32

2.4K 142 2
                                    

Aku meregangkan ototku setelah selesai mengerjakan 2 desain yang lumayan rumit. Yang satu dari Tuan McHam, dan yang satunya dari Nona Lin. Aku segera mengirimkan hasil desainku ke dua alamat email atasanku, dan otomatis, gajiku juga ikut bertambah. Aku bersandar di kursiku sambil memandang langit-langit ruang kerjaku.

C-KLEK!

Aku segera menoleh melihat siapa yang membuka pintu ruanganku.

Gilbert. Dengan membawa nampan berisi Macaron dan coklat panas.

"Hei.."

Sapaku padanya sambil tersenyum.

"Hei, sayang. Sudah selesai bekerja?"

Aku mengangguk.
Gilbert menuju sofa belakangku, dan menaruh nampan itu. Aku berdiri dari kursiku, dan menghampiri Gilbert.

"Aku membuatnya khusus untukmu. Vanilla Macarons."

"Thanks.."

Aku mengambil Macaron itu, dan mencicipinya.

"Enak sekali.."

"Benarkah?"

Aku mengangguk semangat.

Gilbert membawaku ke pelukkannya, dan mengelus lembut punggungku. Wangi Cotton seketika memasuki indra penciumanku. Entah, aku merasa nyaman berada dalam pelukkan Gilbert.

Gilbert mendaratkan kepalanya di pahaku. Dia tidur di pahaku, aku tersenyum dan mengelus lembut kepalanya.

Ingin sekali aku pergi darimu, sialan! Kupastikan kau tidak akan bisa menemukanku! Walaupun kau mengutus sepuluh ribu pasukanmu!

Gilbert mengambil tanganku, dan menciumnya lembut.

"Beginikah caramu menggodaku, hm?"

"Bianca, aku bisa menggodamu lebih dari ini."

"Hahaha.. tidak, ini saja sudah cukup."

TING!

Sebuah pesan, yang kurasa pesan dari Instagramku. Aku mengambil ponselku di sebelahku, dan melihat siapa yang mengirimkanku pesan di Instagram. Aku melihat Gilbert yang sudah tertidur pulas di pahaku.

Maja_23 ? Siapa itu?

"Hei, Bianca.. do you know me?"

"Sorry, I don't know you.."

"Really?"

"Yea."

"How did you forget your chilhood's friend in Jogja?"

Mada? Apakah itu Mada?!
Aku langsung memakai Bahasa Indonesia saat mengetahui itu Mada. Ya, aku sempat tinggal di Indonesia, tepatnya di Jogjakarta sejak aku lahir, sampai aku duduk di bangku sekolah menengah pertama. Karena ayahku ditugaskan sementara di Jogja. Dan Mada-lah yang menjadi teman sekaligus sahabatku. Kami sudah berteman sejak kami lahir! Dan selalu bersekolah di sekolah yang sama. Dan juga, kami selalu sekelas! Berteman dengan Mada memang menyenangkan! Dia adalah seorang pendengar yang baik, dan dapat dipercaya untuk menyimpan rahasia. Ah, sudah berapa tahun aku lost contact dengan sahabatku yang satu ini. Mada memiliki tubuh yang tinggi dan besar, wajahnya yang manis, dengan lesung pipi yang bertengger manis di kedua pipinya. Aku harap, aku bisa menemui Mada lagi.

"Mada! Kaukah itu?!"

"Tentu saja, ini aku! Bagaimana kabarmu, Bianca?"

Princess and The Black SwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang