Felicia menahan air matanya. Salah tidak, jika kita menangis melihat orang yang kita sukai, berpelukan dengan perempuan lain? Yah, itu yang dirasakan Felicia saat ini.
Tapi, ia bukan siapa siapa. Jadi untuk apa dia merasa cemburu? Tanyakan pada hatinya. Bibir memang bisa menjawab, tapi jawabannya tidak sesuai dengan isi hati kita sendiri.
Felicia sudah berjalan di koridor dengan tampang lemasnya. Ia berjalan dengan menunduk tanpa melihat ke depan.
Dan yang sudah bisa kalian tebak, Felicia tak sengaja menabrak seorang mahasiswa.
Dug
"aw!"
Felicia mendongak, dan matanya membulat sempurna. "K-ka-"
Mark tersenyum. "kamu ngapain disini?"
Yang ditanya hanya diam. Tidak, ia merasa sedikit pusing karena memikirkan, kenapa Mark bisa disini?
Felicia kemudian menatap Mark seperti penuh kebencian. "bukan urusan lo!"
Ia berjalan melewati Mark. Namun, tangannya sudah lebih dulu ditahan.
"gue mau ngomong sebentar."
"ya itu lo udah ngomong."
Mendengar itu, Mark menghela nafas, lalu melepaskan tangan Felicia dari genggamannya.
"gue tau lo gasuka sama gue. Tapi bukan kemauan gue untuk ngusir paksa lo sama nyokap-"
"gausah bahas itu. Udah gaada yang perlu diungkit lagi. Percuma, gue mau balik pun gaakan bisa." kata Felicia yang berakhir dengan volume yang merendah.
Selesai mengatakan itu, Feli kembali berjalan dan mengabaikan Mark. Bahkan ia tidak tau siapa sebenarnya Mark, yang ia tahu hanya, Mark adalah laki laki yang bekerja sama dengan beberapa pria berjas hitam untuk mengusir dirinya- dengan alasan ayahnya memiliki hutang pada mereka.
"Felicia."
Langkah kakinya terhenti karena merasa terpanggil. Ia menoleh ke belakang. Jaemin memanggilnya, dan Mark, masih ada disana.
Jaemin sedikit terkejut kenapa Mark berada disini. Alisnya menyatu. Ia berjalan melewati Mark, tanpa menyapa.
"pulang sama gue." Jaemin langsung saja menarik tangan Felicia.
Tapi, Felicia sendiri menahan tubuhnya sekuat mungkin. Jaemin pun menoleh, "kenapa? Gamau balik?"
Mendengar itu, Felicia menghentak tangannya dari Jaemin. "aku bisa pulang sendiri. Temenin aja cewe kakak."
Mark mengangkat satu alisnya setelah mendengar 'cewe kakak' dari bibir Felicia.
Tak lama kemudian, Siyeon keluar dari pintu perpustakaan. Matanya masih sedikit merah karena menangis tadi. Siyeon juga menotis ketiga manusia yang berada dipandangannya.
Mark merasakan ada orang lain, jadi ia menoleh ke belakang. "Siyeon?"
"Kak Mark."
Sama halnya Jaemin dan juga Felicia. Mereka menotis Siyeon.
"wah, Jaemin. Lo sekarang deket sama Siyeon? Mantan sahabat lo?" sarkas Mark.
"bukan urusan lo, dan gausah ngungkit itu lagi." jawab Jaemin datar.
Mark tak menjawab lagi. Ia berjalan mendekati Siyeon yang terlihat lelah menangis. "lo keliatan gaenak badan. Mau gue anter balik, atau-" sebelum melanjutkan, Mark menoleh pada Jaemin yang kini sudah menggenggam tangan Felicia.
"atau, ikut sama Jaemin sebelum pulang ke rumah untuk nganter, Felicia?"
Siyeon tak menjawab. Ia malah melihat Jaemin dengan tatapan sayunya. Semuanya terdiam, kecuali Mark yang terlihat menunggu jawaban dari bibir Siyeon.
"gaada jawaban. Gue anggap iya. Ayo, Yeon" Mark langsung menarik Siyeon untuk berdiri disisinya lebih dekat, dan itu membuat Jaemin seperti akan menghampiri Siyeon, namun Felicia yang menyadari itu langsung menahan Jaemin, membuat Jaemin menoleh padanya.
"...aku, mau pulang, Kak"
Felicia sendiri tak tahu kenapa ia malah menahan Jaemin. Bodoh, rutuknya dalam hati.
Mark berjalan lebih dulu sambil merangkul Siyeon yang pucat.
Felicia menatap bagaimana Jaemin melihat kepergian Siyeon saat bersama Mark.
"Kak Jaemin, suka sama Kak Siyeon?"
Jaemin mengalihkan pandangannya. "ayo."
"aku tanya," desak Felicia.
Mendecak, Jaemin melepaskan tangannya yang menggenggam pergelangan Felicia. "kenapa? Kalau gue suka Siyeon kenapa?"
Bibir Felicia reflek sedikit terbuka. "jadi, beneran.."
Jaemin menghela nafasnya. "dan, kalau gue gasuka sama Siyeon? Kenapa?"
Felicia mengerjapkan matanya berkali kali.
"gue tanya." kata Jaemin lagi.
Koridor menuju perpustakaan ini memang selalu sepi, tak banyak mahasiswa atau mahasiswi yang belajar atau membuat tugas ditempat ini. Jaman sekarang, mereka sudah pasti membuatnya ditempat tongkrongan, tak mungkin ditempat berbau buku ini lagi.
Karena Felicia hanya diam, Jaemin tiba tiba menarik Felicia membuat tubuh gadis ini berada lebih dekat darinya.
"lo, ga mungkin suka sama gue kan?"
Sangat ketara kalau, Felicia terlihat gugup. Felicia ingin pergi dari hadapan Jaemin namun Jaemin malah semakin menahan tubuh Felicia.
Jaemin menatap wajah Felicia sangat teliti, membuat wajah Felicia memerah.
Jaemin mendekatkan wajahnya pada gadis itu, bahkan hidung mereka hampir bersentuhan- membuat Felicia reflek menutup matanya erat karena terkejut.
Sudut bibir Jaemin terangkat. Iya, Jaemin tersenyum melihat Felicia yang terlihat gugup.
Tapi, mata Jaemin malah terpaku pada bibir Felicia yang kecil dan tipis itu. Senyumnya perlahan menghilang. Ia lebih mendekat lagi.
"heran gue kenapa dah gabisa gitu seminggu aja gaada tugas? Baru juga kita mulai anj- njer Jaemin woy!" Haechan menahan tubuh Renjun dan mereka bersembunyi agar tak menganggu.
Jaemin yang mencium Felicia.
✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖✖
UDAH NONTON BELUM, HAECHAN SAMA DOYOUNG COVER LAGU CINTA LUAR BIASA? SOK DENGERIN SANA!!
KAMU SEDANG MEMBACA
[2]I Love You 3000; forever | Na Jaemin✔️
Fanfiction[SPIN OFF] Kisah Na Jaemin yang menyukai pembantunya sendiri, dan berbagai masalah yang ia hadapi guna untuk perjuangan mendapatkan sosok yang ia cintai. -selesai-