🍏08.2

8.4K 983 225
                                    

D-day.



"eh Somi sama siapa? Kok lu dateng sih?" ucap Nancy.

"sama mama gue. Ini gue dipaksa suruh dateng mewakili keluarga katanya. Padahal gue ingin main sama anak - anak gue." jawaban Haechan membuat Jeno, Chenle, Renjun, Dejun, mencibir karena mendengar kata 'anak-anak'.

"udah dua aja punya momongan. Kita kapan?" tanya Jeno pada Jisa.

Jisa tersenyum paksa. "nanti kalau emang udah rezekinya."

"eh, itu, siapa sih? Duduk sendiri aja." Chenle menunjuk seorang laki - laki yang sebaya dengannya. Jeno pun harus memicingkan matanya untuk melihat siapa yang ditunjuk oleh Chenle.

"itu.. Oh- yang waktu Felicia tinggal di desa bukan?"

Chenle mengerutkan dahinya. "hah? Siapa?"

"ah, lo gatau apa - apa. Panjang kalau kita ceritain. Kalo lo dengerin, udah kaya maraton drama." jawab Haechan.

"kan gue di China, gatau apa - apa nih gue. Balik kesini aja demi kak Jaemin sama calonnya."

"baik - baik lo disana. Corona, Le." kata Renjun.

"ck, Tuhan masih sayang sama gue. Haleluyah."

"lo kenapa ga ke negara lo? Keluarga lo gimana sekarang?" tanya Haechan pada Dejun dan juga Renjun.

"mereka baik. Tapi kan udah lama juga nih corona ga dibahas." jawab Dejun.

Renjun hanya mengangguk. "liat aja ni tamu ga banyak. Cuma keluarga Jaemin aja ga sih? Eh, bokapnya Felicia gimana? Dia ga dateng?"

"Jaemin mana sih? Yang nikahan ga ada." protes Siyeon.

"yeu, sabar nyonya. Orang pasti lagi uwu uwunya mereka. Makanya buru nikah, noh cowo lo pasti denger nih apa yang gue bilang." Dejun hanya berdeham mendengar kalimat Haechan. Sudah punya dua anak, tapi masih seperti anak remaja. Mereka sudah tak heran lagi tentunya.

"harusnya si bokapnya diundang kan ya? Itu, Mark apa kabar ya?" tanya Nancy mengembalikan topik mereka.

"gatau lah gue. Gamau tau juga." ucap Chenle. "panggil aja deh itu, kasian sendirian banget gue lihat."

Mereka semua memperhatikan Chenle yang berjalan menghampiri, Jisung.

"si Chenle kaya nyamperin anak gadis aja." celetuk Haechan.

"mulut lo, ngawur!" Nancy memukul bahu Haechan.

"No, Jeni mana??" Jisa panik.

"loh? Tadi disamping kamu???" Jeno tak kalah panik. Dan mereka semua malah ikut panik karena hilangnya kesayangan kecil mereka.

Haechan mendecak. "untuk gue ga ajak anak gue. Ini nih, udah jadi orang tua malah asik gibah."

"itu lo aja monyet." serang Renjun.

Suasana di gereja ini tidak terlalu ramai. Jaemin hanya mengundang orang - orang terdekatnya termasuk teman - teman se-kantornya.

Jisung diam menatap altar didepannya yang masih belum ada siapa - siapa. Ia membayangkan dirinya dan Felicia yang berdiri disana. Sayang itu hanya sebuah, ke-haluan.

"helo? Lo siapanya- Jaemin? Felicia?"

Jisung menoleh, ia terlihat gugup dan kaku jika berhadapan dengan orang asing. "Jisung, temannya, Felicia."

Chenle mengangguk paham. Ia lalu duduk disamping Jisung. "temen Ka Feli waktu dia, tinggal di desa?"

Tanpa jawaban, Jisung hanya mengangguk.

[2]I Love You 3000; forever | Na Jaemin✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang