28

2.7K 158 0
                                    

Aku terduduk di kursi makan dengan Gilbert didepanku, menatapku dengan senyuman hangatnya dan menggenggam tanganku. Kupandangi manik mata biru tua itu dengan tatapan nanarku.

Kumohon, lepaskan aku...

"Hei, begitukah tatapanmu kepada calon suamimu? Ini makan malam romantis kita. Aku sudah susah payah menyiapkannya untuk kita."

Aku mencoba menyunggingkan senyum tipisku dan membalas menggenggam tangannya.

Ah, aku muak.

Seorang maid dan butler bergantian membawakan makanan pembuka hingga makanan penutup untuk kami. Aroma menu makan malam sangat menggoda indra penciumanku. Aku sangat lapar!

"Kau pasti sudah lapar, sayang. Makanlah.."

Aku mulai mengambil sendok dan menyantap makan malamku.

"Selamat makan."

Satu suapan. Enak sekali!!!! Gilbert memang hebat dalam memasak!

"Aku rasa kau menyukai masakanku."
Gilbert melahap makanannya.

"Kau yang memasak ini semua?"

"Tentu saja.. enak?"

Aku mengangguk sambil menggigit udang saus mentega. Dan melahap makananku yang lainnya.

Ugh.. enak sekali...

Setelah puas menyantap makan malamku, aku mengambil puding coklat di sebelahku, memotongnya dan langsung melahapnya.

Ugh.. enak! Enak sekali!! Namun aku berusaha tetap stay cool dan memasang wajah datarku dalam melahap makan malamku. Walaupun dalam hati aku berteriak kegirangan. Aku mencoba menggerakkan kaki kananku yang terlilit Boulet Prisonnier. Ringan sekali.. bukannya seharusnya boulet prisonnier sangat berat sampai seorang tahanan kesulitan berjalan?

"Hei.. mengapa boulet prisonnier nya ringan sekali?"

"Memang. Tapi, di rantainya terdapat sensor geraknya."

"Untuk apa sensor geraknya?"

"Nanti kau akan tahu untuk apa sensor geraknya."

Aku hanya terdiam dan melanjutkan melahap pudingku.

~~

Setelah selesai menyantap makan malam, aku berdiri dari kursi makanku, dan menuju ruang living room. Gilbert mengikutiku duduk di sofa livingroom, dan tertidur di pahaku.

Aku melirik ke arah Gilbert yang juga melihatiku.

Aku menutup mataku, dan mengelus pelan rambut Gilbert yang lembut. Aroma shampo maskulin tercium memasuki hidungku.

"Kumohon, lepaskan aku. Aku akan tinggal di sini."

"Kau memang akan tinggal di sini. Tapi tidak pergi lagi dariku."

"Aku harus mengerjakan pekerjaanku. Aku tidak bisa meninggalkan komputer dan pen tabletku."

Gilbert bangun dari pangkuanku, dan mengajakku ke lantai dua.

Ia mengajakku ke sebuah pintu berwarna putih yang besar, ia membukanya.

"Di ruangan ini kau akan bekerja."

Sebuah komputer dengan lambang Apple, dan sebuah pen tablet yang harganya jauh lebih mahal dari punyaku. Aku sedikit membelalakkan mataku. Bahkan aku tidak akan mampu membeli perlengkapan desain semahal itu.

Oh astaga..
Aku mencoba bersikap tenang dan berdehem sejenak.

"Kau tidak punya software yang kubutuhkan."

Princess and The Black SwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang