💚45

9.9K 1.2K 98
                                    

Jaemin meringis dari tidurnya ketika ia merasa ada seseorang yang mengobati lebamnya. Jangan kalian lupakan wajah Jaemin yang berwarna - warni. Maksudnya, warna lebam itu menghiasi wajah tampan miliknya.

"eh, Jaem? Sakit ya?"

Jisa menjauhkan jaraknya saat Jaemin mengubah posisi menjadi duduk.

"ahh," kepalanya terasa sangat pusing. Jaemin pun kini menyender pada kepala ranjang.

"gue lanjut obatin lagi ya? Ini Jeno yang suruh, dia mana bisa ngelakuin begini."

Jaemin diam. Ia tetap membiarkan istri sahabatnya ini mengobati dirinya.

"gue kenapa semalam?"

Jisa membuang nafasnya. "apa lagi sih yang dilakuin orang kalo lagi galau? Mabuk, terus balik - balik ni muka babak belur."

Jaemin memikirkan hal semalam yang ia lakukan. Ah ia ingat, seorang yang sebaya dengannya itu menghantamnya habis - habisan. Lagi pula ini salahnya.

"Ah, Sa sakit!" reflek Jaemin menggenggam pergelangan Jisa agar tangan gadis itu menjauh dari wajahnya.

"emang sakit kalo mau sembuh, gimana si. Sama aja kaya Jeno ni orang."

Klek

"udah selesai obatinnya?" Jeno masuk bersama dengan Jeni yang berada digendongannya.

"ii– papa, tuuu..."

Tangan Jeni menunjuk wajah Jaemin yang sangat menyeramkan baginya.

"iya itu Om Jaemin sakit." kata Jeno

Jeni menggelengkan kepalanya. Sedangkan Jaemin yang ingin tertawa namun tak bisa, itu terlalu sakit untuk ia lakukan.

"udah sih ini. Sarapan langsung ayo. Jaem, gue udah buatin sup biar perut lo enakan, Turun ayo." Jisa pun berdiri mengemasi obat merah dan lainnya.

"Sa, ajak Jeni dulu."

Jeni kini berada digendongan Jisa yang membuat istrinya itu langsung saja keluar.

"gimana rasanya?"

Tanya Jeno yang sudah duduk disisi tubuh Jaemin.

Laki - laki yang ditanya mendecih. "iya lo gausah ngeledek."

"lagian lo udah muter kemana aja? Ujung - ujungnya malah begini."

"ya namanya patah hati, Jena."

Jeno tertawa. "sumpah gue udah berapa tahun lamanya temenan sama lo, baru kali ini liat lo sampe segininya."

"ya artinya gue emang secinta ini sama Felicia."

Mendengus, Jeno kemudian menganggukkan kepalanya. "oke dah. Gue mungkin bisa nebak laki kaya lo bisa dihitung."

"iyalah, emang lo."

Jeno menatap kesal pada sahabatnya ini. Kalau saja Jaemin tak terluka, mungkin ia sudah mengajaknya bertengkar. Tidak, bercanda.

"masing - masing cowo itu ada perjuangannya sendiri." ucap Jeno.

Jaemin diam. Tangannya menyentuh sudut bibirnya yang berisi darah kering. Ia meringis, lagi.

Dapat terdiam sejenak, mata Jaemin sedikit membulat. Ia mengingat sesuatu.

"semalam siapa yang nganter gue kesini?"

Jeno mengangkat satu alisnya. "siapa lagi emang?"

"lo?"

"bukanlah."

[2]I Love You 3000; forever | Na Jaemin✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang