10

4.2K 289 0
                                    

Aku mengambil semua pakaianku, dan memakainya. Kemudian aku nenuju dapur, entah aku ingin sekali minum coklat panas.

Kulangkahkan kakiku menuju lantai dapur, untuk mengambil dua mug dan mulai membuat coklat panas.
Sebuah tangan melingkar di perutku dan napasnya berhembus pelan di leherku.

Tch!

"Duduklah di sana, akan kubuatkan coklat panas."

Tangan itu menghilang dari perutku, dan aku mendengar derit kursi di meja makanku.

Aku berjalan ke meja makan dengan tanganku membawa dua mug berisi coklat panas. Gilbert duduk sambil memangku kepalanya dengan kedua tangannya dengan setelan baju tidur kakakku yang kusiapkan untuknya. Aku menyodorkan coklat panas itu ke Gilbert dan duduk di depannya.

Aku melihati Gilbert dengan tatapan tidak sukaku. Melihati Gilbert yang sedang meminum coklat panas, dan sesekali mengunyah marshmallow.

"Aku tahu, aku memang tampan. Dan kau beruntung menjadi kekasihku."

"Aku bukan kekasihmu-"

"Terserah."

Aku meminum coklat panasku, dan menghela napasku pelan.

"Aku akan tidur di kamar tamu. Kau, tidurlah di kamarku."

"Tidak, kau tidur denganku."

"Aku tidak mau-"

"Aku tidak terima penolakan, Bianca."

Damn..

Aku menghela napas kasar, dan meninggalkan Gilbert dengan tatapan sinisku.

Aku menghempaskan diriku di sofa, dan menyalakan televisi. Kubiarkan Gilbert yang terduduk di kursi makanku dengan mug yang masih dia pegang dengan kedua tangannya. Kulirik dia sekilas, dan aku kembali mengacuhkannya sambil lanjut menonton televisiku.

Biarkan sajalah.. bukan urusanku.

Tiba-tiba, aku mendengar bunyi gemericik air di bak cuciku. Aku menoleh ke belakang, melihat Gilbert sedang mencuci mugnya.

Aku tersenyum singkat, dan kembali menonton televisiku.

"Ada apa?"

Aku menoleh ke Gilbert yang berdiri di sampingku.

"Sudah puas, memberikanku tandamu?"

Aku tersenyum sinis ke Gilbert. Dan dibalas dengan senyuman miring Gilbert.

"Belum.. aku mau lebih.."

What the hell..

Gilbert mulai duduk di sofa, dan mendekatiku.

Semakin dekat...

Semakin dekat hingga aku bisa merasakan napasnya.

"Gilbert, no..."

Dia sudah memegang pundakku.

"No, please..."

Dia sudah berhasil menindihku.

"Please.. jangan seperti ini.."

"Kau tahu, aku sudah lama sekali menahannya. Setiap kali aku bertemu denganmu, ingin sekali aku mendekapmu, dan menghujanimu dengan ciuman-ciumanku. Tidak, aku tidak akan berhenti... malam ini, aku akan menghujanimu dengan ciumanku.."

"No.. Gilbert! No! Get Away from me!"

"No.. Gilbert! Gil..."

Gilbert membungkamku dengan ciumannya. Aku mencoba mendorong dada bidangnya, namun usahaku sia-sia. Dia terlalu kuat untukku. Air mata mulai bercucuran menuruni pipiku, dengan bibirku yang semakin sakit.

Princess and The Black SwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang