1

11.2K 513 12
                                    

GILBERT

Cantik.. sungguh cantik Bianca..
Kulitnya yang putih mulus, iris coklatnya yang cantik rambut coklatnya yang panjang dengan gelombang di bagian bawahnya. Senyumannya yang bisa memabukkan setiap laki-laki yang melihatnya. Perilakunya yang anggun, dan sikap ramah dan lembutnya membuat semua orang di kampus menyukainya.

Namun sayang, apalah dayaku yang hanya bisa memandangnya dari kejauhan. Aku hanya bisa menyukainya dalam hening. Tidak mampu mengatakannya seperti kebanyakan laki-laki lain yang satu per satu menyatakan perasaannya kepadanya. Namun selalu ada penolakan dari bibir Bianca. Entah, apa yang ada dipikirannya sampai-sampai hampir belasan laki-laki ditolaknya.

Tidak mungkin Bianca menyimpan perasaan kepadaku. Lihatlah diriku, culun, dengan poni depan yang berantakan dan behel di gigiku. Aku juga menjadi bahan bullyan dari laki-laki yang ditolak perasaannya oleh Bianca karena fisikku yang buruk di mata mereka. Bahkan, hampir satu kampus menjulukiku sebagai 'The Black Swan' saking buruknya wajahku di mata mereka.

Tidak mungkin Bianca mau berpacaran dengan laki-laki culun sepertiku. Wajahnya yang seperti model papan atas, tidak akan cocok bila harus bersanding dengan pria angsa hitam sepertiku.

Ah.. Bianca.. aku ingin kau tahu, bahwa aku...

Sungguh mencintaimu.

Aku benar-benar

Terobsesi denganmu..

~~

Hari ini jam istirahat setelah kelas kedua dilaksanakan. Aku memilih membeli beberapa cemilan di Kantin untuk mengganjal perutku.

"2 Vanilla Muffin, Chocolate Muffin, dan sekotak susu low fat."

Petugas Kantin itu segera mengambil dua buah Muffin yang kupesan, dan sekotak susu low fat.

"Thanks."

Aku memberikan uangku kepadanya, dan beralih mencari bangku yang kosong.

Semua Kantin terlihat sangat penuh oleh mahasiswa-mahasiswa yang makan di sini. Kecuali, satu bangku di dekat jendela. Ternyata keberuntungan berpihak kepadaku. Aku berjalan melewati anak-anak yang sedang menyantap makanannya untuk menuju bangku yang kumaksud.

BRUK!

Seseorang sengaja menjegal kakiku saat aku berjalan. Sehingga, Muffinku jatuh menggelinding juga dengan susu yang kubeli.

"Setidaknya, pakailah matamu ketika kau berjalan! Black Swan!"

Semua anak di Kantin itu menertawaiku. Beberapa melemparkan bungkus Muffin kepadaku.

Aku berusaha bangkit berdiri sambil mengambil makananku yang terjatuh. Tapi aku tidak menemukan Chocolate Muffinku. Hanya kedua Vanilla Muffinku dan Susu Low Fat yang berhasil kuselamatkan.

Aku mendongak melihat siapa yang berbuat seperti itu kepadaku.

Jake Smith.

Pria yang dijuluki pria tertampan satu kampus, tubuhnya yang tinggi, dan kulitnya yang putih, membuat semua wanita bertekuk lutut kepadanya. Dia pernah menyatakan perasaannya terhadap Bianca. Namun ia menolaknya mentah-mentah.

Aku malas menanggapi mereka. Bagiku, mereka sama sekali tidak penting untuk ditanggapi. Hanya membuang-buang energi dengan percuma. Aku berjalan melewati Jake dan gerombolannya, dan duduk di bangkuku.

"Aku rasa, kau mencari ini.."

Sebuah tangan putih mulus menyodorkan Muffin Coklat untukku. Muffin itu masih rapi terbungkus plastik. Aku mendongak melihat siapa yang menemukan Muffinku.

Princess and The Black SwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang