Prologue.

50.4K 3.9K 799
                                    

Soobin cuma menatap kearah kakak kelasnya yang duduk di meja yang sama dengannya dikantin.

Soobin sepertinya tidak asing lagi, cowok di depannya ini adalah seorang kaptem team basket disekolahnya.

"Maaf, kak, bukannya meja yang lain masih ada kok kakak malah duduk disini?" tanya Soobin heran sekaligus takut karena anak-anak disini mulai menatapnya dengan tajam, Soobin gak ada salah hei.

Apa salahnya menjadi anak beasiswa di sekolah elit ini.

"Kamu terlihat sendirian sih, makanya aku duduk disini," jawab kakak kelasnya membuat Soobin yang berada disana tergelak.

Hei, dia juga gak mau sendirian disini, lagian siapa juga yang mau temenan sama orang miskin?

Di sekolah ini, orang miskin cuma dia nungkin, lagian dia beruntung masuk sekolah ini karena dapat beasiswa, makanya dia bisa masuk ke sekolah elite ini tanpa bayar sepeser apapun.

Lagian Soobin mau gak mau juga harus merasakan sendirian bersekolah disini selama 3 tahun, gak ada yang mau berteman dengan Soobin walaupun Soobin otaknya encer sekalipun.

Malah dia sangat dipandang rendah oleh orang-orang di sekolah ini.

Dia anak orang miskin, lalu keluarganya itu gak ada yang benar sama sekali, ibunya itu seorang pekerja malam atau bahasa kasarnya pelacur, lalu ayahnya itu gak bekerja dan kerjaanya nikah terus, Soobin bingung kenapa ada yang mau nikah sama ayahnya? Pasti hanya perempuan yang bodoh mau sama ayahnya.

Lalu ibunya bahkan pernah berkata kepada Soobin, kalau Soobin itu ayahnya entah siapa, Soobin sih cuma bisa pasrah karena ibunya pekerja malam mau gimana lagi, pantas aja ayahnya suka memarahinya tanpa alasan.

Makanya Soobin ingin cepat-cepat untuk lulus lalu mencari beasiswa kuliah, lalu setelah tamat dia mau bekerja, kalau bisa dia mau mencari suami kaya aja langsung biar dia gak capek-capek untuk bekerja, walaupun sebenarnya ini lumayan halusinasi sih.

Lagian mana ada yang mau sama Soobin yang ayahnya bahkan gak tau siapa dan ibunya seorang pekerja malam itu.

Buat aib aja, mungkin itu pikiran orang-orang nanti.

Tiba-tiba Soobin menatap kearah roti yang sengaja di dorong mendekat kearahnya.

"Untukmu, lagian kamu kelihatannya masih lapar, dimakan ya, lalu bersemangatlah, jangan pernah merasa sendirian di dunia ini, dunia ini luas lho," ucap cowok di depannya membuat Soobin menatapnya dengan bingung.

Roti di depannya itu sangat mahal, Soobin ingin sekali membelinya tapi harganya mahal sekali, jadi Soobin bisa melihat roti itu dari kaca toko saja saat dia mau pulang dari sekolah tanpa ada niat untuk membelinya.

Dia aja gak selalu dapat uang jajan, bagaimana mau membeli roti itu.

Ini aja ibunya masih berbaik hati membuatkan bekal untuknya, walaupun dia baru saja pulang dari bekerja.

"Ayo diambil, itu gak beracun kok," ucap cowok itu membuat Soobin langsung berbicara.

"Aku gak pernah bilang itu beracun kok," elak Soobin membuat cowok itu tertawa kecil.

Soobin cuma bisa menatap cowok tampan di depannya itu, walaupun sebenarnya Soobin juga merasa kalau dia sedang ditatap oleh orang-orang di kantin yang sangat luas ini.

"Emang, tapi mukamu menunjukkan kalau aku mengasih roti beracun," jawab cowok itu membuat Soobin menunduk.

Cowok itu mulai bangkit dari bangkunya dan mengusap kepala Soobin dengan pelan.

"Hei cerialah, kamu gak sendirian di dunia ini, ok? Ah iya aku, Yeonjun," ucap Yeonjun memperkenalkan dirinya membuat Soobin mengangguk kecil.

"Jadi intinya kamu gak sendirian, kalau kamu teman, cari aja aku dilapangan, ok Soobin? Sampai jumpa lagi?" ucap Yeonjun sambil beranjak pergi dari kantin.

Soobin tersenyum kecil sambil menatap kearah roti di hadapannya, dia senang karena merasa dianggap oleh seseorang, dia sudah lelah dianggap seperti hantu karena orang-orang disini selalu mengabaikannya.

"Hei anak pelacur, senang kamu disapa oleh kak Yeonjun?" ucap seseorang cewek beserta gengnya disana sambil menatap tajam kearah Soobin.

Soobin ingin sekali membunuh cewek itu, gak ada yang boleh menghina ibunya itu seorang pelacur walaupun aslinya ibunya emang pelacur.

Dia sakit hati, sehina-hina ibunya, tidak ada yang boleh menghina ibunya.

"Jangan harap lo bisa bahagia disini, anak miskin, bye."

Soobin tarik ucapannya tadi, dia gak ada senang-senangnya dianggap seperti manusia disini, lebih baik dia menyendiri dan dianggap seperti hantu daripada dia dihina-hina seperti ini.

Tbc.

Hallo, aku buat book baru, semoga suka ya:")

Maaf kalau kata-katanya lumayan kasar karena, kalian taulah bully mana ada pakai bahasa yang lembut:")

Semoga kalian tertarik sama cerita yang singkat ini, cerita ini cuma ada 10 part atau lebih sedikit.

Semoga suka ya, vote dan komen jangan lupa.

Sampai jumpa di part selanjutnya.











Salam,


Anaknya Taekook.

Alone -yeonbin✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang