33

2.3K 140 1
                                        

Aku membuka mataku saat merasakan sinar bulan yang masuk menembus gorden kamar, kuhapus sisa air mataku dan menarik selimutku yang mulai turun. Aku melihat jam digital di nakas sebelahku, yang menunjukkan pukul 7 malam. Aku menoleh ke arah Gilbert yang perlahan membuka matanya. Aku memicingkan mataku dan memunggunginya. Namun setidaknya aku lega, karena Gilbert tidak sampai menyetubuhiku. Dia hanya membuat beberapa tanda di leherku, itu saja.

Gilbert memelukku dan menggenggam tanganku, aku berusaha untuk tidak menangis, dan menggenggam tangannya.

Ia melepaskan pelukkannya dan aku merasakan permukaan kasur yang naik tanda Gilbert beranjak dari kasurnya.

"Duduklah, Bianca. Akan kupakaikan bajumu.

"Aku bisa memakainya sendiri."

"Menurutlah apa kataku, Bianca."

"Untuk apa?! Untuk apa aku menurut padamu?"

"Jangan menguji kesabaranku, Bianca.."

Aku menghela napasku, aku sedang tidak ingin berdebat dengan pria sialan ini. Aku memalingkan wajahku menatap jendela kamar yang menyuguhkanku pemandangan kota di malam hari.

Gilbert menghampiriku sambil membawa pakaianku. Ia berjongkok, dan memakaikan celanaku, kemudian ia melepas borgol di tangan kiriku, dan memakaikanku kaos yang semula kupakai. Kembali ia tidak lupa memasang boulet prisonnier pada kaki kananku.

Setelah selesai memakaikanku pakaian, ia mengambil bajunya dan memakainya.

"Ayo turun, kita makan malam."

Aku menggandeng tangan Gilbert dan mengikutinya turun ke bawah.

~~

Setelah selesai makan malam, Gilbert langsung beranjak menuju ruang kerjanya tanpa mempedulikanku.
Hah, siapa peduli?! Aku beranjak dari kursi makanku, dan pergi ke halaman belakang.

Aku membuka pintu belakang, selain ada ruang bawah tanah untuk pelayan Gilbert, aku memutuskan untuk belok ke kanan menuju lebih jauh halaman belakang mansion Gilbert.
Ternyata, terdapat sebuah danau buatan dengan kunang-kunang yang beterbangan mengitari danau itu. Di tengah-tengah danau, terdapat jembatan kecil yang cantik sekali, dan di taman itu, ditumbuhi banyak bunga-bunga yang tetap cantik meskipun mekar di malam hari.

Aku duduk di bangku dekat danau itu sambil melihat lima ekor angsa putih sedang berenang. Aku tersenyum melihat cantiknya angsa-angsa itu berenang. Namun, aku melihat seekor angsa hitam dengan tubuh yang besar berenang menghampiri kawanan angsa putih itu. Tubuhnya gagah, bulunya hitam pekat, dan sorot mata merahnya melihatiku dengan tajam. Sontak aku bergidik saat melihat tatapan tajam angsa hitam itu tatapan itu mirip dengan tatapan tajam milik Gilbert. Perlahan, angsa hitam itu keluar dari danau, dan mendekatiku secara perlahan.

Apakah dia akan menyakitiku?

Dugaanku salah. Angsa itu terbang naik ke atas bangku, dan duduk di sebelahku. Aku tersenyum, dan memberanikan diri mengelus pelan kepala angsa hitam itu. Sepertinya angsa itu menyukaiku. Aku lega. Kupikir, dia akan menyakitiku.

"Bianca?"

Suara Gilbert memanggilku. Aku menoleh dan berdiri dari bangkuku.

"Sampai nanti, tuan angsa.."

Aku masuk ke dalam mansion itu, dan mendapati Gilbert dengan tatapan herannya.

"Kau habis dari mana?"

"Halaman belakang. Aku menemukan angsa hitam!"

"Oh, Pablo."

"Pablo?"

Princess and The Black SwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang