"lo, langsung balik ya Jaem?"
Jaemin menoleh lalu mengangguk pada Siyeon. "kenapa? Mau gue anter balik?"
"ah, enggalah. Lo terus - terusan aja kasi gue tumpangan. Ga enak"
Setelah selesai menyimpan semua alat - alat tulisnya, Jaemin dan Siyeon pun keluar dari kelas. Mereka berjalan beriringan. Jaemin yang belum merespon kalimat Siyeon tadi kini tertawa kecil.
"gaenak apa sih? Sejak kapan ngerasa gaenakan lo?"
Siyeon mengangkat kedua bahunya. "entahlah, gue juga gatau. Tapi ngerasa gitu aja."
Langkah mereka berhenti karena Renjun didepannya. "Jaem, gila. Ikut gue bentar."
Jaemin dengan alisnya yang menyatu menatap sahabatnya itu dan bibirnya kelu untuk mengeluarkan kalimat 'tunggu sebentar' pada Siyeon.
Meninggalkan Siyeon, kini Jaemin dan juga Renjun berada di koridor yang cukup sepi.
"kenapa si?"
"Mark, dia bukannya ga ngampus disini kan? Terus kenapa bisa kesini? Noh lihat." Renjun melempar kertas yang berisi daftar nama nama kelas untuk besok. Ia hanya kebetulan disuruh dosen dan pas saja ia melihat nama Mark Lee di daftar tersebut.
Dahinya mengkerut. "y-ya emang kenapa kalo Mark disini?"
"ya- hhh iya gue tau. Ga ngerasa aneh aja lo, lagian sejak jaman ospek juga gaada dia. Kenapa bisa langsung masuk kelas? Kita aja susah payah masuk ni kampus masa iya dia lewat jalur neraka? Enak banget njir."
Bisa bayangkan bagaimana ekspresi Renjun yang merasa tak adil dengan semua yang ada dipikirannya.
"gue gatau sih mikir apa, tapi waktu ini juga dia kesini." balas Jaemin, lalu memberikan selembar kertas itu pada Renjun lagi. "udahlah gausah dipikirin. Gue cabut. Bangke lo ninggalin Siyeon sendirian."
Renjun menghela nafas. "nih ya Jaem, meskipun Mark sahabat kita, gue gabisa terima aja dia masuk ke kampus ini dengan uang. Lagian kita belajar mati matian mana gue terimalah. Lo mah mana peduli sama ginian. Udah lah pergi aja lo sana sama Siyeon lo."
"yaudah sih kalem. Haechan mana?"
"biasa. Somi."
Jaemin tertawa pelan. "kalo gitu gue balik. Udah ya lo gausah bahas ginian lagi kalo didepan Mark. Mungkin ada alasannya dia ngelakuin ini."
"ya - ya." jawab Renjun tanpa niat sedikit pun.
Jaemin balik melangkah setelah menepuk bahu Renjun. Tapi, saat Jaemin akan berbelok -koridor, dimana ada Siyeon yang menunggu- langkahnya lagi lagi berhenti. Bahkan Jaemin menahan tubuhnya untuk tidak mendekat dan malah menguping pembicaraan Siyeon, dan juga Jeno.
"lo gabisa apa bersikap biasa aja." -Jeno
"ga segampang kaya mulut ringan lo." -Siyeon
"Yeon, lo tau sendiri gue udah punya anak. Gue juga ada istri, jadi plis jangan telfon gue tengah malam, atau ngirim gue pesan. Jisa liat semuanya, gue gamau ada kesalah pahaman diantara keluarga gue. Hm?" -Jeno
Jeno tak tahu harus apa. Mungkin dengan bicara baik baik dan memberikan nada yang lembut membuat Siyeon akan mengerti.
Tapi,
"gue selalu coba, tapi gabisa." Siyeon dengan matanya yang berkaca kaca masih setia menatap Jeno.
"lo yang putusin gue, Yeon. Itu juga karena kesalahan lo. Lo ngerti ga gimana gue dulu sakitnya liat cewe sendiri liaran sama cowo lain?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[2]I Love You 3000; forever | Na Jaemin✔️
Fiksi Penggemar[SPIN OFF] Kisah Na Jaemin yang menyukai pembantunya sendiri, dan berbagai masalah yang ia hadapi guna untuk perjuangan mendapatkan sosok yang ia cintai. -selesai-