4

4.8K 403 0
                                    

Lunch Time

Aku ingin sekali mengajak Gilbert makan siang bersama. Tapi.. aku tidak mau Gilbert dipukuli lagi karenaku. How fool I am.. Gilbert jadi babak belur gara-gara aku.

Maafkan aku, Gilbert.
Ingin sekali kusingkirkan cecunguk itu yang menghalangiku dengan Gilbert!

Tapi aku ingin sekali makan siang bersamanya. Melihat rahang tegasnya mengunyah makanan, sontak membuatku meremang. Entah, kadang aku berpikir. Apa yang membuat anak-anak menganggap Gilbert itu jelek. Mereka buta! Gilbert itu bagaikan seorang pangeran bagiku. Sifatnya yang dingin, dan cakap. Membuatku ingin sekali menjatuhkan hatiku padanya. Tapi.. entah aku belum sepenuhnya siap menjatuhkan hatiku pada Gilbert. Aku takut Gilbert akan menolakku. Karena.. karena mungkin Gilbert tidak menyukai gadis sepertiku. Yang berbondong-bondong laki-laki mendekatiku.

Aku memilih untuk tidak makan siang di Kantin, namun aku memilih untuk makan siang di halaman Kampus. Aku duduk di bangku di bawah pohon besar yang rindang. Di sini sangat sejuk! Angin semilir menerpa rambutku dengan lembut, suara kicau burung sangat merdu di telingaku. Sesekali, aku melempar potongan kecil roti ke arah burung-burung itu. Dan sesekali, burung kecil itu hinggap di jariku.

"Hei, teman kecil.."

Burung itu terbang meninggalkanku, menghampiri kawan-kawannya.

Aku mencium aroma parfum Cotton yang lembut. Aroma ini.. ini aroma Gilbert. Aku mendongak, melihat tubuh Gilbert yang tinggi besar melihatiku sambil kedua tangannya membawa dua buah muffin vanilla dan susu low fat coklat.

Aku menyunggingkan senyumanku. Hatiku menghangat melihat sosok yang kurindukan.

"Boleh aku bergabung bersamamu?"

Suara baritonnya seketika membuatku meremang. Jantung mendadak berdegup kencang tanpa kuminta. Aku bersemu merah.

Aku mengangguk, dan menggeser posisiku menyisakan tempat untuk Gilbert.

Gilbert duduk di sebelahku dan ia menutup matanya sejenak, merasakan angin semilir yang menerpa lembut rambutnya. Aku menatap Gilbert yang tengah memejamkan matanya. Sungguh, dia sangat tampan! Bulu matanya yang tebal, menghiasi manik mata biru tuanya. Hidungnya yang mancung, juga bibirnya yang tipis. Astaga.. pemandangan indah ini.

Gilbert perlahan membuka matanya. Oh astaga! Jangan sampai dia tahu aku melihatinya. Segera kubuang mukaku yang sudah merona merah.

"Ternyata, kau juga suka makan di sini.."

Eh?

"Aku.. baru pertama kali kemari. Dan di sini nyaman.."

"Aku sering makan siang di sini. Hampir setiap hari waktu makan siangku kuhabiskan di sini."

"Begitu.. lalu, yang kemarin kau di Kantin?"

"Tempatku digunakan oleh adik tingkat untuk menyelesaikan tugasnya. Aku tidak enak bila mengganggunya."

"Begitu.."

"Kau, tumben sekali makan di sini..?"

"Aku bosan makan di Kantin. Terlalu ramai."

Apalagi ada cecunguk sialan itu!

"Begitu.."

"Aku ingin makan siang bersamamu.. terus menerus.. hanya kau, dan aku."

Jantungku berdegup sangat kencang. Pipiku merona. Aku tersenyum, dan mengangguk.

"Iya.. hanya kau, dan aku.."

~~

14.00

Ah, sudah selesai kelasku. Baiklah.. sekarang waktunya ke Perpustakaan menemui Gilbert. Aku membereskan bukuku dan memasukkannya kedalam tasku. Kemudian keluar dari ruang kelasku.

Princess and The Black SwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang