Oxford
23.00Akhirnya, semua pekerjaanku selesai.
Aku meregangkan ototku pelan dan menghela napas lega.DRRT!
"Gilbert! Bay's Club?"
"Buat apa? Aku sedang tidak ingin minum."
"Ayolah.. terkadang kau butuh refreshing sejenak!"
Aku menghela napas pelan.
"Aku akan segera kesana.."
Aku segera membereskan mejaku, dan menuju halaman parkir di Kantorku.
Bay's Club
Aku memasuki club yang paling sering dikunjungi orang-orang. Club ini milik sahabatku, Bay Will. Sahabatku dari kecil, ia membangun club ini karena dia memang sangat menyukai diskotik malam.
Lampu yang minim hanya dihiasi lampu berwarna-warni yang sejujurnya kadang membuatku pusing. Aku menoleh kekanan melihat sepasang kekasih sedang bercumbu di sofa panjang. Mereka saling berciuman, dan membelai satu sama lain. Aku menyunggingkn senyum smirkku.
Persis yang kulakukan terhadap Bianca.
Banyak wanita di sana yang melihatiku dengan tatapan nafsunya. Aku merasa geli sekaligus jijik dengan tatapan lapar mereka. Aku hanya mau Bianca. Membayangkan Bianca melihatiku dengan tatapan seperti mereka, tanpa berpikir panjang lagi aku akan langsung menerkamnya.
Aku melewati wanita-wanita jalang itu dan duduk di dekat bartender, kebetulan Bay si pemilik juga ada disitu dikelilingi dua wanita berdada besar sedang menciumi lehernya.
Menjijikkan.
"Gilbert. Kau datang juga rupanya.."
Aku hanya melemparkan tatapan sinisku kepadanya.
"Kau menjijikkan, Bay.."
"Bilang saja kau juga mau.."
"Aku tidak mau. Aku hanya mau pada satu wanita yang kusuka."
Bay terkekeh.
"Bianca? Look, dia tidak ada di sini.."
Dia memang tidak ada di sini, tapi dia akan selalu dihatiku. Dan aku bisa merasakan Bianca sedang ada didekatku walaupun dia jauh entah dimana.
"Vanilla Milkshake.."
Bartender itu memasang wajah heran terhadapku. Sepertinya baru pertama kali bagi bartender ini mendapatiku memesan minuman kesukaan Bianca.
"Vanilla Milkshake? Tumben sekali.. biasanya kau memesan vodka?"
Aku melirik pada Bay dan masih melemparkan tatapan sinisku padanya.
"Apa ada masalah kalau aku memesan Vanilla Milkshake?"
Bay masih dengan tatapan bingungnya.
"Hei kau! Apa yang kau lihat, buatkan minumanku!"
Aku memicingkan mata pada bartender wanita itu. Ia gelagapan, dan langsung membuatkanku minumanku.
Aku memangku wajahku dengan kedua tanganku. Ditempat yang ramai saja, aku tidak bisa berhenti memikirkan Bianca. Bahkan disekitarku juga terdapat banyak wanita cantik dan menggoda, namun bagiku tidak ada yang bisa mengalahkan paras cantik Bianca. Aku hanya ingin Bianca! Bukan kalian!
Salah satu wanita Bay mendekatiku, dan membelai pundakku. Ia mengambil dasiku, dan menggigitnya dengan tatapan menggoda.
"Ingin kutemani, Gilbert?"
"Enyahlah, Gretha."
Aku melempar tatapan sinis padanya dan meminum minumanku.
Greta memasang wajah cemberut dan kembali mendekati Bay.
"Dia sedang tidak ingin, Bay.."
"Tidak apa-apa, Gretha. Gilbert sedang tidak enak hati."
Saat aku sedang meminum Vanilla Milkshakeku, tiba-tiba aku melihat wanita berbalut gaun mini warna oranye. Gaun itu memperlihatkan paha mulus wanita itu. Rambutnya mirip sekali dengan rambut Bianca. Coklat gelap dengan ujungnya yang bergelombang ombak.
"Bi..bianca?"
"Bianca? Mana Bianca?" Bay menyahut.
"Aku melihat Bianca!"
"Di mana? Tumben sekali dia mampir ke clubku!"
Aku mengeluarkan uangku untuk membayar minumanku dan beranjak mengejar wanita itu.
Itu pasti Bianca!Aku melewati kerumunan orang-orang yang sedang menari, orang-orang yang sedang berciuman demi mengejar wanita itu.
Aku menepuk pelan pundak wanita bergaun oranye itu, dan seketika wanita itu menoleh.
"Bianca?"
"Bianca? Aku bukan Bianca, sayang. Aku Crystal. Ingin minum bersamaku, sayang? Atau kekamar?"
Sialan.
Aku mundur menjauhi wanita itu, dan berbalik keluar menuju kamar mandi.
~~
Aku membuka pintu kamar mandi pria. Seketika aku merinding jijik saat melihat seisi kamar mandi dipenuhi pasangan-pasangan yang sedang berciuman, bahkan melakukan hubungan seks di kamar mandi. Desahan wanita jelas terdengar di telingaku. Nyaring, dan mendambakan sebuah kenikmatan.
Menjijikkan, seketika aku merasakan mual di dalam perutku saat melihat pemandangan seperti itu.
Ugh..
Aku.. aku tidak tahan lagi..
aku segera berlari ke arah wastafel.HOEK!
Aku memuntahkan isi perutku yang penuh dengan Vanilla Milkshake pasangan yang sedang berhubungan itu sontak melihatiku yang sedang mencuci mulutku.
Me..menjijikkan.
Aku sampai harus mengeluarkan isi perutku.Aku segera mencuci mukaku. Berharap bayangan Bianca hilang dari pikiranku. Aku memandangi pantulan diriku di depan cermin. Wajahku yang basah dengan kantung mataku yang sedikit menghitam, rambutku yang acak-acakan, kancing kemejaku yang terbuka dua kancing atasnya serta dasiku yang melonggar memperlihatkan betapa buruknya penampilanku.
Kuusap lagi wajahku dan melihat pantulan diriku di cermin untuk yang kedua kalinya.
Kau di mana, Bianca?
Aku menunduk, air mataku hampir menetes. Namun aku memilih untuk tidak menangis dan memejamkan mataku sejenak untuk menenangkan diriku.
Aku pasti akan menemukanmu, Bianca Miller. Kita akan menikah.. kita akan membangun keluarga kecil kita. Hanya kau, aku dan anak-anak kita nanti.
"Aaaahhh..."
Aku langsung menoleh mendengar desahan wanita yang sepertinya sedang mencapai pelepasannya.
Aku langsung melemparkan tatapan menjijikkanku terhadap pasangan yang sedang melakukan hubungan intim itu."Apa masalahmu, bung?!"
Ucap pria itu sambil masih menghentakkan dirinya pada wanitanya.
"Kau menjijikkan.."
Aku melenggang pergi dari kamar mandi, dan menuju lahan parkir.
Aku mencoba mengirimkan pesan kepada Bianca. Namun sepertinya nomornya sudah tidak aktif lagi.
Mengapa kau lakukan ini kepadaku, sayang? Apa kau sudah tidak mencintaiku lagi?
~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess and The Black Swan
Chick-LitSelalu menjadi bahan Bullyan dan sampai mendapat julukan 'The Black Swan' namun, siapa sangka. Seorang Black Swan dapat berubah menjadi White Swan karena mencintai dan terobsesi dengan satu gadis yang sering disebut sebagai seorang Princess karena k...