37

2K 122 0
                                    

"Bianca..."

"Bangunlah, sayang.."

"Aku masih mengantuk. pergilah duluan.."

"Tidak bisa begitu.. bangun, sayang.."

"Gilbert. Bersiaplah duluan.."

"Apa aku harus menciummu supaya kau terbangun? Aku akan menggigitmu, kucing kecil.."

Aku membuka mataku dan bangun dari tidurku. Bangunlah.. jangan sampai keparat ini menciumku.

"Aku sudah bangun, ayo kita bersiap. Lepaskan rantaiku."

"Aku sudah melepaskannya dari tadi, sayang."

Aku melirik ke Gilbert.

"Aku mau mandi."

~~

"Kau akan kekantor lagi?"

"Yup. Kenapa? Kau kangen padaku?"

"Dalam mimpimu.."

Aku menyisir rambutku sambil memicingkan mataku pada Gilbert yang sedang memasang dasinya.

"Kau ini bisa memasang dasi, tidak?! Mengapa tidak rapi sekali!"

Aku berdiri dari kursi riasku, dan membetulkan dasi Gilbert.

"Sudah beres.."

Aku mendongak, melihat wajah Gilbert yang memerah seperti tomat.

"Pfft! Hahahahahahahahhaha!!!!! Oh astaga.. pipimu merah sekali! Kau sedang merona?"

"A-aku? Tidak!"

"Lihatlah di cermin, wajahmu memerah!"

"Ini semua gara-gara kau, Bianca!"

"Aku? Mengapa aku?"

"Jarakmu terlalu dekat denganku! Aku merona!"

"Ugh.. ternyata Gilbert juga bisa merona rupanya.."

Tanpa sadar, aku mengacak-acak rambutnya, dan memegang kedua pipinya dengan gemas.

"Astaga.. Gilbert.. Gilbert.. kau imut sekali!"

Oh astaga..

"Ehem! Baiklah. Kita sarapan pagi."

"Tunggu dulu."

"Ada apa?"

Gilbert menunjuk boulet prisonnier dengan dagunya.

"No.. kau tidak bisa!"

Aku mendorong Gilbert dan berlari melewatinya.

GREP!

"Oh astaga!"

"Kau pikir semudah itu lari dariku?"

Gilbert menarik lenganku, sehingga aku tertubruk pada dadanya.

"Diamlah, menurutlah padaku, Bianca! Jangan mencoba untuk lari!" desis Gilbert dengan tatapan tajamnya.

"Persetan dengan ancamanmu Gilbert! Sekuat apapun, aku akan lari darimu!"

"Tch! Coba saja!"

"Lepaskan aku, Gilbert! Aku tidak suka dengan boulet prisonnier itu."

"Apa aku harus memasangkan chocker pada lehermu dengan kejutan listrik bila kau kabur?"

"Kau.. kau gila!"

"Ya, aku memang gila. Karenamu!"

Aku menggeleng pelan dengan air mataku yang sudah menetes.

Princess and The Black SwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang