🍏13.2

7.7K 933 83
                                    

"Fel? Aku berangkat dulu, kamu diem aja di rumah jangan kemana - mana, ya?"

Jaemin menghela napasnya karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari sang istri. Ia terpaksa melangkah masuk kedalam kamar, padahal ia sudah berada diujung pintu utama.

"Fel? Heh, kamu ngapain??"

Sungguh Jaemin terkejut karena Felicia membongkar isi lemarinya. "gapapa. Udah sana aja berangkat nanti telat. Aku lagi cari sesuatu aja penting." ucap perempuannya yang tanpa menoleh sedikitpun.

"iya, oke. Tapi kamu jangan aneh - aneh."

Jaemin berjongkok disamping Felicia, membuat perempuan itu menoleh padanya. "iya gak aneh - aneh. Tiba tiba aku pingin pake baju ini, aku lagi nyariin."

Tangan Jaemin mengelus rambut Felicia. "yaudah kalo gitu, kalo ga ketemu, jangan paksa, tapi kalau ketemu, ini biar aku yang bersihin nanti. Inget, kamu jangan kecapean."

Jaemin mendekati wajahnya dan mengecup bibir Felicia.

Mereka pun berdiri, dan langsung saja Felicia memeluk tubuh Jaemin yang sudah lengkap dengan jas hitam bersihnya. "iyaa~ nanti langsung pulang, jangan lama - lama."

"iya sayang. Yaudah aku berangkat. Kalau mau apa - apa telepon mama. Daa."

.

Benar saja dugaannya, ia menjadi pusat perhatian karena rambutnya sendiri. Junkyu menahan tawanya karena sedari tadi ia berjalan berdampingan dengan sang CEO.

"berhenti sih ketawa lo." ucap Jaemin.

"bentar- siapa yang nyuruh lo cat warna rambut begini?"

"istri gue. Siapa lagi emang."

Junkyu tertawa sambil memukul punggung Jaemin, membuat ia menatap kesal pada teman semasa SMA nya dulu. Walau mereka memang tidak terlalu akrab. Hanya mengenal satu sama lain biasa.

Iya. Junkyu si penjaga UKS, yang dulu menolong Jisa sewaktu perempuan itu tak enak badan. Kalau kalian ingat.

"tapi- cocok kok di lo. Not bad lah."

"udahan ngomong mulu lo, sana kerja."

Jaemin sampai di ruangannya. Baru saja ia duduk, Minjoo masuk dengan senyuman cerahnya.

"Jaem— hm, maksudnya Pak Jaemin."

Jaemin yang tadi mengerutkan dahinya, kini kembali normal dan menatap sekretaris pribadinya. "ada apa?"

"ini, rapat yang akan kita bahas lusa nanti. Sudah saya rangkum dalam bentuk video." Minjoo memberikan sebuah flashdisk berwarna hitam.

"oke, nanti akan saya lihat. Gimana kerjaan, selama saya gak ada disini?"

"yah, begitu. Gak ada masalah apapun, cuma harus ke-pending kalau ada yang mendesak mau ketemu sama bapak."

Jaemin meringis. "Minjoo, sebenarnya saya agak risih dipanggil bapak."

"tapi—"

"iya karena ini di tempat kerja. Mau bagaimana lagi." ucap Jaemin memotong kalimat yang belum Minjoo katakan.

"cuma mau kasi tau aja. Berasa, tua banget."

Perempuan berambut ikat satu itu tertawa kecil. "iya, mau gimana lagi kan ya."

Jaemin pun kembali bekerja dengan aktivitasnya. Ia memeriksa dokumen yang dikerjakan oleh para karyawannya selama ia libur kemarin. Sedangkan Minjoo masih berdiri menatap Jaemin yang sudah fokus.

"Pak Jaemin? Emang boleh rambutnya diwarnain begitu?"

Kegiatannya harus terhenti karena pertanyaan Minjoo. "cuma saya yang boleh. Kalau kamu lihat ada yang ikut ikutan, kasi tau saya langsung."

[2]I Love You 3000; forever | Na Jaemin✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang