Mereka bilang cinta bukan tentang memiliki
Tetapi kenapa yang kurasa sesak
Saat ku melihatnya dengan yang lain?-Reza agustin-
"Raden, gakmau ah. Aku maunya di sini aja." Ucap Renia
Di sinilah mereka sekarang, di rumah Raden dan mereka sibuk memperdebatkan dimana mereka akan tidur malam ini.
"Tapi ini kamar gue." Ucap Raden
"Ya aku numpang bentar doang." Ucap Renia
"Gak. Gue tau lo bakal bongkar isi kamar gue." Ucap Raden menuduh
"Ih sok tau banget sih. Lagian siapa juga yang mau bongkar-bongkar. Gak penting banget." Ucap Renia mengelak
"Awas kalo berantakan." Ucap Raden pasrah
"Sana gih, aku mau tidur. Goodnight my love sweety booboo." Ucap Renia alay
"Alay."
~•~•~•~•
"Cepetan, udah mau telat nih." Ucap Raden
"Sabar dulu, hp aku ketinggalan." Ucap Renia lalu berlari ke arah kamar Raden untuk mengambil ponselnya
Raden yang sudah terburu-buru pun merasa panik. Pasalnya hari sudah menunjukkan pukul 6:50, sedangkan mereka masuk pukul 7. Bukannya Raden takut telat, hanya saja dia lupa untuk mengerjakan pr dari gurunya. Bisa mampus dia, jika tidak menyelesaikannya.
Raden benar-benar mengendarai motornya dengan ugal-ugalan, membuat Renia tak henti-hentinya berdoa meminta perlindungan kepada Allah.
"Ya Allah Aku mohon, Aku tau, Aku orangnya gak baik-baik amat. Tapi tolong dong jangan mati sekarang. Aku kan masih mau tobat dulu. Terus papa sama Mama gimana kalo Aku gak ada? Tolong lindungi hamba ya Allah."
"Raden juga ya Allah, Aku gak rela kalo Raden kenapa-napa. Nanti siapa yang bakal jadi ayah dari anak-anak Aku nanti?" Ucap Renia semakin gila
"Berisik." Ucap Raden
"Orang lagi doa gak usah digangguin." Ucap Renia
"Lo doanya kaya mau mati aja." Ucap Raden
"Ya ini emang mau mati. Jantung Aku rasanya udah berhenti berdetak." Ucap Renia
"Gak alay gak idup lo." Hina Raden membuat Renia mengerucutkan bibirnya. Raden yang melihatnya dari spion motor, terlihat menunggingkan senyum, namun tak sempat dilihat oleh Renia.
Setelah menempuh perjalanan selama 10 menit, akhirnya Renia dan Raden sampai di parkiran sekolah. Orang-orang melihat mereka dengan tatapan penasaran. Bagaimana bisa seorang Renia bisa pergi bersama dengan Raden? Orang yang baru saja mencaci makinya beberapa hari yang lalu.
Namun, Renia dan Raden tidak ambil pusing, mereka membiarkan orang melihat mereka semaunya. Toh mereka punya mata untuk melihat.
Dari ujung koridor, terlihat seorang pria yang memandang mereka dengan tatapan sendu. Dadanya terasa sesak melihat pemandangan itu. Siapa lagi jika bukan Reza?
Apakah Renia tidak merasa kehilangan dirinya? Itulah yang dipikirkan Reza dari malam tadi. Pria itu benar-benar tidak bisa untuk bertengkar dengan Renia. Walau hanya sehari saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
My cold boy
Teen Fiction"Gak bisa Raden, ntar aku mati kalo gak di samping kamu. Kamu kan separuh aku." Ucap Renia Bagaimana rasanya jika menyukai pria dingin, jutek, berbicara seadanya menurut kalian? Tentu sulit bukan untuk mendapatkannya? Lalu bagaimana dengan Renia ya...