Warn, typo's!
"hhh maaf kak, Jeni jadi nangis gara - gara aku.."
Felicia duduk disofa, setelah menaruh belanjaannya diatas meja. Ia telah sampai dirumah Jeno dan Jisa tentunya dengan tubuh yang sedikit lemas.
Jisa dengan wajah khawatir memberikan segelas air putih pada Felicia. "emangnya tadi ada apa?" tanya Jisa.
Jeni, menatap Felicia dengan mata bulatnya yang nanar. "tadi, ada om - om yang buat mama Feli kaya gini, Bun. Gatau kenapa jadinya Jeni ikut nangis karena takut juga." jelas Jeni dengan suaranya yang masih sangat melengking.
Tentunya Jisa tak tahu siapa yang dimaksud Jeni, anaknya. "yaudah kalo gitu kamu istirahat disini dulu ya, nanti aku telfon Jaemin suruh jemput. Atau, Jeno bisa anter kamu setelah pulang kerja."
Felicia malah menggeleng. "ngga deh kak, aku gamau ngerepotin Kak Jeno juga. Aku bisa pulang sendiri kok."
"jangan. Aku ga ngizinin. Biar aku telfon Jaemin kalo gitu. Dia suami kamu, Fel."
Sementara, Felicia tak bisa mengatakan apa - apa lagi. Wajahnya sudah pucat melihat kembali wajah Mark yang kawan - kawannya pernah hampir memperkosa dirinya. Walaupun Mark tidak ada, atau bahkan lebih baik dari pada ketiga teman yang lainnya itu, tetap saja Felicia merasa ketakutan.
.
"kamu pesen aja mau makan apa." Jaemin memberikan buku menu ditangannya ada Minjoo. Minjoo sudah melepas ikatan rambutnya, membuat rambut indahnya menjadi tergerai.
Dengan senyuman lebarnya, Minjoo memilih makanan favoritnya. Tapi, senyumannya menjadi luntur, dan Jaemin menyadari itu.
"kenapa?"
Melirik sebentar, Minjoo tersenyum kikuk. "eng-engga. Ini, ternyata lebih mahal..."
"apa? Mahal? Yaudah gapapa kamu bisa pesen itu."
"tapi—"
Jaemin mendecak. "saya ikhlas. Gaji kamu ga akan dipotong kalau mikir kesana."
Minjoo melipat bibirnya dan mengangguk. "iya, makasih banyak Pak Jaemin."
Jaemin pun mengatakan pesanan mereka pada pelayan yang telah berdiri disampingnya sedari tadi. Setelah pelayan itu pergi, Jaemin memeriksa ponselnya, berjaga jaga siapa tau Felicia menyepam dirinya. Ternyata tidak.
"oh iya, Pak, direktur yang mau kita ajak kerja sama, saya denger denger dia mantan narapidana."
Mendengar itu, Jaemin mengerutkan dahinya. "kenapa kamu baru bilang?"
"saya baru tau tadi. Mau bilang ini, cuma lupa terus, baru ingatnya sekarang."
"yaudah kita bisa lihat nanti orangnya bagaimana. Setiap orang bisa berubah kan? Dari sifat buruk, menjadi baik. Itu kalau dia memang benar - benar melakukan kejahatan, makanya masuk penjara."
Perempuan ini mengangguk membenarkan kalimat atasannya. "tapi, orang didalam penjara kan memang karena melakukan kejahatan." ucap Minjoo.
"entah. Jaman sekarang banyak yang bersalah dibebaskan, yang tidak bersalah dipenjarakan karena kalah sama yang namanya uang."
Minjoo menjadi diam. "i-iya juga sih."
Beberapa menit menunggu, makanan mereka datang. Juga, Jaemin ternyata memesan makanan untuk tamu mereka.
Tepat setelah pelayan pergi, direktur yang mereka sebut datang dengan tubuh tinggi tegapnya. Bahu lebar, dan juga kulit tan sang direktur ini sangat kentara kalau, ia memang anak dari pemilik perusahaan besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2]I Love You 3000; forever | Na Jaemin✔️
Fanfic[SPIN OFF] Kisah Na Jaemin yang menyukai pembantunya sendiri, dan berbagai masalah yang ia hadapi guna untuk perjuangan mendapatkan sosok yang ia cintai. -selesai-