07 || Pertemuan Pertama

488 94 4
                                    

Pelajaran pertama hari ini adalah pelajaran yang dibenci oleh murid yang tidak suka menghitung angka namun sangat suka jika disuruh menghitung uang, apalagi jika bukan Matematika. Namun bukan karena masalah susah atau tidak dengan pelajarannya tapi Dewa sangat malas jika harus berhadapan sama si kumis lele, siapa lagi kalau bukan Pak Beni yang sebelum ngajar pasti ada ritualnya, yaitu nyisirin kumisnya yang panjangnya 3 meter itu.

Menurut Dewa, Pak Beni itu kalo ngajarin ngebosenin jelasin materi panjang × lebar tapi soal yang dia kasih malah beda mana kadang- kadang suka curhat masalah rumah tangganya ke anak-anak kelas lagi, bener bener ngebosenin. Kalo mau curhat kenapa gak ke acara Mamah Dedeh aja pasti kan dikasih solusi dari pada curhat ke anak murid cuma dapet gibahan aja.

Dewa fikir, dari pada disini dengerin ocehan Pak Beni yang gak jelas mending lebih baik ia ke kantin mengisi perutnya yang sudah dari tadi keroncongan, menenangkan seluruh warga cacing di perutnya sambil makan sepiring Batagor dan minum segelas es teh.

"Mau kemana lu?" tanya Caka yang duduk di sebelah Dewa saat melihat Dewa beranjak dari kursinya.

"Nih gua kasih 2 pilihan buat lu, mendingan dengerin ocehan Pak Beni yang gak ada manfaatnya apa ikut gua ke kantin makan Batagor?" tanya Dewa secara bisik-bisik pada Caka.

"Ya ikut lu lah, gua juga males kali dengerin Pak Beni, mending juga makan ketauan kenyang. Yaudah yuk!" jawab Caka yang ikut beranjak dari kursinya.

"Mau pada kemana lu berdua?" tanya Bimo yang duduk di belakang Dewa dan Caka.

"Kalo lu pada mau ikut gua ke kantin, gua janji bakal teraktir lu berdua gimana? Ya, itung-itung sebagai ganti karena waktu itu gua gak bisa ngumpul bareng kalian," tawar Dewa.

Dewa, Bimo dan Caka memang satu kelas di kelas XI IPS 2 sedangkan Cika dan Jeni berada dikelas XI IPS 1 jadi mereka hanya berkumpul saat jam istirahat atau pada jam olahraga.

Menurut Bimo tidak ada salahnya menerima ajakan Dewa, Bimo sadar jika ia tidak boleh terlalu lama mendiamkan Dewa karena bagaimana pun Dewa adalah sahabat karibnya. Jangan sampai karena masalah kemarin sampai merusak persahabatannya.

"Oke, gua ikut," jawab Bimo tersenyum lalu bertosan dengan Dewa dan juga Caka.

Dewa, Bimo dan Caka pun melangkah maju ke depan untuk menjalankan rencana licik mereka untuk bisa ke luar dari kelasnya Pak Beni. Rencana awal mereka yaitu berpura pura memapah Caka yang tengah berakting sakit perut.

"Mau ngapain kalian?" tanya Pak Beni menatao ketiga murid badungnya ini.

"Ini Pak, si Caka perutnya sakit katanya minta ditemenin ke UKS," jawab Dewa.

"Tapi bisa kan berdua aja ga harus bertiga, emangnya kalian mau bikin trio?" celetuk Pak Beni yang mengundang gelak tawa dark seisi kelas.

"Tapi Pak ini tuh urgen, biasanya nih ya Pak kalo si Caka sakit perut kea gini suka cepirit di celana jadi kita berdua bagi tugas, ada yang nemenin Caka di toilet buat mastiin kalo Caka gak pingsan, nah yang satunya lagi cari obat sama teh anget biar kalo Caka dah di UKS bisa langsung diminum," jawab Bimo yang mendapat tertawaan dari seisi kelas.

"Tapi kan__" Belum selesai Pak Beni berbicara namun rintihan Caka membuat Pak Beni menghentikan omongannya dan mau tak mau harus mengizinkan mereka keluar dari kelas.

"Auuuu!! Pak sakit, aduh aduh!! keanya udah mau keluar nih Pak!" seru Caka memegang belakang celananya.

"Yasudah, yasudah cepat bawa temen kamu jangan sampe dia cepirit disini," kata Pak Beni menutup hidungnya.

"1 2 3... makasih, Pak!" ucap mereka bertiga sambil berlari kencang ke luar pintu kelas.

Sekarang Pak Beni merasa menyesal karena sudah percaya dengan akal-akalan mereka untuk bisa keluar kelas. Lihat saja setelah Pak Beni mengizinkan anak-anak badung itu keluar mereka bertiga malah berlari kencang dengan tawa yang terbahak-bahak.

Sadewa Biantara ( SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang