BIANCA
Takut...
Takut...
Takut...
Hanya itu yang bisa kurasakan saat ini. Ketakutan luar biasa menyelimutiku saat ini. Masa depanku hampir direnggut oleh teman sekampusku sendiri. Aku.. aku bisa gila lama-lama! Aku harus segera pergi dan menjauh darinya! Aku tidak mau menikah dulu! Masih banyak mimpi-mimpiku yang ingin kuraih.. bukan malah menikah, aku tidak siap! Sangat tidak siap! Aku juga masih tidak siap menjadi seorang ibu.
Aku terduduk di lantai dengan air mataku yang bercucuran.
Apa yang harus kulakukan?
DRRT! DRRTT! DRRTT!
Charlotte?
Aku menghapus air mataku sejenak. Dan mengangkat panggilan telepon dari adikku.
"Ha-halo..?"
"Kakak! Kau baik-baik saja?"
Aku menggeleng pelan.
"Kak?"
"Aku..aku baik-baik saja."
"Kau sepertinya tidak baik-baik saja.."
"Aku baik-baik saja. Semua baik-baik saja."
"Tidak, aku merasa kau tidak sedang dalam keadaan baik. Ada masalah?"
Aku diam..
"Kak! Kak Bianca!"
"To-tolong aku.."
"A-apa yang terjadi padamu, Kak? Kau tidak apa-apa?!"
"Aku tidak baik-baik saja.. aku takut!!"
"Kau tenang dulu, kak. Ceritalah kepadaku!"
"Tolong aku, Charlotte.. tolong.."
"Tenanglah dulu, kak. Ceritakan kepadaku apa yang kau alami!"
Aku beranjak dari duduk di lantai, menuju sofaku.
"Aku bertemu dengan seorang pria.."
"Pria? Lalu?"
"Dia teman sekampusku."
"Uh-uh, lalu?"
Aku menceritakan semua yang kualami kepada Charlotte, mulai dari Gilbert yang lugu, Gilbert yang dulu aku sukai, menjadi Gilbert yang sekarang ini kujumpai, Gilbert yang sepenuhnya berubah, aku semakin menangis mengingat-ingat apa yang kualami bersama Gilbert yang sekarang. Ketakutan mulai menyelimutiku. Aku semakin dilanda kegelisahan dan perasaan cemas. Charlotte mendengarkanku bercerita dengan sesekali ia memekik kaget tidak percaya dengan apa yang kuceritakan. Dengan sosok Gilbert yang pemaksa dan penuntut.
"Seperti itulah. Dan dia tidak pernah main-main dengan ucapan dan ancamannya."
"Kau akan menikah dengannya setelah wisuda?"
"Tidak! Aku tidak mau menikah dulu! Aku..aku ingin meraih banyak impianku.. bukan menikah.."
"Tapi, bagaimana dengan ancamannya? Dia mengancammu. Dia akan menghamilimu bila kau tidak mau menikah dengannya."
"Aku takut, Charlotte.. bantu aku pergi dari Gilbert!"
"Kau tenang dulu, kak.. aku harus membicarakannya pada ayah dan ibu."
"Jangan! Jangan beritahu mereka! Aku tidak mau membuat mereka semakin khawatir terhadapku.."
"Baiklah, baiklah. Bagaimana, ya?"
"Bagaimana ini?"
"Ah, aku tahu. Setelah upacara wisuda selesai, kau langsung pergi ke New York. Setelah selesai acara, kau langsung masuk mobil untuk ke bandara! Aku akan memesankan pesawat yang bertepatan dengan waktu selesainya upacara wisuda. Okay?"
"O-okay.."
"Good, sekarang tenanglah. Biar aku yang mengatasi pemesanan tiketnya. Sahabatku bekerja di bagian pemesanan tiket pesawat. Kau tenang saja, kak. Kau akan segera pergi sejauh mungkin dari si White Swan itu."
Aku mengangguk paham.
"Baiklah, aku percayakan padamu."
"Sekarang, kau istirahat. Istirahatkan pikiranmu."
"Baiklah.."
Aku menghela napas sambil menstabilkan napasku dari tangisanku.
Aku kembali ke ruang Dining Room untuk mencuci piring-piringku.
Aku menuju jendela apartmentku, karena sepertinya, aku mendengar hujan diluar. Ah, benar. Diluar sedang hujan deras. Sudah waktunya masuk bulan hujan. Suhu di aparmentku menjadi lebih dingin, kurasa hujan-hujan seperti ini, sangat tepat untuk mengistirahatkan diri.
~~
21.00
Setelah membersihkan wajahku, aku segera naik ke tempat tidur untuk menenangkan diriku, dan menjemput alam mimpiku. Kuturunkan suhu AC kamarku agar tidurku semakin nyaman. Aku menyukai suhu kamar yang dingin saat tidur, itu sungguh nyaman sekali.
Aku duduk di window seat sambil memandangi hujan dan menunggu kantukku datang.
Perlahan, aku naik ke atas tempat tidurku, dan menarik selimutku.
"Selamat malam.."
23.00
"Nggh... a-apa ini.." gumamku saat aku merasakan seseorang sedang menggigit dan melumat bibirku.
Aku merasa tidak nyaman..
Aku membuka mataku perlahan.
"Maaf membuatmu terbangun.."
"Gilbert?! Apa yang kau lakukan di dalam kamarku?!" aku berbisik melihat Gilbert yang sedang menindihku.
"Aku ingin tidur bersamamu.."
"Sejak kapan kau masuk ke kamarku?"
"Hmm.. sejak tadi?" jawabnya dengan wajah polos yang sialnya dia sangat menggemaskan.
"Kau lancang sekali masuk kekamarku!"
"Memangnya kenapa kalau aku masuk ke kamar kekasihku sendiri?"
"Minggir, aku mau tidur!"
Gilbert berbaring di sampingku, sedangkan aku membelakanginya.
Ah, aku tidak bisa tidur.. hujan juga masih belum berhenti.
"Kau, mengapa bisa tidak kehujanan? Di luar hujan deras sekali."
Gilbert memeluk perutku.
"Aku membawa payung."
"Begitu."
Aku kembali tertidur dengan posisi membelakangi Gilbert. Muak sekali aku bila harus menatap wajahnya. Meskipun dia sangat tampan.
~~

KAMU SEDANG MEMBACA
Princess and The Black Swan
Chick-LitSelalu menjadi bahan Bullyan dan sampai mendapat julukan 'The Black Swan' namun, siapa sangka. Seorang Black Swan dapat berubah menjadi White Swan karena mencintai dan terobsesi dengan satu gadis yang sering disebut sebagai seorang Princess karena k...