3 Tahun kemudian...
"Papa! Mana mainan yang Papa janjiin ke Jeni??"
Jeni menatap kesal pada Jaemin— Papa nya yang tengah sibuk mengetik sesuatu di laptop. Jeni pun menarik - narik ujung kemeja putih yang dikenakan Jaemin.
Karena sedikit merasa terganggu, Jaemin terpaksa menoleh ke bawah karena Jeni yang sangat pendek dan kecil ini.
"iya nanti Papa beliin. Sana main dulu sama Mama Feli."
"beneran yah? Awas bohong! Jeni mau dua pokoknya!"
"loh, kok dua? Satu aja lah. Emang kamu mau kasi ke siapa lagi??"
"mau aku simpen. Soalnya nanti kan aku punya temen juga dari Mama Feli."
Jaemin diam. Ia memejamkan matanya. Ini semua gara - gara Haechan yang memberitahu Jeni kalau ia akan memiliki teman dari Felicia. Kalian tau bukan apa maksudnya?
Jaemin pun berdeham. Ia menyingkirkan laptopnya, lalu mengangkat tubuh Jeni yang cukup gembul. Jeni kini duduk dihadapan Jaemin.
"emang yakin temen kamu nanti cewe?"
Jeni mengangguk antusias.
"kalau cowo gimana?"
Wajah anak kecil ini kini menekuk. "harus cewe! Nanti kan aku bisa kuncir rambutnya waktu bayi."
Jaemin tertawa renyah. "Jeni, anak bayi emang punya rambut, tapi belum bisa dikuncir lah."
Bibir Jeni kini maju hingga membentuk pout. "Ayah gamau buat teman untuk Jeni. Jeni sedih."
Jaemin mendecak. "kamu tuh jangan dengerin omongannya Om Haechan ya? Om itu ga bener."
"enda kok! Om Haechan baik ke Jeni. Jeni selalu dibeliin mainan, sama esklim."
"yah, Papa Jaemin gimana? Jahat ya?"
Jeni menggeleng, lalu kedua tangannya terbuka lebar ingin dipeluk. "Papa Jaemin juga baik. Selalu jagain Jeni kalau Ayah sama Mama sibuk."
Jaemin pun memeluk tubuh kecil Jeni, sehingga anak berumur 6 tahun itu memeluk lehernya.
Tersenyum dengan lebar, Jaemin kini menggendong tubuh Jeni dan berjalan menuju kamarnya. Dimana Felicia yang tengah menyiapkan pakaiannya.
"udah selesai?"
Felicia menoleh, "udah kok. Tinggal dibawa aja nanti."
"Mama Feli juga ikut ya?"
Felicia mengangguk sambil tersenyum menjawab pertanyaan Jeni. "iya, Mama ikut. Emang kenapa? Gaboleh?"
"boleh! Nanti Jeni punya banyak Mama sama Papa." ucap anak kecil itu sambil tertawa.
Tin!!!
Terdengar jelas suara klakson mobil, membuat mereka sama - sama menuju jendela untuk melihat siapa si pelaku.
Ternyata itu mobil Renjun. Yang didalamnya bersama anak - anak lain.
"ih itu Tante Somi!! Jeni mau turun.. Papa turunin Jeni!" Jaemin menurunkan Jeni karena anak ini terlihat bahagia ketika Somi datang.
Jeni berlari dari kamar Jaemin, hingga Jaemin dan juga Felicia dapat melihat Somi yang langsung menggendong anak kecil itu.
"Kak Somi ga kapok - kapok ya dimarah Kak Jeno, manjain Jeni terus." Felicia terkekeh, membuat Jaemin menoleh.
"sama kamu kan juga."
"tapi aku kan masih suruh Jeni untuk ngelakuin hal yang menurut aku bisa dia lakuin sendiri. Kaya taruh piring kotor dimana, terus buang sampah dimana, kalau habis main, mainnya taruh dimana, kalau minta ini itu perlu dipikir - pikir lagi, pokoknya jangan terlalu boros. Harus kita ajarin dari kecil, supaya nanti Jeni jadi anak yang mandiri kalau udah gede. Coba kalau sama kamu, apa - apa diiyain aja. Tar kasian Kak Jeno yang ngurusin. Kalian yang manjain, yang kena getahnya Kak Jeno sama Kak Jisa."
KAMU SEDANG MEMBACA
[2]I Love You 3000; forever | Na Jaemin✔️
Fiksi Penggemar[SPIN OFF] Kisah Na Jaemin yang menyukai pembantunya sendiri, dan berbagai masalah yang ia hadapi guna untuk perjuangan mendapatkan sosok yang ia cintai. -selesai-