05 || Menghilang

615 112 10
                                    

Seminggu setelah kejadian, Dewa selalu datang ke halte tempat penungguan bis. Berharap bertemu kembali dengan gadis yang telah menolongnya beberapa waktu lalu, tapi nihil rasanya ia temukan.

Hari ini adalah hari pertama Dewa masuk sekolah setelah seminggu kemarin dirinya masih dalam masa pemulihan. Sebelum Dewa menuju sekolahnya, Dewa berhenti sejenak di halte bus untuk melihat apakah gadis itu ada diantara para calon penumpang bus atau tidak, tapi lagi-lagi gadis itu tidak dapat Dewa temukan. Setelah Dewa sudah cukup detail melihat semuanya, dan tidak menunjukan tanda-tanda keberadaan gadis itu, Dewa pun kembali melajukan motornya menuju arah sekolah.
.
.
.

Saat di kelas, Bimo dan Cika menyambut kembalinya Dewa yang telah seminggu ini absen dari sekolah. Jangan tanya di mana Caka dan Jeni, karena pastinya mereka sedang asik pacaran. Bikin iri para jomblo ae.

Saat hari pertamanya masuk, Dewa harus menerima banyak pertanyaan dari keduanya. Sudah jelas, mereka pasti bingung kenapa Dewa tidak masuk selama seminggu full dan tak mengabari mereka apa-apa. Bahkan setelah Dewa kembali masuk, mereka harus melihat wajah Dewa yang masih terlihat lebam seperti habis dipukuli.

Akhirnya Dewa pun menceritakan semua kejadian yang dialaminya malam itu akibat pertengkaran orang tuanya kepada Bimo dan Cika.

"Tapi lu gapapa kan? Ini kening lu gimana?" tanya Cika yang langsung meraba kening Dewa.

"Modus ae dah lu, Cik," celetuk Bimo yang tidak di mana-mana selalu menjadi perusak momen bahagia Cika dan Dewa. maklum dia kan jomblo.

"Berisik lu!" balas Cika dengan tatapan tajam ke arah Bimo.

"Gue udah gapapa kok Cik. Untung aja pas malam gua dikeroyok ada cewek itu." Cika dan Bimo mengernyit bingung karena tiba-tiba Dewa jadi senyum-senyum sendiri sambil menyebut kata 'cewek itu'

"Cewek siapa?" tanya Bimo dan Cika.

"Jadi pas gua dikeroyok tiba-tiba aja ada cewek cantik yang nolongin gua. Lu berdua tau gak, dia yang ngobatin luka gua, dan plester ini," unjuk Dewa ke keningnya. "Dia juga yang tempel di kening gua. Rasanya sakit di luka gua tiba-tiba ilang tau gak gara-gara dia. Gua rasa Tuhan ngirim dia emang buat jadi penolong gua sekaligus jodoh gua."

Wajah Cika pun seketika langsung berubah menjadi masam karena Dewa secara tidak langsung memuji gadis lain di depannya, apalagi sampai mengatakan bahwa gadis itu adalah jodohnya. Bimo yang tau perubahan raut wajah Cika langsung mengganti topik pembicaraan, karena Bimo juga tak mau Cika akan tambah sakit hati karena Dewa terus memuji-muji gadis lain di depannya.

"Oh, syukur deh kalo lu gapapa. Oh iya, mending kita ke kantin aja mumpung belum bel. Kita susulin Caka sama Jeni, gimana?"

"Boleh juga, kebetulan gua laper banget belom makan setaun," jawab Dewa dengan gurauan.

"Ngelawak aja lu upil marmut," ucap Bimo sambil memukul lengan Dewa.

"Ck! udah gak usah kebanyakan bacot dah kita. Ayo cepet! Gua udah laper."

Tanpa mau berlama-lama lagi, Dewa langsung beranjak dari kursinya dengan disusul Bimo. Tapi rasanya seperti ada yang kurang. Ketika Dewa menoleh kembali ke belakang ternyata Cika masih belum juga beranjak dari kursinya, dan malah asik melamun.

"Cik, ayo!"

Lamunan Cika terhenti ketika Dewa menggenggam tangannya, lalu menariknya agar tidak membuang-buang waktu untuk segera ke kantin. Karena jangan sampai mereka terlambat masuk kelas. Bukan apa-apa, tapi pelajaran pertama adalah pelajaran matematika yang diajar oleh si kumis lele alias Pak Beni yang kalo udah marah kayak lele yang mau matil umpannya. Apalagi kumisnya yang panjangnya tiga meter bisa berterbangan buat nampol anak muridnya hehehehe bercanda kok pak piss.

Sadewa Biantara ( SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang