Dewa mengira jika dirinya sudah mati sehingga bisa melihat sosok bidadari cantik nan manis di hadapannya sekarang. Tapi sepertinya ini nyata karena buktinya, Dewa masih bisa merasakan sakit yang menjalar ke seluruh tubuhnya akibat dari luka-lukanya.
Setelah berhasil mendudukan Dewa di bangku halte, gadis itu langsung mengeluarkan obat alkohol serta tisu untuk membersihkan luka Dewa. Dengan sangat telaten gadis berambut panjang bewarna cokelat itu segera membersihkan luka di sudut bibir dan kening Dewa dengan tisu basah yang ia pegang.
"Au! Auuu!" jerit Dewa dengan modus memegang tangan gadis itu yang menempel di pipinya.
"Kamu kenapa? Aku terlalu kasar ya ngelapnya? Maaf ya." Dewa rasanya ingin tertawa kencang saat modusnya tidak terbaca sama sekali, malah gadis ini mengiranya benar- benar merasa kesakitan.
"Gapapa kok, kalo kamu yang ngobatin rasa sakit apapun pasti berubah jadi rasa cinta."
Beberapa detik setelah itu, mata mereka pun bertemu dan saling menatap lekat satu sama lain. Sampai pada akhirnya Dewa mendelik kesal ketika gadis itu menarik tangannya yang ia genggam.
"Maaf." Satu kata berjuta makna yang hanya gadis itu angguki.
Setelah luka yang ada di wajah Dewa sudah dibersihkan dengan cairan alkohol, selanjutnya gadis itu pun menempelkan plester tepat di kening sebelah kanan Dewa.
"Makasih ya, kamu udah mau nolongin aku tadi. Mungkin kalo gak ada kamu, aku udah jadi bubur sama mereka," ucap Dewa dengan tawa kecilnya.
Tampaknya gadis ini agak sedikit pendiam dan pemalu, terlihat dari sedikitnya dia berbicara. Jika dirasa tidak harus menjawab maka dia hanya akan diam dan sesekali dia hanya mengangguk, lalu kembali menundukan wajah cantiknya.
"Kalo kamu ada masalah di rumah atau di mana pun kamu usahain jangan menghindar. Selesaikan semuanya secara baik-baik," ucap gadis itu sambil memasukan beberapa obat-obatannya yang tadi dikeluarkannya ke dalam tas.
"Kok kamu bisa tau kalo aku lagi ada masalah? Jangan-jangan kamu peramal, ya?"
Gadis itu tertawa kecil karena tebakan yang dibuat Dewa seratus persen salah.
"Aku bisa baca dari raut wajah kamu. Walaupun kamu sekarang masih bisa senyum, tapi aku tau lagi ada banyak masalah yang kamu hadapin sekarang. Kalo kamu tanya kenapa aku tau, karena dari kecil aku sering belajar bahasa tubuh atau ekspresi wajah seseorang. Makanya aku tau kamu lagi banyak masalah."
Entah mengapa, baru pertama kali Dewa bertemu dengan gadis ini, tapi seperti ada rasa yang langsung meluap dari dalam hatinya. Apa ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama?? Cielah kayak lagu aja dah.
"Oh gitu. Oh iya, kamu ngapain malem-malem di sini sendirian?" tanya Dewa.
"Tadi abis dari rumah nenek makanya aku mau pulang ke rumah naik bus di sini," jawab gadis itu.
"Mau aku anter?"
"Gak usah, lebih baik kamu pulang. Aku yakin pasti badan kamu udah pada sakit 'kan gara-gara tadi?" Gadis itu tersenyum melebihi manisnya gula menurut Dewa.
"Kan udah diobatin sama kamu tadi."
"Tapi tetep aja kamu itu masih sakit, aku gak mau kamu bakalan tambah sakit nantinya karena harus nganterin aku pulang."
Dewa masih menatap penuh harap jika gadis itu mau menerima tawarannya, tetapi rencanya berakhir gagal ketika bus yang gadis itu tunggu akhirnya datang.
"Tuh, bus nya udah dateng. Kalo gitu aku pamit, ya?"
Dewa hanya bisa pasrah ketika bus besar itu membawa gadis manisnya pergi. Rasanya seperti ada yang hilang dari hidupnya setelah gadis itu meninggalkannya. Dewa pun sedikit bingung dengan gadis yang baru pertama kali ditemuinya itu, kenapa dengan mudahnya gadis yang belum dikenalnya membuat hatinya menjadi tidak karuan seperti ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadewa Biantara ( SELESAI)
Fanfiction~Sudah Tamat ~ Bagaimana jika Sadewa Biantara sebagai cowok yang dikenal sebagai anak biang rusuh di sekolahnya dan mempunyai rekor sebagai siswa yang bolak balik ruang BK setiap hari, jatuh cinta kepada seorang gadis yang baru ditemuinya pertama ka...