12 || Haruskah Serumit Ini??

318 76 4
                                    

Setelah pulang dari rumah Jasmine, Dewa malah mengurung dirinya di kamar. Dewa terus bertanya-tanya dalam hatinya, apakah sekarang Jasmine sudah membencinya? Apa sudah tidak ada lagi kesempatan untuk dirinya dapat bersama Jasmine? Dewa begitu merutuki nasib buruknya ketika dirinya sudah menemukan orang yang tepat untuk dicintainya namun malah harus serumit ini perjalanan cintanya.

Sekarang hanya derasnya hujan serta suara petir yang bergemuruh yang menjadi satu-satunya teman yang menemani Dewa dalam merasakan kesedihannya.

"Den Dewa ... ayo makan dulu. Dari tadi pulang kan, Den Dewa belum makan," ujar Bibi sambil mengetuk pintu kamar Dewa yang dikunci.

Dewa sepertinya tidak nafsu untuk makan dalam keadaan seperti ini, lebih baik ia tidak usah menjawab panggilan Bibi, agar Bibi mengiranya sudah tertidur.

"Kok tumben sih den Dewa pintunya dikunci? Masa iya, Den Dewa udah tidur jam segini?" tanya Bibi pada dirinya sendiri dari luar pintu kamar Dewa.

"Yaudah, kalo Aden laper makanannya Bibi taruh di meja makan ya, Den?" tanya Bibi yang masih tak ada jawaban dari Dewa.

Karena tak kunjung mendapat jawaban dari Dewa, Bibi pun akhirnya pasrah dan beranjak pergi meninggalkan kamar Dewa.

🌻🌻🌻

Keesokan harinya, Dewa segera menghampiri papan mading karena ingin memastikan apa benar yang dikatakan Jasmine tentang semua kasusnya. Dan ternyata memang begitu adanya jika pihak sekolah memasang foto dirinya di mading beserta semua kasus yang pernah ia lakukan sebagai contoh murid yang tidak patut untuk ditiru.

Dewa pun langsung merobek kertas yang berisikan foto dan juga semua kasus dirinya, mungkin ini salah satunya yang membuat Jasmine jadi membenci dirinya. Semua siswa/i yang sedang berada di sana untuk melihat papan mading pun langsung menatap nanar Dewa.

"Ngapain lu semua ngeliatin gua, mau gua hajar?!" tanya Dewa yang sudah mengepalkan tangannya.

"Kabur, kabur!!" seru salah satu dari mereka yang sontak membuat semua yang ada disitu berlari ketakutan melihat kemarahan Dewa.

"Aaaaaaa!! Begooo!!!!" teriak Dewa meninju papan mading itu dengan tangannya.

Dewa menyesal karena tidak tau dari awal jika foto dan semua kasusnya ternyata terpajang manis di mading. Mungkin ini juga salahnya yang tidak pernah tau apalagi mau tau isi dari mading yang menurutnya hanya penuh dengan puisi dan juga cerita-cerita alay. Bahkan disaat ada informasi penting di mading pun, Dewa tidak pernah mau mencari tau karena pasti dirinya akan tau dengan sendirinya dari anak-anak yang lain.

Dewa pun langsung bergegas menuju kelas Jasmine namun langkahnya terhenti ketika tak sengaja bertemu.dan berpapasan dengan Caka, Cika, Bimo dan juga Jeni di koridor dari berlawanan arah.

"Dewa, tangan kamu kenapa?" tanya Cika yang melihat tangan Dewa yang memerah.

Tatapan mata Dewa terus menatap nilik wajah Bimo yang terlihat belagu. Jika mengingat Bimo yang telah menghina Jasmine seenaknya kemarin malam membuat emosi Dewa kembali tersulut. Namun sebisa mungkin Dewa menahannya karena Dewa sendiri tak ingin kasusnya akan bertambah lagi karena berkelahi dengan sahabatnya sendiri.

"Gua lagi gak mau diganggu jadi mendingan lu pergi Cik," ucap Dewa.

"Tapi Dewa__"

"Pergi!!" bentak Dewa pada Cika.

"Ehh! Lu bisa biasa aja gak sama Cika?! Bener-bener ngajak ribut ya, lu!" Dewa hanya bisa tersenyum samar ketika Bimo malah kembali memancing emosinya.

Sadewa Biantara ( SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang