38

2K 128 0
                                    

Aku segera mengganti pakaianku dengan dress yang kupilih dari wardrobe room. Ya, wardrobe roomku dijadikan satu dengan Gilbert, sudah kubilang dia tidak waras. Wardrobe room saja sampai harus digabung.

Aku mengambil lipstikku dan membuat ombre lips, kemudian mengambil parfumku yang sengaja Gilbert belikan yang sama persis dengan miliknya. Aroma cotton yang kuat, aroma khas Gilbert. Kusemprotkan parfum itu pada leherku, dan punggung tanganku. Kemudian aku memakai sepatu hakku, dan mengambil tasku.

"Mari Nona, saya antarkan ke kantor Tuan."

"Terima kasih, Bart."

Bart membuka pintu mobil untukku, aku segera masuk ke dalam mobil dan Bart langsung menutup pintunya.

~~

Aku melangkah keluar dari dalam mobil dan memasuki gedung pencakar langit yang sangat kokoh dan mewah.

"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?" sapa resepsionis itu sopan.

"Saya ingin bertemu Gilbert."

Resepsionis itu tampak kaget saat aku langsung mengucapkan nama 'Gilbert' tanpa menggunakan kata 'Tuan' atau 'Tuan Wilson'. Hah, untuk apa?

"Anda, Nona Bianca Miller?"

"Iya, itu saya."

"Kalau saya boleh tahu, Anda siapanya Tuan Wilson?"

Ah, sialan. Dia menanyakan statusku dengan Gilbert. Dasar, gadis yang ingin tahu saja!

Aku menghela napasku pelan, dan tersenyum kepadanya.

"Aku tunangannya."

Resepsionis itu menampilkan wajah terkejutnya saat aku menyebutkan kalau aku tunangannya, tampak raut wajah sedih menggantikan raut wajah terkejut dari gadis resepsionis itu.

Ayolah, seharusnya aku yang bersedih. Bukan kau!

"Baik, Nona. Langsung ke lantai CEO."

"Terima kasih.."

Aku tersenyum sesaat kepada resepsionis dan langsung menuju lift untuk menuju ruangan Gilbert.

TING!

Seperti dulu pertama kali aku menuju ruangan Gilbert. Aku harus melewati lorong dengan kaca besar sebagai dindingnya dan pemandangan kota New York pada pagi hari yang sangat cantik bila dilihat dari atas sini. Hingga akhirnya, aku sampai pada pintu besar dan kokoh berwarna coklat tua yang diyakini itu adalah pintu ruangan Gilbert.

TOK! TOK!

"Masuk."

Suara bariton khas milik Gilbert entah seketika membuat bulu kudukku meremang, seperti aku akan masuk ke dalam kandang singa yang kelaparan.

C-KLEK!

Aku melihat Gilbert yang sedang bermain billyard. Dia sedang berkonsentrasi menyodok bola-bola billyard itu. Ah, aku ingin sekali mengambil salah satu bola itu dan melemparkannya pada kepalanya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Princess and The Black SwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang