"siapa yang masak nih? Jisa?" Dejun baru keluar dari kamarnya karena baru ia terbangun sudah mencium aroma yang cukup membuat ia langsung merasa lapar.
"udah jam delapan lebih lo lo pada baru bangun! Noh bantuin Jeno dibelakang lagi nyiapin panggangan." ucap Nancy pada Dejun, Haechan, dan juga Renjun.
Haechan menguap sembari tangannya menggaruk perutnya yang sedikir buncit. "santai napa dah. Begadang kita tu semalem. Baru juga jam segini."
Renjun yang matanya masih menyipit, mengambil air putih disamping Siyeon yang sedang memotong buah - buahan, dan salah satu buah diambil oleh Dejun.
"Jaemin, mana?" tanya Renjun.
"dibelakang juga sama Jeno. Perasaan gue udah siapin semua deh, kok ada aja sih yang kurang?" sambung Nancy.
"emang apa lagi kurang?" -Siyeon.
"itu, arang untuk kita manggang." jawab Nancy.
"yaelah gitu doang. Buat begituan mah gampang. Udah serahin aja sama gue." celetuk Haechan, membuat Nancy dan Siyeon terkejut.
Jisa hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya melihat bagaimana teman - teman dekat Jeno ini berinteraksi.
Dejun mengangguk setuju mendengar kalimat Haechan, ia juga diam - diam mengambil daging yang sudah matang- yang dibuat oleh Jisa- tanpa sepengetahuan yang lain.
"sarapan udah siap. Panggil dulu Jeno sama Jaemin." ucap Jisa.
Renjun langsung saja menuju halaman belakang villa yang sangat luas ini.
"eh udah jadi noh sarapannya, sini dulu lo berdua!" Renjun berteriak.
Jeno dan Jaemin, menoleh secara serempak.
"nanggung banget lagi dikit juga." -Jeno.
Jaemin menaruh kayu bakar yang ia pegang, lalu berdiri - karena sebelumnya berjongkok - tangannya kemudian saling menepuk untuk membersihkan sedikit kotoran.
"udah lah nanti lanjutin lagi." Jaemin menarik kerah Jeno dan Jeno sendiri mendecak.
"lepasin anjing."
Jaemin menepis tangannya dan jalan lebih dulu.
"Jeni mana? Belum bangun?" tanya Jaemin.
"belum, biarin aja. Tar susah lagi ngurusnya."
Jaemin tertawa simpul. "namanya juga ngurus anak, mana ada yang sih yang gampang, ya kecuali anak lo ga rewel. Makanya buat tuh jangan keburu."
Jeno menatap sahabatnya ini cengo. Ia lalu merangkul pundak Jaemin membuat sang empu sedikit menunduk.
"yaudah sih gausah ngebahas masa lalu. Lo juga demen kan ngurusin Jeni!"
Jaemin terbatuk, tapi Jeno tetap saja seperti mencekik leher Jaemin dengan cara merangkul.
Jisa tersenyum lebar melihat bagaimana suaminya dan Jaemin yang sudah akrab kembali.
"nyett, nanti dulu lo berdua soswit soswitnya. Gue udah laper!" pekik Haechan.
"hadeh dasar lo apa - apa selalu lapar." kata Somi.
"pardon? Somi, ini siapamu ya kalau boleh saya tau?" tanya Haechan sendiri pada kekasihnya ini.
"pembantu saya. Dia ini rakus, selalu makan dimana - mana, makanya perutnya ga kotak - kotak kaya suaminya Jisa. Napa?!"
Haechan menatap Somi dengan mendelik. "jadi kamu tau gimana badan Jeno?!"
Jeno yang baru saja mau duduk, tidak jadi karena teriakan Haechan.
"napa si ah!" -Dejun
"tau aja, kan Jeno pernah buka baju waktu ganti seragam. Ga sengaja lihat gue." ucap Somi santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2]I Love You 3000; forever | Na Jaemin✔️
Fanfic[SPIN OFF] Kisah Na Jaemin yang menyukai pembantunya sendiri, dan berbagai masalah yang ia hadapi guna untuk perjuangan mendapatkan sosok yang ia cintai. -selesai-