini sangat kuat! Jepitku saja tidak bisa membuka borgol ini.

Aku menunduk, dan menangis mendapatiku tidak bisa keluar dari tempat ini. Apa aku akan mati perlahan di tempat ini?

Tolong aku...

Seseorang... to-tolonglah aku...

~~

C-KLEK!

Aku terbangun saat mendengar pintu kamar terbuka. Sepertinya aku ketiduran karena terlalu banyak menangis.

Gilbert. Ia membawa nampan berisi makan siang.

"Lunch time, honey.."

Aku membuang mukaku tanpa ingin sedikitpun melihat wajah Gilbert. Gilbert menaruh nampan itu diatas nakas, dan duduk di sampingku. Wangi sup krim jagung tercium dan seketika menampar napsu makanku. Aku lapar sekali.

"Ayo makan, sayang."

"Aku tidak mau.."

"Kau harus makan, sayang.. ayo. Buka mulutmu.."

"Aku tidak mau!!!"

"Aku tidak terima penolakan, sayang.." desis Gilbert seketika membuat bulu kudukku meremang. Aku menahan agar air mataku tidak menetes, dan menoleh ke arah Gilbert.

"Open your mouth, sweetheart.."

Aku membuka mulutku perlahan, dan Gilbert memasukkan satu sendok berisi sup krim jagung ke dalam mulutku.

Enak sekali...

"Enak?"

Aku mengangguk pelan.

"Syukurlah. Kau tahu, aku yang memasak sup ini. Khusus untukmu. Maid dan Butlerku hanya bertugas membersihkan tempat ini. Dan kau, aku yang akan mengurusmu. Membuatkanmu sarapan, makan siang, makan malam, bahkan memandikanmu."

Aku menelan supku, dan membelalakkan mataku.

"Tidak akan kubiarkan kau melihat tubuhku!"

"Hei, aku sudah pernah melihat tubuhmu.. tidak perlu malu.."

"Aku langsung memalingkan wajahku dengan pipiku yang memanas. Tanda aku sedang merona.

"Ayo, habiskan makan siangmu. Setelah itu, aku akan menggantikan pakaianmu."

"Kau tidak punya pakaianku.."

"Oya? Hm... sepertinya kau harus melihat ini.."

Gilbert menaruh mangkuk sup diatas nakas, dan menuju sebuah lemari putih berukuran lumayan besar. Ia membuka lemari itu dengan menggeser pintunya.

Aku membelalakkan mataku melihat isi lemari putih itu.

Lemari itu berisi penuh baju-baju wanita seukuranku. Mulai dari kemeja, dress, kaos, polo shirt, baju tidur, celana, dan pakaian dalam.

"Ini baju-bajumu, sayang."

"Kau.. darimana kau mendapatkan baju-baju ini?"

"Tentu saja, aku membelinya. Kecuali pakaian dalam, maidku yang membelikannya. Aku menyiapkannya semuanya untukmu, sayang. Kau tidak perlu membawa baju-bajumu, semuanya ada di lemari ini. Belum lagi, di dalam wardrobe room kita. Ruangan itu berisi gaun-gaun pesta untukmu, dan sepatu-sepatumu."

Gilbert tersenyum, dan melanjutkan menyuapiku.

"Nah, sekarang aku akan mengganti pakaianmu. Kau pasti tidak nyaman 'kan memakai kemeja dan celana jins terus? Aku akan menggantikanmu baju yang lebih santai."

~~

Princess and The Black SwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang