💚30

11.8K 1.4K 166
                                    

Pukul delapan malam, mereka baru sampai dan langsung turun dari mobil. Perjalanan yang cukup jauh ini membuat mereka sedikit pegal. Terlebih lagi Jeno yang menyetir.

Jisa menatap suaminya yang tengah meregangkan otot - ototnya agar terasa lemas.

"kamu capek?" tanya Jisa.

Jeno malah menggeleng. "engga kok, sana masuk sama yang lain. Kita bawa koper kalian ke dalam."

Jisa tersenyum, dan berjinjit untuk mengecup pipi suaminya. "semangat. Kalau capek langsung tidur, temenin Jeni."

Sang suami mengangguk dan tangannya mencubit pelan pipi anaknya yang tertidur digendongan sang istri.

"minggir ya kasmarannya nanti aja, ini kita beres - beres dulu." Dejun sengaja lewat ditengah - tengah Jeno dan Jisa. Dasar.

Jaemin menotis itu dan ia hanya tersenyum simpul. Pandangannya kini melihat Felicia yang tengah menguap dihadapannya tanpa sengaja.

Jaemin tertawa. "masih ngantuk?"

"ha? En-engga kok."

Jaemin baru sadar, bodoh sekali. Wajahnya tertekuk. Ia melihat disekitar nya, terutama teman - teman perempuannya. Mereka semua memakasi baju hangat, dan tebal.

Tapi Felicia?

"kamu, gatau kalau kita mau ketempat kaya gini?" nada suara Jaemin sedikit naik.

"kan, aku gatau."

Jaemin menghela nafas. "ini musim dingin, kenapa pake baju tipis kaya gini?"

Dan tepat saat itu, angin berhembus membuat dress selutut yang Felicia kenakan berterbangan dan membuat ia merinding karena dingin.

Jaemin membuka mantelnya dan ia sampirkan pada Felicia.

"sana masuk. Biar aku yang bawa tas Kamu."

"tapi Kak Jaemin yang kedinginan, pake aja ini aku langsung kedalam."

"enggak. Dengerin apa yang aku bilang."

Felicia diam, ia tak berani melawan lagi. Kalau sudah begini, nyalinya langsung menciut dan mau tak mau ia memang harus menurut pada Jaemin.

"Felicia? Ayo sini masuk." panggil Somi.

"tuh sana dipanggil." Jaemin mendorong pelan bahu gadisnya.

"i-iya."

.

"jadi pembagian kamar nih ya sekarang. Hm, disini sih ada lima kamar. Ada lagi sebenarnya banyak dilantai tiga. Tapi, kita kan cuma bersepuluh nih, ya gausah dipake." jelas Nancy sambil melihat catatan yang ia bawa.

Intinya ia sudah mengatur semuanya.

"kita semua kamarnya ada dilantai dua yah. Hm, untuk kamar nomor satu, itu Jisa sama Jeno. Luas kok, ada tempat tidur juga khusus buat Jeni tuh."

Jisa tersenyum, "makasih Nancy."

"ah gausah kaya gitu biasa aja. Hm, terus kamar kedua Jaemin sama—"

"gue sama Felicia bisa gak?"

Kalimat Nancy terpotong. Ya siapa lagi kalau itu bukan Jaemin. Semuanya terkejut apalagi Felicia sendiri.

"Kak-"

"gue sama Felicia, kalau ada yang tempat tidurnya kepisah."

Nancy mengerjapkan matanya.

"hm, a-ada sih, tapi.."

"emang Jaemin sebenarnya sama siapa?" -Renjun

"Haechan."

[2]I Love You 3000; forever | Na Jaemin✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang