54. Family.

11K 1.6K 159
                                    

Sebelum baca, vote dulu ya, jangan lupa:)

***
Soobin cuma bisa diam dibelakang Irene yang mengajaknya untuk segera masuk ke dalam rumah megah di hadapannya itu.

Ah tidak, ini bukan rumah milik bundanya itu, namun rumah milik orang tua bundanya ini, makanya dia menjadi takut untuk masuk.

Karena selama ini dia belum bertemu dengan orang tua lebih jelasnya pemilik sekolahan dimana tempat dia bersekolah itu.

"Kamu mikirin apa sih? Gak ada kejadian seperti di novel-novel yang kamu baca itu, kakek dan nenekmu baik kok, ayo masuk," ajak Irene lagi sambil menarik tangan anak angkatnya itu untuk segera masuk.

Irene membuka pintu rumahnya itu, dia sudah tidak tinggal disini selama 3 tahun yang lalu karena dia memilih untuk tinggal di rumah yang dibeli itu itu, gaji dia menjadi guru lebih jelasnya bukan karena harta orang tuanya.

Lagipula menjadi guru di sekolahan milik orang tuanya itu gaji gurunya sangat besar sekali.

Intinya jika bisa menjadi guru di sekolahan itu sangat beruntung sekali.

Soobin segera masuk, dia melihat orang-orang di dalam rumah ini langsung menoleh kearah Soobin dan bundanya itu.

Dia sebenarnya tidak mau dilihat seperti ini, apalagi ditatap secara intens.

Soobin sebenarnya sudah sering mendapatkan hal seperti ini di sekolah, diakan korban bully jadi orang-orang akan selalu melihatnya namun entah kenapa ini rasanya berbeda sekali.

Ada banyak orang-orang menyapa bundanya itu, bisa dipastikan itu pasti keluarga bundanya semua, karena dari mukanya saja sudah terlihat, muka orang kaya.

Irene tersenyum sambil membalas sapaan keluarganya itu, berbeda dengan anaknya yang terus mengikutinya dari belakang itu.

Maklum sih, dia gak akan menyalahkan Soobin.

Sampai dimana Irene sudah berada di dekat ayahnya yang sedang berbicara dengan saudaranya yang lain itu.

Ayahnya itu menatap kearah anak perempuan dan menatap kearah Soobin yang menunduk dan sedang mengigiti pipi bagian dalamnnya itu, Soobin selalu melakukan hal itu agar tidak terlalu merasa gugup ataupun malu.

"Anakmu?" tanya ayahnya membuat Irene mengangguk, dia segera menarik Soobin agar berdiri di dekatnya itu.

"Angkat kepalamu Soobin, tidak ada yang boleh menunduk disini," ucap Irene membuat Soobin segera mendongakkan mukanya lalu menatap kearah laki-laki yang sudah berumur itu.

Ayah Irene itu menatap kearah Soobin yang menatapnya dengan takut itu, padahal dia gak mau ngapa-ngapain.

"Siapa namamu?" tanyanya membuat Soobin menunjukkan tangannya ke dirinya.

"Aku?"

"Iya kamu," jawab ayahnya Irene itu membuat Soobin menatap kearah Irene yang tersenyum kearahnya itu.

"Choi Soobin, salam kenal," jawab Soobin sambil menatap ayah bundanya yang sedang tersenyum kearahnya itu.

Soobin bingung mau memanggil apa makanya dia cuma mengenalkan dirinya sebatas itu.

Ah dia tadi melihat Irene karena bingung Soobin harus mengenalkan dirinya menggunakan marga aslinya atau marga bundanya itu, namun Irene bilang lebih baik Soobin tidak mengubah marganya.

"Panggil kakek aja, Soobin, selamat datang di keluarga kami, jangan sungkan-sungkan untuk bicara dengan kakek ya," ucap ayah Irene itu membuat Soobin tersenyum lalu mengangguk-anggukan kepalanya dengan cepat.

Alone -yeonbin✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang